Majas adalah gaya bahasa atau perangkat retoris yang digunakan dalam komunikasi untuk memberikan daya tarik, kejelasan, atau kekuatan ekspresi pada teks atau percakapan. Majas sering kali mengandung penggunaan kata-kata atau frasa yang tidak biasa atau tidak konvensional, sehingga memberikan dimensi artistik atau imajinatif pada bahasa yang digunakan.
Majas dapat digunakan dalam sastra, pidato, iklan, dan berbagai bentuk komunikasi untuk mempengaruhi perasaan, pemahaman, dan pandangan pendengar atau pembaca. Salah satu jenis majas yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari contohnya yaitu manja metafora. Apa itu majas metafora dan apa saja contoh-contohnya? Untuk mengetahuinya, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Ringkasan
Lihat Juga : Daftar Channel Frekuensi TV Digital UHF Indonesia
Metafora adalah majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda dengan mengatakan bahwa satu hal adalah seperti hal lainnya. Dalam metafora, kata “seperti” atau “bagai” tidak digunakan secara eksplisit, tetapi ada pemindahan makna dari satu objek ke objek lainnya untuk menggambarkan kesamaan atau hubungan tertentu di antara keduanya.
Metafora juga merupakan majas retoris yang menggambarkan suatu konsep dengan menghubungkannya dengan konsep lain yang sebenarnya tidak memiliki hubungan langsung, tetapi memiliki kesamaan atau keterkaitan dalam aspek tertentu. Dalam metafora, suatu kata atau frasa digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sebenarnya bukan kata atau frasa tersebut. Ini menciptakan perbandingan yang kuat untuk membantu pemahaman dan memberikan gambaran yang lebih hidup atau berwarna.
Lihat Juga : Contoh Pantun Nasehat
Berikut adalah beberapa definisi metafora menurut beberapa ahli:
Dalam karyanya “Retorika,” Aristoteles menyebut metafora sebagai “penggunaan kata atau frasa yang dipinjam dari hal lain untuk menggambarkan hal yang sedang dibicarakan.”
Ahli sastra I.A. Richards mendefinisikan metafora sebagai “hubungan yang tidak biasa antara dua hal yang sebenarnya tidak terkait, namun menjadi terkait melalui penggunaan kata-kata yang mengaitkannya.”
Filosof Max Black menggambarkan metafora sebagai “suatu proses transformasi, di mana suatu benda atau konsep digambarkan melalui benda atau konsep yang lain.”
Filsuf Paul Ricoeur melihat metafora sebagai “kemampuan untuk melihat suatu realitas melalui lensa yang lain, yang memungkinkan kita untuk memahami konsep dengan cara yang lebih kaya.”
Dalam buku mereka “Metaphors We Live By,” Lakoff dan Johnson mengajukan pandangan bahwa metafora bukan hanya alat bahasa, tetapi juga cerminan dasar dari pemahaman kita tentang dunia. Mereka berpendapat bahwa metafora membentuk cara kita berpikir dan berinteraksi dengan dunia.
Secara umum, metafora digunakan untuk membantu pemahaman, memberikan gambaran yang lebih kuat, dan membangkitkan emosi atau persepsi tertentu dalam teks atau komunikasi. Contoh umum metafora meliputi “laut kehidupan,” di mana kehidupan diumpamakan sebagai lautan yang luas dan tak terduga.
Lihat Juga : 500 Bahasa Sansekerta dan Artinya, Aesthetic, Lucu, Indah!
Lihat Juga : 30 Lagu Nasional Indonesia
Ada beberapa jenis metafora yang digunakan dalam bahasa dan sastra. Berikut beberapa contoh jenis metafora yang umum dijumpai, antara lain yaitu:
Majas perbandingan adalah salah satu bentuk majas retoris yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda dengan menggunakan kata-kata atau frasa yang mengandung unsur perbandingan, seperti “seperti”, “bagai”, “serupa”, “layaknya”, dan sejenisnya. Tujuan dari majas perbandingan adalah untuk memperjelas, memperkuat, atau menghidupkan deskripsi atau penyampaian suatu gagasan dengan cara mengaitkan suatu hal dengan yang lain yang memiliki kesamaan atau perbedaan tertentu.
Contoh-contoh majas perbandingan:
“Dia cepat seperti kilat dalam berlari.”
