21 Contoh Cerpen Tentang Persahabatan Penuh Makna dan Inspiratif

Berikut sejumlah cerpen bertema persahabatan sejati yang bisa Anda jadikan referensi tugas sekolah!

Ketika sedang bosan, memang yang paling seru adalah membaca sebuah cerpen atau cerita pendek. Bagi Anda yang suka membaca, cerpen ialah solusi untuk menemani di saat menyendiri. Akan tetapi, jika Anda yang tidak terlalu suka membaca, Anda juga bisa loh menulis sebuah cerita pendek. Anda dapat menuangkan semua ide dan imajinasi melalui sebuah karya tulisan. Topik dalam cerpen tentu sangat beragam dan menarik, agar cerpen tersebut tidak monoton, Anda dapat mengolah kalimat, alur, dan latar tempat yang lebih menarik. Salah satu topik cerpen yang paling umum yaitu cerpen tentang pendidikan, persahabatan, motivasi, cerpen lucu, dan lain sebagainya.

Sebelumnya membahas lebih lanjut, tahukah Anda apa itu cerpen? Cerpen singkatan dari cerita pendek merupakan salah satu jenis prosa yang mana isi cerita tersebut hanya sebuah karangan semata atau bukan kejadian nyata. Jadi, cerpen adalah sebuah karya tulisan yang dibuat berdasarkan imajinasi dari sang penulis. Nah, biasanya di bangku sekolah sangat familiar dengan cerpen, beberapa tugas bahasa Indonesia pasti akan membuat sebuah cerita pendek. Bagi Anda yang sedang mencari artikel tentang contoh cerpen persahabatan, artikel ini cocok untuk Anda, karena di sini terdapat kumpulan contoh cerita pendek yang menarik dan dapat Anda gunakan sebagai bahan referensi tugas sekolah. Apa saja?

Ringkasan

  • Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek, yaitu salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi.
  • Ciri khas dari cerpen yaitu bersifat fiktif (karangan dari penulis), memiliki susunan kata yang tidak lebih dari 10.000 kata, dan biasanya selesai dibaca dengan sekali duduk.
  • Elemen penting dalam cerpen yaitu pengenalan konflik, klimaks, dan penyelesaian.
  • Kumpulan contoh cerpen persahabatan berbagai judul, seperti arti persahabatan, musim panen bersama, persahabatan sejati, teman pertama, dan sebagainya.

Lihat Juga : 500 Bahasa Sansekerta dan Artinya

Apa itu cerpen?

Cerita Pendek Tentang Persahabatan
Sumber Gambar : unsplash.com

Dikutip dari ruangguru.com, cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek, yaitu salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi. Cerita pendek memberikan kisah tentang sebuah cerita fiksi yang dikemas secara pendek, jelas, dan ringkas. Apakah cerpen memiliki ciri khas? Tentu saja, ciri khas dari cerpen yaitu bersifat fiktif (karangan dari penulis), memiliki susunan kata yang tidak lebih dari 10.000 kata, dan biasanya selesai dibaca dengan sekali duduk.

Perlu Anda ketahui juga bahwa dalam cerpen mempunyai beberapa elemen penting, seperti pengenalan konflik, klimaks, dan penyelesaian. Selain itu, terdapat beberapa jenis cerpen, di antaranya realistik, fantasi, misteri, dan romantis. Jadi, singkatnya cerpen adalah sebuah karya sastra prosa atau dapat dikatakan sebagai cerita fiksi dan cerita yang ditulis berasal dari karangan sang penulis.

Lihat Juga : Contoh Kata Pengantar

Kumpulan contoh cerpen persahabatan

Contoh Cerpen Persahabatan
Template : Canva

Berikut ini adalah kumpulan contoh cerpen yang dikutip dari beberapa sumber artikel dan kemudian di ringkas menjadi kumpulan contoh cerpen yang dapat membantu Anda sebagai bahan referensi tugas sekolah, di antaranya sebagai berikut.

