100 Contoh Majas Metafora Lengkap dengan Penjelasan dan Ciri – Cirinya!

Berikut sejumlah contoh majas metafora yang bisa Anda jadikan referensi pembelajaran!

Majas adalah gaya bahasa atau perangkat retoris yang digunakan dalam komunikasi untuk memberikan daya tarik, kejelasan, atau kekuatan ekspresi pada teks atau percakapan. Majas sering kali mengandung penggunaan kata-kata atau frasa yang tidak biasa atau tidak konvensional, sehingga memberikan dimensi artistik atau imajinatif pada bahasa yang digunakan.

Majas dapat digunakan dalam sastra, pidato, iklan, dan berbagai bentuk komunikasi untuk mempengaruhi perasaan, pemahaman, dan pandangan pendengar atau pembaca. Salah satu jenis majas yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari contohnya yaitu manja metafora. Apa itu majas metafora dan apa saja contoh-contohnya? Untuk mengetahuinya, simak ulasan lengkapnya berikut ini!

Ringkasan

  • Majas metafora adalah majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda dengan mengatakan bahwa satu hal adalah seperti hal lainnya.
  • Ciri – ciri majas metafora adalah menghubungkan dua hal yang berbeda dengan menggambarkan satu hal sebagai yang lain, tanpa menggunakan kata “seperti” atau “bagai”.
  • Contoh majas metafora yaitu pria itu adalah seorang buaya darat, memang si otak udang pantas saja malas membaca, dasar anak bawang selalu tidak bisa diandalkan.
  • Majas metafora adalah salah satu jenis majas yang termasuk dalam majas perbandingan.

Lihat Juga : Daftar Channel Frekuensi TV Digital UHF Indonesia

Apa itu Majas Metafora?

Apa itu Majas Metafora
Sumber Gambar : summitcounseling.org

Metafora adalah majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda dengan mengatakan bahwa satu hal adalah seperti hal lainnya. Dalam metafora, kata “seperti” atau “bagai” tidak digunakan secara eksplisit, tetapi ada pemindahan makna dari satu objek ke objek lainnya untuk menggambarkan kesamaan atau hubungan tertentu di antara keduanya.

Metafora juga merupakan majas retoris yang menggambarkan suatu konsep dengan menghubungkannya dengan konsep lain yang sebenarnya tidak memiliki hubungan langsung, tetapi memiliki kesamaan atau keterkaitan dalam aspek tertentu. Dalam metafora, suatu kata atau frasa digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sebenarnya bukan kata atau frasa tersebut. Ini menciptakan perbandingan yang kuat untuk membantu pemahaman dan memberikan gambaran yang lebih hidup atau berwarna.

Lihat Juga : Contoh Pantun Nasehat

Pengertian Majas Metafora Menurut Para Ahli

Pengertian Majas Metafora
Sumber Gambar : owlcation.com

Berikut adalah beberapa definisi metafora menurut beberapa ahli:

1. Menurut Aristoteles

Dalam karyanya “Retorika,” Aristoteles menyebut metafora sebagai “penggunaan kata atau frasa yang dipinjam dari hal lain untuk menggambarkan hal yang sedang dibicarakan.”

2. Menurut I.A. Richards

Ahli sastra I.A. Richards mendefinisikan metafora sebagai “hubungan yang tidak biasa antara dua hal yang sebenarnya tidak terkait, namun menjadi terkait melalui penggunaan kata-kata yang mengaitkannya.”

3. Menurut Max Black

Filosof Max Black menggambarkan metafora sebagai “suatu proses transformasi, di mana suatu benda atau konsep digambarkan melalui benda atau konsep yang lain.”

4. Menurut Paul Ricoeur

Filsuf Paul Ricoeur melihat metafora sebagai “kemampuan untuk melihat suatu realitas melalui lensa yang lain, yang memungkinkan kita untuk memahami konsep dengan cara yang lebih kaya.”

5. Menurut George Lakoff dan Mark Johnson

Dalam buku mereka “Metaphors We Live By,” Lakoff dan Johnson mengajukan pandangan bahwa metafora bukan hanya alat bahasa, tetapi juga cerminan dasar dari pemahaman kita tentang dunia. Mereka berpendapat bahwa metafora membentuk cara kita berpikir dan berinteraksi dengan dunia.

Secara umum, metafora digunakan untuk membantu pemahaman, memberikan gambaran yang lebih kuat, dan membangkitkan emosi atau persepsi tertentu dalam teks atau komunikasi. Contoh umum metafora meliputi “laut kehidupan,” di mana kehidupan diumpamakan sebagai lautan yang luas dan tak terduga.

Lihat Juga : 500 Bahasa Sansekerta dan Artinya, Aesthetic, Lucu, Indah!