“Wajahnya cerah bagai matahari terbit di pagi hari.”
“Senyumnya manis seperti gula.”
“Rambutnya hitam seperti malam gelap.”
“Suara merdu seperti alunan melodi angin.”
Dalam contoh-contoh di atas, perbandingan dibuat antara hal-hal yang berbeda dengan menggunakan kata-kata “seperti” atau kata-kata lain yang memiliki fungsi serupa. Majas perbandingan ini membantu membayangkan atau merasakan sesuatu secara lebih jelas melalui penggambaran perbandingan yang kuat.
Majas alegori adalah gaya bahasa yang menggunakan cerita, gambaran, atau narasi panjang untuk menggambarkan suatu gagasan, konsep, atau pesan yang lebih kompleks. Dalam alegori, elemen-elemen dalam cerita atau gambaran tersebut memiliki makna kiasan yang lebih dalam dan sering kali mengandung pesan moral, sosial, politik, atau filosofis. Alegori bisa menciptakan perbandingan yang kompleks dan memungkinkan pembaca atau pendengar untuk memahami konsep yang lebih abstrak melalui representasi konkret dalam cerita.
Majas metafora adalah gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda tanpa menggunakan kata-kata perbandingan langsung seperti “seperti” atau “bagai”. Dalam metafora, suatu hal dijelaskan atau diatributkan pada hal lain untuk menunjukkan kesamaan atau hubungan antara keduanya. Metafora menggambarkan suatu hal sebagai hal lain dengan harapan agar pembaca atau pendengar dapat melihat aspek baru atau mendalam dari hal yang sedang dijelaskan.
Majas metonimia adalah gaya bahasa yang menggantikan suatu kata dengan kata lain yang memiliki hubungan atau keterkaitan langsung dengan kata yang asli. Dalam metonimia, dua hal tersebut harus memiliki hubungan yang erat dalam konteks tertentu. Penggunaan metonimia dapat memperkaya teks dengan memberikan makna tambahan atau menggambarkan hubungan yang lebih kompleks antara objek atau konsep yang dimaksud.
Majas litotes adalah gaya bahasa yang menggunakan pengurangan berlebihan untuk menciptakan efek retoris tertentu. Dalam litotes, penulis atau pembicara mengurangi pernyataan dengan menghilangkan unsur yang berlebihan atau mengurangi penekanan, sering kali dengan mengatakan hal sebaliknya dari yang dimaksudkan. Hal ini dapat digunakan untuk memberikan kesan understatement (pernyataan yang merendahkan) atau untuk menekankan suatu hal dengan cara yang halus.
Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pernyataan dengan cara yang berlebihan atau berlebih-lebihan. Dalam hiperbola, penulis atau pembicara sengaja menggambarkan sesuatu dengan cara yang lebih dramatis atau berlebihan dari kenyataan sehari-hari, dengan tujuan untuk mengekspresikan perasaan, menarik perhatian, atau memberikan efek retoris yang kuat.
Majas “pars pro toto” adalah gaya bahasa yang digunakan ketika bagian dari sesuatu diambil untuk mewakili seluruhnya, atau sebaliknya, seluruhnya diambil untuk mewakili bagian dari sesuatu. Dalam bahasa Latin, “pars pro toto” berarti “bagian menggantikan keseluruhan.”
Majas pars pro toto membantu untuk memberikan kesan yang lebih umum atau komprehensif dengan hanya merujuk pada bagian tertentu dari suatu konsep atau objek. Pemahaman konteks dan konsep yang lebih luas sangat penting dalam mengenali penggunaan majas ini.
Majas eufemisme adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan kata atau frasa yang kasar, tidak sopan, atau terlalu langsung dengan kata-kata yang lebih lembut, halus, atau kurang kontroversial. Eufemisme digunakan untuk meredakan atau menyamarkan kata-kata yang mungkin dianggap tidak pantas atau sensitif oleh audiens.
Eufemisme sering digunakan dalam berbagai konteks, seperti berbicara tentang kematian, penyakit, atau situasi yang sensitif secara sosial. Tujuannya adalah untuk menjaga kesopanan, menghindari menyinggung perasaan, atau mengurangi ketegangan dalam komunikasi. Meskipun eufemisme dapat membantu membuat percakapan lebih ramah, mereka juga dapat menyebabkan penyampaian pesan menjadi kurang jelas atau kurang tegas, tergantung pada konteksnya.
Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan sifat-sifat atau karakteristik manusia pada objek, hewan, atau konsep abstrak yang sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk berperilaku seperti manusia. Dalam personifikasi, objek tersebut dianggap seolah-olah memiliki emosi, niat, atau tindakan yang dapat dilakukan oleh manusia.
Personifikasi digunakan untuk memberikan unsur emosi, citra yang hidup, dan nuansa kreatif dalam bahasa dan sastra. Dengan memberikan karakteristik manusia pada objek non-manusia, personifikasi dapat membantu memperkaya pengalaman pembaca atau pendengar.
Majas ironi adalah gaya bahasa yang menggambarkan suatu situasi di mana ada perbedaan antara apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang diharapkan atau diungkapkan secara verbal. Ironi sering digunakan untuk menyampaikan makna yang tersembunyi atau untuk menciptakan kontras antara apa yang dikatakan atau terlihat dengan kenyataan yang sebenarnya.
Ironi digunakan dalam bahasa dan sastra untuk mengekspresikan perbedaan antara ekspektasi dan kenyataan, untuk menyampaikan komentar sinis, atau untuk menciptakan efek yang kuat dalam penyampaian pesan.
Majas sarkasme adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan sindiran atau pernyataan sinis dengan tujuan untuk mengkritik atau mengejek secara halus atau merendahkan. Dalam sarkasme, kata-kata yang digunakan sering kali memiliki arti yang berlawanan dengan makna sebenarnya atau digunakan dengan nada yang mengesankan ketidaksetujuan atau kekecewaan.
Sarkasme sering digunakan untuk menyampaikan kritik tersembunyi atau mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang tidak langsung. Namun, karena sarkasme bisa saja diartikan dengan berbagai cara, tergantung pada konteks dan intonasi, perlu berhati-hati agar tidak menyinggung atau mengejek orang lain secara tidak sopan.
Majas sinisme adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pernyataan yang merendahkan, sinis, atau mencemooh dengan tujuan untuk mengkritik, mengejek, atau menunjukkan ketidaksetujuan secara tajam dan tegas. Sinisme sering kali memiliki unsur kekecewaan atau skeptisisme terhadap suatu situasi atau konsep, dan cenderung merendahkan atau menertawakan hal tersebut.
Sinisme dapat digunakan untuk mengungkapkan pandangan kritis secara tajam, tetapi juga dapat terasa merendahkan atau tidak sopan jika tidak digunakan dengan tepat. Penting untuk mempertimbangkan audiens dan konteks ketika menggunakan sinisme dalam komunikasi.
Majas pleonasme adalah gaya bahasa yang melibatkan pengulangan kata atau frasa yang memiliki makna yang sama atau serupa, sehingga menyebabkan pemborosan kata-kata atau informasi yang tidak perlu. Dalam pleonasme, kata-kata yang digunakan mengulang konsep yang sudah jelas dari konteks kalimat.
Pleonasme sering kali digunakan dalam percakapan sehari-hari dan sastra sebagai alat stilistis untuk memberikan penekanan atau efek yang kuat pada suatu gagasan. Namun, dalam beberapa kasus, pleonasme dapat dianggap sebagai bentuk kelebihan kata atau kekurangan ketepatan dalam penyampaian.
Majas repitisi, juga dikenal sebagai pengulangan, adalah gaya bahasa yang melibatkan penggunaan berulang-ulang kata, frasa, atau kalimat dalam konteks yang sama atau mirip, untuk memberikan penekanan pada suatu gagasan atau menciptakan efek retoris yang kuat. Pengulangan dalam majas repitisi dapat digunakan untuk memperkuat pesan, meningkatkan efek emosional, atau membuat informasi lebih mudah diingat oleh pendengar atau pembaca.
Pengulangan dapat memberikan ritme dan irama tertentu pada teks, memperkuat ide pokok, dan menarik perhatian pembaca atau pendengar. Namun, penggunaan berlebihan dari pengulangan juga dapat membuat teks terdengar membosankan atau monoton.
Majas retorika adalah teknik atau gaya bahasa yang digunakan dalam komunikasi, terutama dalam retorika atau seni berbicara dan menulis, untuk mempengaruhi, meyakinkan, atau memperkuat pesan yang ingin disampaikan kepada audiens. Majas retorika digunakan untuk menciptakan efek retoris yang kuat, memperkaya bahasa, dan membuat pesan lebih menarik dan efektif.