1. Arti Persahabatan – Karya: Tafassahu

Nikmatnya bila semua serba tercukupi, semua keinginan bisa terpenuhi sampai barang apa pun bisa dibelinya, itulah riska, seorang anak dari konglomerat yang sangat kaya, Ibu dan Ayahnya adalah pengusaha besar yang berada di daerah Jakarta. Namun, hal yang sangat baik dari keluarga itu adalah mereka mampu bersikap dan berperilaku layaknya orang biasa, bersopan santun, ramah terhadap tetangga begitu pun kepada orang-orang yang berkunjung ke rumahnya. Tak terkecuali dengan Riska, anaknya manis dan tidak pernah manja dengan orang tuanya, dia bisa bersikap baik terhadap semua orang termasuk teman-temannya sehingga banyak yang betah ketika bertamu ke rumahnya.

Salah satu sahabat terbaik Riska yaitu Ika, dia berasal dari keluarga sederhana, rumahnya yang masih satu kecamatan dengan Riska, membuatnya gampang untuk bermain atau sekedar bertemu dengan Riska. Namun pada hari ini sahabatnya Ika tak pernah kelihatan lagi, sudah hampir 3 minggu ini.

“Kok Ika ngga’ pernah kelihatan? Ke mana ya, biasanya dia selalu masuk sekolah”.

“Mungkin sakit”, jawaban dari Mama.

“Kalo begitu coba nanti sore aku pengen ke rumahnya lagi”, kata Riska sangat bersemangat.

Sudah beberapa kali Riska mengetuk pintu, tetapi tak ada jawaban dari dalam rumah, kemudian tiba-tiba muncul orang dari sebelah rumah.

“Ada apa mba”, tanya orang lelaki itu

“Saya mau mencari teman saya , Ika namanya”, jawabnya cepat

Alangkah terkejutnya Riska mendengar jawaban dari lelaki itu, jika Ika yang selama ini dia kenal dan menjadi sahabatnya mengontrak di rumah itu, kemudian kembali ke desanya karena menurut kabar orang tuanya sudah berhenti bekerja akibat di PHK oleh perusahaannya.

Sekembalinya Riska ke rumah, ia hanya bisa melamun dan tidak bisa berbuat apa – apa. Lantas ia pun bergegas ingin mencari Ika di desanya. “Mama, aku ingin mencari Ika, biarkan dia bisa melanjutkan sekolahnya lagi”, tanyanya

“Baiklah kalo itu keinginanmu, mari bergegas dan segera mencari alamat Ika dahulu”, jawab Mamanya dengan penuh perhatian

Akhirnya keinginan Riska terpenuhi, dan selama beberapa jam bertanya-tanya di tempat pedesaan yang pernah Riska ketahui, bisa menemukan alamat rumah Ika. Kedatangannya pun disambut haru dan isak tangis oleh keluarganya termasuk Ika. Pelukan hangat di antara mereka menjadikan persahabatan semakin erat.

“Ika, kedatanganku sama keluarga ingin mengajakmu kembali bersekolah sekaligus ikut kami ke Jakarta lagi”, kata Riska.

“Soal sekolah dan biaya apapun, kamu ngga’ usah khawatir biar saya yang menanggungnya”, lanjut Papa Riska.

“Baiklah bila Riska dan Bapak Ibu menghendaki dan memberikan kesempatan itu pada saya, saya sangat bersyukur dan banyak mengucapkan terima kasih atas kebaikan Riska dan keluarga”, jawabnya Ika diselingi haru yang luar biasa.

“Terima kasih banyak Pak, Buk, kami tidak bisa lagi harus memberikan imbalan seperti apa, karena hanya petani biasa”, lanjut Ibu dan Bapak Ika. Lalu mereka pun kembali berpelukan untuk kembali menyambut Ika menjadi sahabatnya kembali.