Contoh Majas Metafora

Contoh Majas Metafora
Sumber Gambar : thinkersincorporated.com
  1. Kehadirannya disambut dengan senyuman manis. (Senyuman manis = Senyum yang membuat orang lain gembira ketika melihatnya)
  2. Matanya sejuk menatapku. (Matanya sejuk = pandangan orang tersebut memberikan sensasi positif yang menenangkan atau membahagiakan)
  3. Raja itu menjadi tersulut api amarah. (api amarah = seseorang merasakan emosi marah yang sangat kuat dan intens)\
  4. Pria itu adalah seorang buaya darat. (Buaya darat = seorang pria yang suka mendekati banyak wanita dan berganti pasangan)
  5. Memang si otak udang, malas membaca. (Otak udang = Bodoh)
  6. Sore itu awan menangis. (Awan menangis = hujan sedang turun)
  7. Perpustakaan adalah gudang ilmu pengetahuan ( Gudang ilmu = tempat di banyak pengetahuan tersedia)
  8. Akhirnya Desi menikah dengan pujaan hatinya. (Pujaan hati = Kekasihnya)
  9. Jangan berkecil hati, tetap semangat! (Berkecil hati = merasa terpuruk atau terluka)
  10. Banyak tikus berdasi di kantor ini. (Tikus berdasi = koruptor)
  11. Dasar dia memang sampah masyarakat. (Sampah masyarakat = Perilaku yang merugikan atau merusak masyarakat)
  12. Mereka semua memasang muka tembok. (Muka tembok = Tidak bisa diajak berkomunikasi)
  13. Gadis cantik itu adalah kembang desa di kampung ini. (Kembang desa = Seseorang yang paling cantik di lingkungannya)
  14. Karena perilakunya, dia sering menjadi buah bibir sekampung. (Buah bibir = Bahan perbincangan)
  15. Hati-hati dengan orang itu, dia panjang tangan. (Panjang tangan = Suka mencuri)
  16. Dimas adalah tangan kanan Pak Yudi. (Tangan kanan = Orang kepercayaan)
  17. Seratus rumah habis dilahap si Jago Merah. (Si jago merah = api)
  18. Dasar kepala batu! Dinasehati tak pernah mendengar. (Kepala batu = Keras kepala)
  19. Ani selalu menjadi bintang kelas sejak dulu. (Bintang kelas = Siswa paling berprestasi di kelas)
  20. Hormatilah ayahmu, dia banting tulang setiap hari demi keluarga. (Banting tulang = Kerja keras)
  21. Permasalahan ini harus diselesaikan dengan kepala dingin. (Kepala dingin = tenang atau bijaksana)
  22. Wanita itu memiliki sifat bermuka dua. (Bermuka dua = tidak jujur atau manipulatif)
  23. Dalam mengambil keputusan, janganlah berat sebelah! (Berat sebelah = tidak adil)
  24. Kasus pembunuhan FS telah di bawah ke meja hijau. (Meja hijau = pengadilan)
  25. Andi bukan orang sembarangan, dia adalah keturunan darah biru. (Darah biru = bangsawan)
  26. Jangan heran, dia memang adalah anak emas di kelas ini! (Anak emas = anak kesayangan)
  27. Dia selalu mengkambinghitamkan orang lain, padahal dia sendiri berbuat jahat. (Mengkambinghitamkan orang lain = menyalahkan atau menuduh orang lain)
  28. Sekarang waktunya kita unjuk gigi di depan panggung. (Unjuk gigi = menunjukkan kemampuannya)
  29. Setiap pulang, ayah selalu membawa buah tangan dari luar kota. (Buah tangan = oleh-oleh)
  30. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. (Pahlawan tanpa tanda jasa = Orang-orang yang melakukan tindakan berjasa besar bagi masyarakat tanpa mendapatkan pengakuan atau penghargaan)
  31. Ayah dan ibu sangat menyayangi buah hatinya. (Buah hati = anak)
  32. Pengetahuan adalah jendela dunia. (Jendela dunia = media untuk memahami dunia luar)
  33. Kita harus selalu rendah hati kepada siapa pun. (Rendah hati = Bersikap baik)