Majelis retorika mencakup berbagai gaya bahasa dan figur retoris, seperti metafora, simile, hiperbola, eufemisme, ironi, dan lain-lain, yang digunakan untuk menciptakan daya tarik dan efek emosional dalam komunikasi. Majas retorika dapat digunakan dalam berbicara, menulis, pidato, dan tulisan formal lainnya untuk mencapai tujuan tertentu, seperti meyakinkan, menghibur, mengajar, atau menggerakkan audiens.
Majas aliterasi adalah gaya bahasa yang melibatkan pengulangan bunyi konsonan awal yang sama pada beberapa kata yang berdekatan dalam sebuah rangkaian kata atau frasa. Tujuannya adalah untuk menciptakan efek ritmis, memperkuat kesan, dan memberikan nada atau irama yang khas pada teks.
Aliterasi sering digunakan dalam sastra, puisi, lagu, dan retorika untuk menciptakan efek yang menarik, menghidupkan teks, dan membuatnya lebih mudah diingat oleh pendengar atau pembaca.
Majas pertentangan merupakan majas yang melibatkan penggunaan kontrast atau perbedaan tajam antara dua hal yang berlawanan dalam kalimat atau frasa. Tujuannya adalah untuk menciptakan efek retoris yang kuat, menyoroti perbedaan, atau menggambarkan kontras yang jelas.
majas pertentangan sering digunakan dalam sastra, pidato, dan komunikasi retoris untuk memberikan efek kontras yang dramatis dan memperkaya pesan yang ingin disampaikan.
Majas antitesis adalah gaya bahasa yang melibatkan penggabungan dua kata atau frasa yang bertentangan atau berlawanan dalam satu kalimat atau ekspresi. Tujuannya adalah untuk menciptakan kontrast yang tajam atau perbedaan yang jelas antara dua konsep, yang sering kali menghasilkan efek retoris yang kuat.
Majas antitesis memberikan ketajaman dan kejelasan pada kalimat atau ekspresi, dan sering digunakan dalam sastra, retorika, pidato, dan komunikasi persuasif untuk meningkatkan efek emosional dan kognitif.
Majas paradoks adalah gaya bahasa yang melibatkan penggabungan konsep yang bertentangan atau kontradiktif dalam satu pernyataan atau ekspresi. Tujuannya adalah untuk menciptakan ketidakharmonisan atau kebingungan dalam pikiran pendengar atau pembaca, dengan cara yang sengaja mempertemukan elemen yang bertentangan.
Paradoks sering digunakan dalam sastra, filsafat, dan retorika untuk menyampaikan gagasan yang kompleks, menyoroti ironi, atau merangsang pemikiran kreatif. Majas paradoks digunakan untuk merangsang pemikiran yang lebih mendalam, membingungkan pembaca atau pendengar, dan mengajak mereka untuk mempertimbangkan sisi-sisi yang kompleks dari suatu konsep.
Majas okupasi adalah gaya bahasa yang digunakan ketika seseorang berpura-pura menolak atau mengabaikan suatu topik, namun sebenarnya tetap membicarakannya secara tersirat atau tidak langsung.
Dalam majas okupasi, pembicara seolah-olah “mengabaikan” suatu hal, tetapi sebenarnya mereka masih menyampaikan informasi tersebut dengan mengelak atau menyisipkannya dalam konteks yang berbeda. Majas okupasi juga sering digunakan sebagai bentuk manipulasi retoris untuk mengalihkan perhatian atau menghindari topik yang sensitif.
Majas kontradiksio interminis adalah istilah dalam bahasa Latin yang mengacu pada gaya bahasa yang melibatkan penggunaan kontradiksi atau konflik yang terus-menerus dalam teks atau pernyataan. Dalam konteks ini, “interminis” berarti “tanpa henti” atau “terus-menerus,” sehingga majas ini menggambarkan pengulangan konflik atau kontradiksi dalam komunikasi.
Majas anakronisme adalah ketika elemen-elemen atau detail-detail yang berasal dari periode waktu yang berbeda dimasukkan atau digunakan dalam konteks waktu atau lingkungan yang salah dalam suatu narasi, cerita, atau karya seni. Dengan kata lain, anakronisme adalah penyisipan atau penggabungan elemen-elemen yang tidak sesuai dengan waktu atau tempat yang dijelaskan.