2. Mona Lisa – Karya: Grace Paris

Cahaya matahari begitu bersinar pagi ini, Lisa siswi SMA yang sedang terburu-buru ke sekolah terlihat begitu bersemangat tetapi baru di gerbang sekolah terlihat mobil mewah terparkir dan tak beberapa lama kemudian seorang gadis turun sambil dipapah kemudian didudukkan di kursi roda, sambil tersenyum Lisa menghampirinya “Mona”, sapa Lisa dan gadis bernama Mona itu memegang tangan Lisa, “biar Lisa saja yang mendorongku”, ucap Mona pada pengasuhnya.

Mereka berdua melewati lorong sekolah menuju ke kelas, sepanjang perjalanan mereka menjadi bahan tontonan, Lisa dan Mona memang sudah lama bersahabat sejak kecil namun, keadaan Mona yang lumpuh karena sebuah kecelakaan tak membuat persahabatan mereka luntur bahkan Lisa senantiasa menemaninya.

Di sekolah hampir dikatakan mereka selalu bersama bahkan mereka satu kelas, layaknya saudara kandung karena Mona sendiri memang anak tunggal sedangkan Lisa mempunyai seorang kakak tiri yang tidak tinggal bersamanya yang bahkan belum pernah Mona lihat. Setiap akhir pekan mereka saling mengunjungi, bermain dan belajar bersama, namun akhir-akhir ini Mona merasa aneh dengan sikap Lisa, bila Ia ke rumah Lisa saat akhir pekan Ia selalu tidak dapat menemui Lisa, ketika Mona mencoba mengkonfirmasinya Lisa mengungkapkan berbagai alasan.

Suatu hari saat pulang sekolah Lisa dan Mona berjalan-jalan di halaman belakang sekolah, nampak seorang pemuda yang merupakan kakak kelas mereka bernama Willy untuk waktu yang lama Mona tak berhenti menatap pemuda itu. Willy memang terlihat jarang berada di sekolah karena terkenal dengan kenakalannya dan sering bolos tetapi anehnya selalu mendapat nilai tertinggi di ujian.

“Tunggu..” ucap Mona saat Willy melewatinya

“Ada apa?” ucap Willy datar

“Ohh tidak..” gugup Mona dan Willy dengan cueknya terus berjalan.

Sejak pertemuan itu Mona selalu tampak ceria dan sering mengunjungi halaman belakang sekolah. Di sana, dia pun akhirnya bisa mengobrol dengan Willy. Melihat itu, Lisa sangat senang karena Mona yang selama ini ia kenal tidak begitu ceria. Sejak ia lumpuh, Lisa pun juga hanya mengamati dari kejauhan. Menurutnya jika Mona bahagia maka dirinya juga bahagia bahkan ia tak ingin Mona sedih suatu hari nanti.

Mona akhir-akhir ini sibuk dengan pertemuannya dengan Willy. Ia tak pernah melihat Lisa kecuali dalam kelas. Merasa bersalah dengan sikapnya sendiri, Mona memutuskan mencari Lisa dan setelah mencari ke mana-mana kini Ia harus dihadapkan apa yang dilihatnya. Lisa sedang memeluk Willy. Namun, isak tangis Mona ternyata terdengar oleh Willy dan Lisa.

“Mona.. itu.. gak..” belum sempat Lisa menjelaskan, Mona telah pergi. Namun, karena terlalu sedih, dirinya tak tahu harus ke mana dan keluar dari sekolah. Tiba-tiba, Mona malah tertabrak di jalan dan dilarikan ke rumah sakit.

Untuk beberapa hari Mona mengalami koma dan setelah sadar, dirinya melihat keluarganya dan Willy

“Untuk apa kau ke sini?”, tanya Mona sinis kepada Willy.

“Lihat ini..”, Willy memberinya cermin.

“Apa maksudmu? Wajahku tak apa-apa..” ucap Mona sambil bercermin.

“Mata..dan ini dia titipkan untukmu”, ucap Willy keluar meninggalkan Mona dan keluarganya.