  34. Bencana ini adalah takdir, kita harus berlapang dada. (Lapang dada = Menerima dengan ikhlas dan tenang)
  35. Si kutu buku itu sepanjang hari hanya di perpustakaan. (Kutu buku = seseorang yang gemar membaca sampai lupa waktu)
  36. Senyummu bagaikan embun pagi yang menyejukkan. (Senyummu bagai embun pagi = Senyumannya membuat tenang orang yang melihatnya)
  37. Setelah ayahnya tidak ada, kini Lina menjadi tulang punggung keluarga. (Tulang punggung = orang yang menopang segala kebutuhan)
  38. Si raja hutan tengah berburu mangsanya. (Raja hutan = Singa)
  39. Meskipun sedang naik daun, artis itu tidak pernah sombong. (Naik daun = Terkenal)
  40. Anak-anak muda adalah tunas-tunas bangsa. (Tunas bangsa = Generasi muda harapan bangsa)
  41. Perempuan itu bekerja sebagai kupu-kupu malam. (Kupu-kupu malam = seseorang yang terlibat dalam perilaku kurang terhormat dan biasanya berada di tempat hiburan malam)
  42. Seorang anak adalah harta karun bagi kedua orang tuanya. (Harta Karun = Sesuatu yang memiliki nilai besar)
  43. Dewi malam memancarkan cahayanya malam ini. (Dewi = bulan)
  44. Kau adalah belahan jiwaku satu satunya. (Belahan jiwa = orang yang dicintai begitu dalam)
  45. Raja siang menyengat terik dari sisi timur. (Raja siang = matahari)
  46. Dia mati kutu tak bisa berkutik saat warga memergokinya. (Mati kutu = tidak berdaya atau tidak bisa berbuat apa-apa)
  47. Wanita adalah tulang rusuk laki-laki. (Tulang rusuk = Bagian yang hilang dari seorang laki-laki)
  48. Ini sudah tanggal tua, kita perlu berhemat. (Tanggal tua = Kondisi keuangan mulai menipis karena belum gajian)
  49. Suaminya memang ringan tangan, selalu memukul istrinya. (Ringan tangan = suka memukul)
  50. Si anak bawang tak pernah bisa diandalkan. (Anak bawang = anak yang tidak diperhitungkan)
  51. Jangan pernah dengarkan omongan si mulut buaya. (Mulut buaya = orang yang berbicara tidak sesuai kebenarannya, atau penipu)
  52. Banyak orang yang selalu mencari muka ke atasan. (Cari muka = berbuat baik hanya ingin dinilai baik demi mendapatkan sesuatu
  53. Sekarang sulit mencari kerja kalau tak ada orang dalam. (Orang dalam = orang yang berada di dalam lingkungan pekerjaan atau golongan)
  54. Kalian harus tutup mulut agar masalah tak jadi panjang. (Tutup mulut = diam)
  55. Pejabat itu selalu cuci tangan dalam setiap kasus. (Cuci tangan = tidak bertanggung jawab)
  56. Dasar laki-laki hidung belang! (Hidung belang = lelaki yang memiliki sifat suka mengganggu perempuan)
  57. Mari kita berpikir dan berjiwa besar! (Berjiwa besar = menggunakan pikiran dan jiwa secara baik untuk menghadapi persoalan hidup)
  58. Tina cuma bisa gigit jari melihat tiketnya hangus. (Gigit jari = kecewa)
  59. Anak-anak ini hidup sebatang kara. (Sebatang kara = hidup sendirian)
  60. Hati-hati terhadap buaya darat yang suka merayu wanita. (Buaya darat = suka menggoda wanita)
  61. Mereka semua sudah masuk ke dalam daftar hitam polisi. (Daftar hitam = daftar nama seseorang yang melakukan tindakan buruk)
  62. Banyak orang menjadi gelap mata saat melihat harta benda. (Gelap mata = tidak dapat berpikir terang)
  63. Jangan percaya itu hanyalah kabar burung. (Kabar burung = berita yang belum tentu kebenarannya)
  64. Orang gila itu menyakiti orang-orang di sekitarnya secara membabi buta. (Membabi buta = mengamuk atau bertindak tanpa perhitungan)