Anakronisme dapat terjadi secara tidak sengaja, tetapi juga bisa dimaksudkan sebagai elemen retoris, humor, atau kreativitas dalam karya sastra, seni visual, film, atau bahkan dalam percakapan sehari-hari.
Majas penegasan, juga dikenal sebagai “repetisi penegasan,” adalah gaya bahasa yang melibatkan pengulangan kata atau frasa dengan tujuan untuk memberikan penekanan ekstra pada ide atau gagasan yang ingin disampaikan. Pengulangan dalam majas penegasan digunakan untuk memperkuat pesan dan menegaskan pentingnya suatu konsep dalam komunikasi.
Majas sindiran adalah sebuah bentuk ekspresi atau gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan kritik atau sindiran secara tidak langsung, sering kali dengan menggunakan kata-kata yang penuh dengan makna ganda atau ironi. Tujuan dari majas sindiran adalah untuk menyampaikan pesan kritik atau ejekan kepada sasaran tertentu tanpa harus mengatakannya secara langsung.
Majas sindiran dapat digunakan dalam berbagai konteks, termasuk sastra, pidato, atau komunikasi sehari-hari. Majas sindiran dapat memberikan sentuhan kreatif dan efektif dalam berkomunikasi, namun juga perlu digunakan dengan bijak agar tidak menyinggung perasaan orang lain atau menimbulkan konflik.
Lihat Juga : 110 Lagu Daerah di Indonesia
Majas metafora adalah gaya bahasa yang menghubungkan dua hal yang berbeda dengan menggambarkan satu hal sebagai yang lain, tanpa menggunakan kata “seperti” atau “bagai”. Dalam metafora, satu hal dianggap sebagai representasi atau simbol dari hal lain, untuk menciptakan gambaran yang lebih hidup atau bermakna. Berikut adalah beberapa ciri-ciri utama dari majas metafora:
Salah satu ciri khas metafora adalah penggabungan dua konsep atau objek tanpa kata perbandingan seperti “seperti” atau “bagai”. Ini membedakannya dari majas simile yang menggunakan kata-kata tersebut.
Metafora menggabungkan dua hal yang berbeda, tetapi membandingkannya untuk menciptakan pemahaman yang lebih dalam atau efek yang kuat.
Metafora sering kali menyembunyikan perbandingan antara dua hal yang tidak segera jelas secara harfiah, tetapi mengungkapkan makna baru ketika dibaca atau didengarkan.
Metafora melibatkan pemikiran kreatif karena menciptakan hubungan baru antara objek atau konsep yang berbeda.
Metafora dapat menciptakan gambaran yang kuat dan memikat dalam pikiran pembaca atau pendengar, menghidupkan bahasa dan meningkatkan pemahaman.
Metafora sering digunakan untuk memberikan penekanan pada suatu gagasan atau aspek tertentu dalam komunikasi.
Lihat Juga : Macam-Macam Keragaman Budaya di Indonesia
Majas metafora adalah salah satu jenis majas perbandingan yang memiliki banyak sekali contoh. Misalnya anak ini adalah darah daging kami. Dalam metafora, satu hal dianggap sebagai representasi atau simbol dari hal lain, untuk menciptakan gambaran yang lebih hidup atau bermakna. Jadi jika Anda masih bingung untuk menyebutkan apa saja contoh dari majas metafora, semoga beberapa contoh yang tersedia di atas dapat memudahkan Anda serta dapat Anda jadikan sebagai bahan referensi yang bermanfaat.
Majas metafora juga dapat diartikan sebagai majas sindiran, kiasan atau perumpamaan.
Salah satu fungsi dari majas metafora yaitu untuk menyampaikan sebuah pesan dengan cara yang lebih imajinatif, membuat teks lebih menarik dan lebih banyak pembaca yang terpikat karena menggunakan perbandingan yang mengejutkan.
Majas metafora biasanya sering digunakan dalam karya sastra seperti puisi atau prosa. Selain itu, Majas metafora juga dapat Anda temukan pada drama dan lain-lain.
Penulis : Adella Eka Ridwanti | Editor : Rudi Dian Arifin, Wahyu Setia Bintara
Discussion | 0 Comments
*Komentar Anda akan muncul setelah disetujui