‘Hai Mona.. apa kamu baik-baik saja? Kuharap begitu, aku minta maaf atas semuanya bahkan untuk kenangan buruk yang kau lihat sebelum kecelakaan itu. Aku harap kau tak salah paham atas diriku dan Willy. Dia itu kakak tiriku yang belum pernah kau lihat. Aku hanya menyesal tak dapat menemuimu tetapi aku dapat melihat dunia bersamamu. Salam Lisa’ tulis Lisa dalam sepucuk surat itu.

Mona menangis sambil membacanya dan mengetahui bahwa Lisa selama ini mengidap sakit kanker dan selalu pergi berobat saat akhir pekan. Mata yang dirinya ‘pakai’ saat ini adalah milik Lisa.

3. Teman Pertama – Karya: Nadira Erwanto

Pernahkah kalian merasa kesepian, tidak mempunyai teman dan sangat dikucilkan? Aku Shanisa. Kalau begitu, izinkanlah aku membagi pengalamanku. Hari ini tanggal 11 Januari, dan aku sangat berharap hari ini pula aku dapat membuat kehidupan di sekolahku lebih baik. Di sekolah ini, aku tidak punya teman satu pun. Sungguh menyedihkan, bukan? Aku tidak pernah dilirik oleh siapa pun. Aku dipandang rendah dan sering sekali dihina oleh mereka. Mereka yang membenciku. Semua ini hanya karena rumor yang sengaja diedarkan oleh seseorang yang amat memarahiku, dia Revon.

Sekolah ini memang dipenuhi oleh anak orang kaya, yang mungkin dapat setiap hari menikmati makanan yang enak dan menonton TV layar lebar. Eksistensiku di sekolah ini dikarenakan beasiswa yang kudapat. Revon menyebarkan berita bahwa aku hanya merupakan anak panti asuhan yang dulunya dibuang oleh kedua orang tuaku. Rumor itu benar, itu fakta. Aku sangat tahu diri. Meski begitu, aku sangat kecewa ketika Revon dapat memengaruhi dan menghasut seluruh siswa untuk tidak berteman

-Oh, bahkan untuk tidak menghiraukan diriku sama sekali. Tentu saja, Revon sang cassanova yang notabenenya seorang ketua OSIS dan anak direktur terkenal pasti akan dipatuhi oleh semua warga sekolah. Tidak akan ada yang berani mencari masalah dengannya. Sering kali aku berpikir mengenai dua hal: Mengapa Revon begitu memusuhiku? Kapan aku dapat mempunyai teman?

Seperti biasa, aku sedang berada di kelas dan duduk di bangku paling pojok belakang. Ruangan kelas ini dipenuhi murid-murid yang saling mengobrol dan bercanda tawa, sementara aku hanya diam memperhatikan mereka. Bel telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Ketika aku hampir saja memutuskan untuk tidur, mataku menangkap sosok guru yang memasuki ruangan kelas. Setelah ceramah panjang lebarnya, Miss Leina dengan wajah cerianya memberikan pengumuman.

“Hari ini, kelas kalian kedatangan murid baru.” Bertepatan dengan perkataan Miss Leina, sesosok cowok bertubuh jangkung memasuki kelas. Banyak siswi yang berbisik-bisik mengenai cowok tersebut. Ia berdiri di depan papan tulis, dan senyumnya merekah.

“Halo, nama gue Axel. Pindahan dari SMA Evanthius karena pengen nyoba yang baru. Salam kenal.” Setelah beberapa siswi cewek yang genit dan centil itu bertanya seputar info pribadi Axel seperti.

“Pin BBM lo apa?”

“Udah punya pacar belum?”

Akhirnya, Miss Leina kembali berujar sebelum topik tersebut benar-benar melenceng.

“Axel, kamu boleh duduk di tempat kosong yang kamu mau.”

Yang kutahu, setelah ucapan Miss Leina tersebut, cowok itu melangkah menghampiri bangku tepat di sampingku yang membuat seisi kelas bungkam.

“Hai, nama lo Shanisa Oktaviana ya? Gue panggil lo apa?”