  65. Sudah dibantu, malah lupa daratan. (Lupa daratan = berbuat sesuatu yang melampaui batas)
  66. Kejadian itu membuatnya naik pitam. (Naik pitam = emosi atau marah)
  67. Mari bertindak jangan hanya berpangku tangan. (Berpangku tangan = malas-malasan)
  68. Mulutmu harimaumu! (Perkataan kita dapat melukai hati orang lain)
  69. Wanita genit itu selalu bermain mata dengan suami orang. (Bermain mata = menggoda)
  70. Banyak pahlawan yang gugur di medan perang. (Gugur di medan perang = tewas atau meninggal)
  71. Dia memang baik dan murah hati = (murah hati=suka menolong)
  72. Para saksi akhirnya angkat bicara di pengadilan= (angkat bicara = mulai berbicara)
  73. Akal bulusmu itu tidak bisa menipuku. (Akal bulus = tipu muslihat yang licik)
  74. Aliran sesat ini telah mencuci otak para pengikutnya. (Mencuci otak = mempengaruhi pikirannya)
  75. Pendeta memiliki buku putih yang tak bisa dibuka siapa pun. (Buku putih = buku yang berisi kebijakan tertentu)
  76. Dasar kepala udang, makanya sebelum bertindak dipikir dulu. (Kepala udang = bodoh)
  77. Dia menjadi buah bibir setelah viral di media sosial. (Buah bibir = bahan pembicaraan)
  78. Sultan Hasanuddin adalah Ayam Jantan dari Timur. (Orang yang memiliki kegigihan dan keberanian melawan Belanda)
  79. Ini adalah bahtera rumah tangga kita berdua. (Bahtera Rumah Tangga = Kehidupan suami istri)
  80. Tak semua percintaan akan bermuara pada pernikahan. (bermuara pada pernikahan = berakhir pada pernikahan)
  81. Perasaan menyesal membayangi lelaki itu. (Rasa penyesalan yang sering muncul)
  82. Lintah darat itu tak segan menyakiti korbannya. (Lintah darat = rentenir)
  83. Masih banyak tikus kantor di negeri kita. (Tikus kantor = koruptor)
  84. Semenjak pandemi, banyak pengusaha yang gulung tikar. (Gulung tikar = bangkrut)
  85. Kabar angin tentang gempa meresahkan masyarakat. (Kabar angin = gosip atau isu)
  86. Pria bijak itu telah makan asam garam kehidupan yang lama. (Telah memiliki banyak pengalaman)
  87. Mendengar kabar itu, dia langsung kebakaran jenggot. (Kebakaran jenggot = kacau)
  88. Kakek tutup usia di rumah sakit. (Tutup usia = meninggal)
  89. Kehadirannya selalu seperti sang pelita bagi yang lain. (Kehadirannya memberikan pengaruh baik bagi orang lain)
  90. Ayah sedang memperbaiki kuda besinya di bengkel. (Kuda besi = sepeda motor)
  91. Tak usah menjelaskan panjang lebar, saya sudah tahu! (menjelaskan panjang lebar = Bertele-tele)
  92. Kita masih dipandang sebelah mata oleh lawan. (Dipandang sebelah mata = diremehkan)
  93. Selalu dengarkan suara hatimu dalam kondisi apa pun. (Suara hati = hati nurani )
  94. Pikirkan baik-baik, jangan sampai salah langkah. (Salah langkah = salah ambil keputusan )
  95. Sejak kepergiannya banyak orang menjadi patah hati. (Patah hati = sakit hati)
  96. Bukan lagi rahasia umum kalau dia itu anak yang baik. (Rahasia umum = sesuatu yang sudah diketahui banyak orang)
  97. Ternyata ucapan dan janji-janji pejabat hanya omong kosong. (Omong kosong = ucapan yang tidak dilakukan)
  98. Maling itu mengambil langkah seribu ketika dikejar warga. (Langkah seribu = lari cepat karena takut)
  99. Anak ini adalah darah daging kami. (Darah daging = Anak kandung)
  100. Perempuan itu berbadan dua setelah pulang dari kota. (Berbadan dua = hamil)

Lihat Juga : 30 Lagu Nasional Indonesia

Jenis – Jenis Majas

Jenis-Jenis Majas Metafora
Sumber Gambar : dice.com

Ada beberapa jenis metafora yang digunakan dalam bahasa dan sastra. Berikut beberapa contoh jenis metafora yang umum dijumpai, antara lain yaitu:

1. Majas Perbandingan

Majas perbandingan adalah salah satu bentuk majas retoris yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda dengan menggunakan kata-kata atau frasa yang mengandung unsur perbandingan, seperti “seperti”, “bagai”, “serupa”, “layaknya”, dan sejenisnya. Tujuan dari majas perbandingan adalah untuk memperjelas, memperkuat, atau menghidupkan deskripsi atau penyampaian suatu gagasan dengan cara mengaitkan suatu hal dengan yang lain yang memiliki kesamaan atau perbedaan tertentu.

Contoh-contoh majas perbandingan:

“Dia cepat seperti kilat dalam berlari.”
“Wajahnya cerah bagai matahari terbit di pagi hari.”
“Senyumnya manis seperti gula.”
“Rambutnya hitam seperti malam gelap.”
“Suara merdu seperti alunan melodi angin.”

Dalam contoh-contoh di atas, perbandingan dibuat antara hal-hal yang berbeda dengan menggunakan kata-kata “seperti” atau kata-kata lain yang memiliki fungsi serupa. Majas perbandingan ini membantu membayangkan atau merasakan sesuatu secara lebih jelas melalui penggambaran perbandingan yang kuat.

a. Majas Alegori

Majas alegori adalah gaya bahasa yang menggunakan cerita, gambaran, atau narasi panjang untuk menggambarkan suatu gagasan, konsep, atau pesan yang lebih kompleks. Dalam alegori, elemen-elemen dalam cerita atau gambaran tersebut memiliki makna kiasan yang lebih dalam dan sering kali mengandung pesan moral, sosial, politik, atau filosofis. Alegori bisa menciptakan perbandingan yang kompleks dan memungkinkan pembaca atau pendengar untuk memahami konsep yang lebih abstrak melalui representasi konkret dalam cerita.

b. Majas Metafora

Majas metafora adalah gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda tanpa menggunakan kata-kata perbandingan langsung seperti “seperti” atau “bagai”. Dalam metafora, suatu hal dijelaskan atau diatributkan pada hal lain untuk menunjukkan kesamaan atau hubungan antara keduanya. Metafora menggambarkan suatu hal sebagai hal lain dengan harapan agar pembaca atau pendengar dapat melihat aspek baru atau mendalam dari hal yang sedang dijelaskan.

c. Majas Metonimia

Majas metonimia adalah gaya bahasa yang menggantikan suatu kata dengan kata lain yang memiliki hubungan atau keterkaitan langsung dengan kata yang asli. Dalam metonimia, dua hal tersebut harus memiliki hubungan yang erat dalam konteks tertentu. Penggunaan metonimia dapat memperkaya teks dengan memberikan makna tambahan atau menggambarkan hubungan yang lebih kompleks antara objek atau konsep yang dimaksud.

d. Majas Litotes

Majas litotes adalah gaya bahasa yang menggunakan pengurangan berlebihan untuk menciptakan efek retoris tertentu. Dalam litotes, penulis atau pembicara mengurangi pernyataan dengan menghilangkan unsur yang berlebihan atau mengurangi penekanan, sering kali dengan mengatakan hal sebaliknya dari yang dimaksudkan. Hal ini dapat digunakan untuk memberikan kesan understatement (pernyataan yang merendahkan) atau untuk menekankan suatu hal dengan cara yang halus.

e. Majas Hiperbola

Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pernyataan dengan cara yang berlebihan atau berlebih-lebihan. Dalam hiperbola, penulis atau pembicara sengaja menggambarkan sesuatu dengan cara yang lebih dramatis atau berlebihan dari kenyataan sehari-hari, dengan tujuan untuk mengekspresikan perasaan, menarik perhatian, atau memberikan efek retoris yang kuat.

f. Majas Pars Pro Toto

Majas “pars pro toto” adalah gaya bahasa yang digunakan ketika bagian dari sesuatu diambil untuk mewakili seluruhnya, atau sebaliknya, seluruhnya diambil untuk mewakili bagian dari sesuatu. Dalam bahasa Latin, “pars pro toto” berarti “bagian menggantikan keseluruhan.”

Majas pars pro toto membantu untuk memberikan kesan yang lebih umum atau komprehensif dengan hanya merujuk pada bagian tertentu dari suatu konsep atau objek. Pemahaman konteks dan konsep yang lebih luas sangat penting dalam mengenali penggunaan majas ini.

g. Majas Eufimisme

Majas eufemisme adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan kata atau frasa yang kasar, tidak sopan, atau terlalu langsung dengan kata-kata yang lebih lembut, halus, atau kurang kontroversial. Eufemisme digunakan untuk meredakan atau menyamarkan kata-kata yang mungkin dianggap tidak pantas atau sensitif oleh audiens.

Eufemisme sering digunakan dalam berbagai konteks, seperti berbicara tentang kematian, penyakit, atau situasi yang sensitif secara sosial. Tujuannya adalah untuk menjaga kesopanan, menghindari menyinggung perasaan, atau mengurangi ketegangan dalam komunikasi. Meskipun eufemisme dapat membantu membuat percakapan lebih ramah, mereka juga dapat menyebabkan penyampaian pesan menjadi kurang jelas atau kurang tegas, tergantung pada konteksnya.

h. Majas Personifikasi

Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan sifat-sifat atau karakteristik manusia pada objek, hewan, atau konsep abstrak yang sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk berperilaku seperti manusia. Dalam personifikasi, objek tersebut dianggap seolah-olah memiliki emosi, niat, atau tindakan yang dapat dilakukan oleh manusia.

Personifikasi digunakan untuk memberikan unsur emosi, citra yang hidup, dan nuansa kreatif dalam bahasa dan sastra. Dengan memberikan karakteristik manusia pada objek non-manusia, personifikasi dapat membantu memperkaya pengalaman pembaca atau pendengar.

i. Majas Ironi

Majas ironi adalah gaya bahasa yang menggambarkan suatu situasi di mana ada perbedaan antara apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang diharapkan atau diungkapkan secara verbal. Ironi sering digunakan untuk menyampaikan makna yang tersembunyi atau untuk menciptakan kontras antara apa yang dikatakan atau terlihat dengan kenyataan yang sebenarnya.