Axel selalu saja berusaha mengobrol denganku, meski selalu ku akhiri dengan mengabaikannya atau pergi menjauhinya. Jujur, aku sangat kasihan kepada murid baru itu jika ia harus berurusan dengan singa macam Revon. Tapi, kali ini ia menahan lenganku. “Yah, jangan kacangin mulu dong. Kenapa, sih? Gue ‘kan ganteng, kok muka lo kayak ngeliat setan?”

Entahlah, ia memang sangat pede. Aku hanya memutar bola mata malas, lalu akhirnya membalasnya.

“Lo gak usah deket-deket gue. Murid lain aja pada ngelihatin sinis,” ucapku sekejam mungkin. Tampaknya ia belum menyerah, justru nyengir lebar.

“Wah, jahat banget. Gue tahu lo ada masalah sama dia, tapi gue gak peduli.” Aku mengangkat satu alis. Sepertinya, murid baru seperti dia nyari mati.

“Lo bisa ngomong gitu, sampe lo ketemu Revon beneran.” Aku menghempaskan tangannya dan pergi meninggalkannya dengan tatapan mengintimidasi dari murid di sekitarku. Baru saja aku melangkah ke toilet, seseorang menahan bahuku dan mendorong tubuhku ke dinding tembok dengan keras. Aku meringis kesakitan, lalu berusaha melihat siapa gerangan orang yang melakukan hal ini kepadaku. Revon, as usual.

Cowok itu menyeringai, tatapannya membunuh. “Gue denger, lo deketin Axel ya? Lo minta gue keluarin dari sekolah ini, huh?” ia memberi jeda. “Udah baik dikasih beasiswa, malah ngelunjak.”

Ia menggertakku dengan keras. Aku hanya bisa memejamkan mata, kekuasaannya di sekolah ini memang bagaikan segalanya. Aku tidak dapat berbuat apa-apa, karena aku memang bukanlah siapa-siapa. Namun di saat itu juga, Axel datang.

Ia membelaku, dan menentang segala perkataan Revon. Yang membuatku bingung adalah ketika Revon tidak mengancam Axel sama sekali dan hanya membalas ucapan Axel dengan dingin.

Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka. Yang ku tahu, semenjak kejadian itu aku mempunyai sahabat baru, Axel. Semenjak itu pula, aku tidak lagi merasa kesepian dan Revon tidak lagi menggangguku.

Entahlah, cerita ini mungkin sudah selesai namun kehidupanku akan terus berlanjut. Aku tidak tahu apakah akan terjadi hal-hal lain, namun aku tahu bahwa sahabat yang kini ku miliki akan selalu, selalu ada disampingku. Ini tanggal 11 Januari. Namaku Shanisa Oktaviana, dan kini kehidupan di sekolahku telah dihiasi oleh warna.

4. Melupakan Teman Dekat – Karya: Azzahra Auliya Rahmah

Teman. Teman adalah seseorang yang paling bisa membuat kita tertawa dengan hal konyolnya. Namaku azzahra biasa dipanggil ajara, aku duduk di kelas 3 SMP. Aku punya 2 temen cowok. Mereka dulu sangat akrab kepadaku dan dinda sahabatku. Namun, semenjak mereka mempunyai temen cewek baru yang lebih asik daripada kita. Mereka menjadi sombong, bahkan kalau bertemu pun tidak saling sapa seperti orang tidak kenal. Mereka seakan-akan melupakan kedekatan kita yang dulu dengan mereka.

Keesokan hari sekolah, jam ke 1 dan 2 gurunya tidak masuk, dan tidak ada tugas dari guru tersebut. Akhirnya Aulia, si ketua kelas memberikan tugas agar mengerjakan LKS saja.

Yaa kalian tau sendiri, murid-murid kalau dikasih tugas bukan oleh gurunya pasti tidak benar ngerjainnya. Kelas pun menjadi berisik karena mengerjakan tugasnya sambil ngobrol, bercanda ataupun bergosip.