Ironi digunakan dalam bahasa dan sastra untuk mengekspresikan perbedaan antara ekspektasi dan kenyataan, untuk menyampaikan komentar sinis, atau untuk menciptakan efek yang kuat dalam penyampaian pesan.

j. Majas Sarkasme

Majas sarkasme adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan sindiran atau pernyataan sinis dengan tujuan untuk mengkritik atau mengejek secara halus atau merendahkan. Dalam sarkasme, kata-kata yang digunakan sering kali memiliki arti yang berlawanan dengan makna sebenarnya atau digunakan dengan nada yang mengesankan ketidaksetujuan atau kekecewaan.

Sarkasme sering digunakan untuk menyampaikan kritik tersembunyi atau mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang tidak langsung. Namun, karena sarkasme bisa saja diartikan dengan berbagai cara, tergantung pada konteks dan intonasi, perlu berhati-hati agar tidak menyinggung atau mengejek orang lain secara tidak sopan.

k. Majas Sinisme

Majas sinisme adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pernyataan yang merendahkan, sinis, atau mencemooh dengan tujuan untuk mengkritik, mengejek, atau menunjukkan ketidaksetujuan secara tajam dan tegas. Sinisme sering kali memiliki unsur kekecewaan atau skeptisisme terhadap suatu situasi atau konsep, dan cenderung merendahkan atau menertawakan hal tersebut.

Sinisme dapat digunakan untuk mengungkapkan pandangan kritis secara tajam, tetapi juga dapat terasa merendahkan atau tidak sopan jika tidak digunakan dengan tepat. Penting untuk mempertimbangkan audiens dan konteks ketika menggunakan sinisme dalam komunikasi.

l. Majas Pleonasme

Majas pleonasme adalah gaya bahasa yang melibatkan pengulangan kata atau frasa yang memiliki makna yang sama atau serupa, sehingga menyebabkan pemborosan kata-kata atau informasi yang tidak perlu. Dalam pleonasme, kata-kata yang digunakan mengulang konsep yang sudah jelas dari konteks kalimat.

Pleonasme sering kali digunakan dalam percakapan sehari-hari dan sastra sebagai alat stilistis untuk memberikan penekanan atau efek yang kuat pada suatu gagasan. Namun, dalam beberapa kasus, pleonasme dapat dianggap sebagai bentuk kelebihan kata atau kekurangan ketepatan dalam penyampaian.

m. Majas Repetisi

Majas repitisi, juga dikenal sebagai pengulangan, adalah gaya bahasa yang melibatkan penggunaan berulang-ulang kata, frasa, atau kalimat dalam konteks yang sama atau mirip, untuk memberikan penekanan pada suatu gagasan atau menciptakan efek retoris yang kuat. Pengulangan dalam majas repitisi dapat digunakan untuk memperkuat pesan, meningkatkan efek emosional, atau membuat informasi lebih mudah diingat oleh pendengar atau pembaca.

Pengulangan dapat memberikan ritme dan irama tertentu pada teks, memperkuat ide pokok, dan menarik perhatian pembaca atau pendengar. Namun, penggunaan berlebihan dari pengulangan juga dapat membuat teks terdengar membosankan atau monoton.

n. Majas Retorika

Majas retorika adalah teknik atau gaya bahasa yang digunakan dalam komunikasi, terutama dalam retorika atau seni berbicara dan menulis, untuk mempengaruhi, meyakinkan, atau memperkuat pesan yang ingin disampaikan kepada audiens. Majas retorika digunakan untuk menciptakan efek retoris yang kuat, memperkaya bahasa, dan membuat pesan lebih menarik dan efektif.

Majelis retorika mencakup berbagai gaya bahasa dan figur retoris, seperti metafora, simile, hiperbola, eufemisme, ironi, dan lain-lain, yang digunakan untuk menciptakan daya tarik dan efek emosional dalam komunikasi. Majas retorika dapat digunakan dalam berbicara, menulis, pidato, dan tulisan formal lainnya untuk mencapai tujuan tertentu, seperti meyakinkan, menghibur, mengajar, atau menggerakkan audiens.

o. Majas Aliterasi

Majas aliterasi adalah gaya bahasa yang melibatkan pengulangan bunyi konsonan awal yang sama pada beberapa kata yang berdekatan dalam sebuah rangkaian kata atau frasa. Tujuannya adalah untuk menciptakan efek ritmis, memperkuat kesan, dan memberikan nada atau irama yang khas pada teks.

Aliterasi sering digunakan dalam sastra, puisi, lagu, dan retorika untuk menciptakan efek yang menarik, menghidupkan teks, dan membuatnya lebih mudah diingat oleh pendengar atau pembaca.

2. Majas Pertentangan

Majas pertentangan merupakan majas yang melibatkan penggunaan kontrast atau perbedaan tajam antara dua hal yang berlawanan dalam kalimat atau frasa. Tujuannya adalah untuk menciptakan efek retoris yang kuat, menyoroti perbedaan, atau menggambarkan kontras yang jelas.

majas pertentangan sering digunakan dalam sastra, pidato, dan komunikasi retoris untuk memberikan efek kontras yang dramatis dan memperkaya pesan yang ingin disampaikan.

a. Majas Antitesis

Majas antitesis adalah gaya bahasa yang melibatkan penggabungan dua kata atau frasa yang bertentangan atau berlawanan dalam satu kalimat atau ekspresi. Tujuannya adalah untuk menciptakan kontrast yang tajam atau perbedaan yang jelas antara dua konsep, yang sering kali menghasilkan efek retoris yang kuat.

Majas antitesis memberikan ketajaman dan kejelasan pada kalimat atau ekspresi, dan sering digunakan dalam sastra, retorika, pidato, dan komunikasi persuasif untuk meningkatkan efek emosional dan kognitif.

b. Majas Paradoks

Majas paradoks adalah gaya bahasa yang melibatkan penggabungan konsep yang bertentangan atau kontradiktif dalam satu pernyataan atau ekspresi. Tujuannya adalah untuk menciptakan ketidakharmonisan atau kebingungan dalam pikiran pendengar atau pembaca, dengan cara yang sengaja mempertemukan elemen yang bertentangan.

Paradoks sering digunakan dalam sastra, filsafat, dan retorika untuk menyampaikan gagasan yang kompleks, menyoroti ironi, atau merangsang pemikiran kreatif. Majas paradoks digunakan untuk merangsang pemikiran yang lebih mendalam, membingungkan pembaca atau pendengar, dan mengajak mereka untuk mempertimbangkan sisi-sisi yang kompleks dari suatu konsep.

c. Majas Okupasi

Majas okupasi adalah gaya bahasa yang digunakan ketika seseorang berpura-pura menolak atau mengabaikan suatu topik, namun sebenarnya tetap membicarakannya secara tersirat atau tidak langsung.

Dalam majas okupasi, pembicara seolah-olah “mengabaikan” suatu hal, tetapi sebenarnya mereka masih menyampaikan informasi tersebut dengan mengelak atau menyisipkannya dalam konteks yang berbeda. Majas okupasi juga sering digunakan sebagai bentuk manipulasi retoris untuk mengalihkan perhatian atau menghindari topik yang sensitif.

 d. Majas Kontradiksio Inerminis

Majas kontradiksio interminis adalah istilah dalam bahasa Latin yang mengacu pada gaya bahasa yang melibatkan penggunaan kontradiksi atau konflik yang terus-menerus dalam teks atau pernyataan. Dalam konteks ini, “interminis” berarti “tanpa henti” atau “terus-menerus,” sehingga majas ini menggambarkan pengulangan konflik atau kontradiksi dalam komunikasi.

e. Majas Anakronisme

Majas anakronisme adalah ketika elemen-elemen atau detail-detail yang berasal dari periode waktu yang berbeda dimasukkan atau digunakan dalam konteks waktu atau lingkungan yang salah dalam suatu narasi, cerita, atau karya seni. Dengan kata lain, anakronisme adalah penyisipan atau penggabungan elemen-elemen yang tidak sesuai dengan waktu atau tempat yang dijelaskan.

Anakronisme dapat terjadi secara tidak sengaja, tetapi juga bisa dimaksudkan sebagai elemen retoris, humor, atau kreativitas dalam karya sastra, seni visual, film, atau bahkan dalam percakapan sehari-hari.

3. Majas Penegasan

Majas penegasan, juga dikenal sebagai “repetisi penegasan,” adalah gaya bahasa yang melibatkan pengulangan kata atau frasa dengan tujuan untuk memberikan penekanan ekstra pada ide atau gagasan yang ingin disampaikan. Pengulangan dalam majas penegasan digunakan untuk memperkuat pesan dan menegaskan pentingnya suatu konsep dalam komunikasi.

4. Majas Sindiran

Majas sindiran adalah sebuah bentuk ekspresi atau gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan kritik atau sindiran secara tidak langsung, sering kali dengan menggunakan kata-kata yang penuh dengan makna ganda atau ironi. Tujuan dari majas sindiran adalah untuk menyampaikan pesan kritik atau ejekan kepada sasaran tertentu tanpa harus mengatakannya secara langsung.

Majas sindiran dapat digunakan dalam berbagai konteks, termasuk sastra, pidato, atau komunikasi sehari-hari. Majas sindiran dapat memberikan sentuhan kreatif dan efektif dalam berkomunikasi, namun juga perlu digunakan dengan bijak agar tidak menyinggung perasaan orang lain atau menimbulkan konflik.