Namun,aku dan Dinda berbeda, kita di kelas hanya murung dan sedih melihat teman cowok kita sekarang asik dengan teman barunya itu. Aku dan dinda pun bercerita,

“Din, gue sedih deh, kesel liat mereka, seru banget bercandanya” kataku dengan lemas. “Iyaya jar, mereka gak inget apa dulu deketnya ama siapa?” sahut Dinda.

Aku pun menjawab “Iya, padahal dulu apa-apa ke kita, bercanda sama kita, ngerjain tugas aja bareng kan.” “Ya udah lah jar, mungkin mereka emang udah lupa sama kita”, sambung dinda dengan muka kesal.

“Gua kangen din, kenapa sekarang berubah? Kenapa jadi begini sih?” kataku dengan mata berkaca. “Sama kali jar, gua juga kangen. Tapi ya mau gimana lagi? Toh pas dia butuh juga entar larinya ke kita”, jawab Dinda dengan kecewa.

Tak lama pun masuk jam ke-3, kami kurang bersemangat mengikuti pelajaran karena mereka. Namun, apa daya kita tidak bisa buat apa-apa.

Waktu terus berjalan. Aku dan dinda perlahan melupakan mereka, memang sulit rasanya melupakan teman yang dulu sangat dekat dengan kita tiba-tiba pergi begitu saja. Walaupun kadang teringat lagi, tapi memang itu yang harus kita lakukan. Daripada kita mengharapkan orang yang mungkin tidak akan kembali seperti dulu lagi dan juga tidak memedulikan kita, sebaiknya mencari teman baru yang mungkin lebih mengerti kita.

5. Pelukan Kami Untuk Kelas – Karya: Lia Afifah

Yah benar, sudah satu bulan penuh liburan sebagai bonus bagi guru terutama murid atas proses pembelajaran dua semester yang telah berlalu. Sekolah sudah kembali merekrut anak kelas tujuh, syukurnya angkatan kami semua lulus dan naik ke kelas sembilan.

Senin ini buru-buru bersiap sekolah dengan sandangan tas baru, penampilan lebih rapi dan terkhusus sepatu hitam tanpa campur warna lain. Lengkap dengan dasi dan rok yang belum ganti jadi abu-abu. Hah, rasanya engga sabar aja untuk menyelesaikan dua semester ini. Tapi setelah dipikir-pikir sangat menyakitkan pastinya jika wajib pisah sekolah dengan sahabat terpaling-paling sayangnya aku. Namun kami selalu berdoa untuk satu sekolah lagi nantinya dengan tujuan SMA yang tentu sama dong.

Dengan pagi yang bahagia melenggang menuju mading sekolah, walau bibirku yang tidak senyum tapi hatiku dari tadi telah berseri-seri tersenyum. Amazing banget, ternyata kami satu kelas lagi. Ah, pengen banget teriak melompat-lompat, tapi jangan deh, lagi rame soalnya.

Lanjut mencari kelas IX-1 yang syukurnya ternyata di lantai bawah.

“Tir sini, aa… kangen berat tau gak.” Tania.

“Iya sama, lagian Ntan, ngapain sih pake acara pulang kampung selama sebulan pula tuh. Tapi syukur banget sih akhirnya kita sekelas lagi” kataku kegirangan sambil duduk di kursi sampingnya Tania.

“Ya mau gimana lagi yah, kalo aku gak ikut orangtua trus sendiri dong di rumah, ngeri banget kalo dibayangin, apalagi malam Tir, ihh ogah mah yaww dipeluk hantu” ujar Tania sambil membayangkan.

“Kan bisa Ntan mu nginep di rumahku”, dengan sedikit sebel menjawab Tania.

“Yaa, mu mah enak bilang gitu, yang segan mah aku nya Tir. Masa selama tiga puluh hari numpang hidup sama keluargamu. Orang tuamu emang gak masalahin tapi kamu tau sendiri lah Fadilah Tania Kiran ini gimana” ujar Tania membela diri.