Lihat Juga : 110 Lagu Daerah di Indonesia

Ciri – Ciri Majas Metafora

Ciri-Ciri Majas Metafora
Sumber Gambar : theconversation.com

Majas metafora adalah gaya bahasa yang menghubungkan dua hal yang berbeda dengan menggambarkan satu hal sebagai yang lain, tanpa menggunakan kata “seperti” atau “bagai”. Dalam metafora, satu hal dianggap sebagai representasi atau simbol dari hal lain, untuk menciptakan gambaran yang lebih hidup atau bermakna. Berikut adalah beberapa ciri-ciri utama dari majas metafora:

1. Tidak menggunakan kata “seperti” atau “bagai”

Salah satu ciri khas metafora adalah penggabungan dua konsep atau objek tanpa kata perbandingan seperti “seperti” atau “bagai”. Ini membedakannya dari majas simile yang menggunakan kata-kata tersebut.

2. Penggabungan dua hal yang berbeda

Metafora menggabungkan dua hal yang berbeda, tetapi membandingkannya untuk menciptakan pemahaman yang lebih dalam atau efek yang kuat.

3. Menciptakan perbandingan tersembunyi

Metafora sering kali menyembunyikan perbandingan antara dua hal yang tidak segera jelas secara harfiah, tetapi mengungkapkan makna baru ketika dibaca atau didengarkan.

4. Memiliki dimensi kreatif

Metafora melibatkan pemikiran kreatif karena menciptakan hubungan baru antara objek atau konsep yang berbeda.

5. Memberikan gambaran yang kuat

Metafora dapat menciptakan gambaran yang kuat dan memikat dalam pikiran pembaca atau pendengar, menghidupkan bahasa dan meningkatkan pemahaman.

6. Dapat memberikan penekanan

Metafora sering digunakan untuk memberikan penekanan pada suatu gagasan atau aspek tertentu dalam komunikasi.

Lihat Juga : Macam-Macam Keragaman Budaya di Indonesia

Penutup

Majas metafora adalah salah satu jenis majas perbandingan yang memiliki banyak sekali contoh. Misalnya anak ini adalah darah daging kami. Dalam metafora, satu hal dianggap sebagai representasi atau simbol dari hal lain, untuk menciptakan gambaran yang lebih hidup atau bermakna. Jadi jika Anda masih bingung untuk menyebutkan apa saja contoh dari majas metafora, semoga beberapa contoh yang tersedia di atas dapat memudahkan Anda serta dapat Anda jadikan sebagai bahan referensi yang bermanfaat.

Majas metafora juga dapat diartikan sebagai majas apa ?

Majas metafora juga dapat diartikan sebagai majas sindiran, kiasan atau perumpamaan.

Apa fungsi majas metafora?

Salah satu fungsi dari majas metafora yaitu untuk menyampaikan sebuah pesan dengan cara yang lebih imajinatif, membuat teks lebih menarik dan lebih banyak pembaca yang terpikat karena menggunakan perbandingan yang mengejutkan.

Majas metafora biasanya dapat ditemukan di mana?

Majas metafora biasanya sering digunakan dalam karya sastra seperti puisi atau prosa. Selain itu, Majas metafora juga dapat Anda temukan pada drama dan lain-lain.


Penulis : Adella Eka Ridwanti | Editor : Rudi Dian Arifin, Wahyu Setia Bintara

Adella Eka Ridwanti

Adella Eka Ridwanti adalah lulusan Ilmu Komunikasi 2022 yang berpengalaman dalam menulis konten kreatif dan digital marketing. Saat ini menjadi penulis di website Dianisa.com dan menjadi sosial media officer untuk perusahaan yang menawarkan jasa perjalanan tour luar negeri dan Umroh.

Discussion | 0 Comments

*Komentar Anda akan muncul setelah disetujui

  1. Logo Universitas AMIKOM Yogyakarta (UAYO) PNG, CDR, AI, EPS, SVG (Free Download)

    Berikut kami bagikan link download logo Universitas AMIKOM Yogyakarta PNG, CDR, AI, EPS, SVG terbaru yang…
  2. Logo Universitas Dr. Soetomo Surabaya (UNSOETOMO) PNG, CDR, AI, EPS, SVG (Free Download)

    Berikut kami bagikan link download logo Universitas Dr. Soetomo Surabaya PNG, CDR, AI, EPS, SVG terbaru…
  3. 25 Nada Dering iPhone 12 dan 12 Pro, Paling Lengkap!

    Berikut kami bagikan kumpulan nada dering iPhone 12, dan 12 Pro, yang bisa kamu download dan…