“Sok malu, sok segan, sok santun, masih banyak lagi.” Ucapku bercanda.

“Ihh, TIARA” teriak Tania.

“Iya hadir Ntan, udah ah hayuklah ke lapangan.” Bujukku sebelum emosinya memuncak dan berhubung sebentar lagi jam tujuh tepat.

Berbaris rapi, siap dan tegap untuk mengikuti upacara bendera yang dilakukan pengurus OSIS pagi ini. Seusai upacara dengan sedikit susah diatur bagi siswa baru yang telah seminggu sudah menyelesaikan masa pengenalan lingkungan sekolah atau singkatnya MPLS. Seperti biasa di awal masuk pasti bersama walas dan tak luput dari pengenalan diri. Berhubung kami telah dua tahun bersama tentu tidak ada yang tidak kenal lagi, ada yang satu organisasi, dikenalkan dari teman satu kelas dulu, dan lainnya.

“Baiklah semuanya kita sudah menyepakati perangkat kelas tanpa debat, berhubung lima menit lagi istirahat kita cukupkan sampai di sini. Pesan Ibu tolong patuhi semua kesepakatan dengan guru mata pelajaran kalian. Ibu pamit dulu dan silahkan istirahat”, penyampaian arahan berwibawa dari wali kelas kami Bu Walen, yang biasa dipanggil Bu Wal mengajar seni budaya.

“Baik Bu, siap Bu, oke Bu.” Berbagai jawaban kelas dengan tujuan yang sama.

“Bawa bekal kan Ntan?” tanyaku.

“Yooii bawa, makan di kelas atau gazebo Tir?” Tania.

“Kelas aja deh.” Kami makan sambil berbincang-bincang.

“Jujur deh, seneng banget loh kita sekelas lagi.” Tania. “Iyalah, inget yah kita bukan musuh bukan saingan, kita satu kelas lagi dan terpenting sahabatan. Jadi harus saling menguatkan terutama kerjasama yang legal.” Ujarku.

“Contohin dong yang ilegal tuh kayak mana.” Canda Tania. “Yaelah, kayak mu yang minta contekan ujian waktu itu loh.” Ujarku sok serius.

“Enak aja, emang pernah yah?” tanyanya.

“Yah, sok lupa dia”, ujarku sambil tertawa dan Tania beneran mikir kapan dia nyontek, padahal kan emang gak pernah, setauku.

“Udah-udah ah, janji dulu kita akan terus saling menguatkan, membantu dan kerjasama sesuai kemampuan kita”, kata Tania serius.

“Iya, janji, janji, janji.” Ucap kami mode serius saling menautkan kelingking dan serentak mengucapkan “SAH.” Lalu tertawa terbahak-bahak.

Sebulan ini telah berlangsung kegiatan kami seperti biasa. Tiba-tiba Jiji naik ke atas mejaku. “Tania, Tiara, Kalian kenapa sih selalu aja makan, cerita, pulang pun berdua.” Interogasinya.

“Emang kenapa? Apa mu terganggu Ji? Yang lain masalah juga kah?.” Tanyaku sedikit emosi. “Apa pernah kalian dengar kami gibahin kalian, trus apa dong masalah buat kalian? Ngapain kamu nanya gitu Ji. Kesan mu ngomong gitu sedikit menyentil loh Ji. Dan maaf aja yah soal bercerita sama kalian belum bisa, ku gak tau apa kalian ini ember apa bukan, apa kalian peduli dengan ceritaku yang mungkin gak sefrekuensi dengan kalian.” Tania ikut terbawa emosi dengan kelakuan Jiji.

“Oh satu lagi, tolong sedikit sopan yah, untung gak ada guru ngelintas depan kelas” ucap Tania memukul meja lumayan keras.

“Bentar ada lagi, privasiku hanya orang tertentu yang boleh tau. Jadi tolong mengerti aja, kita satu kelas, kita semua teman, jadi mending kita saling memberi kesan yang baik aja yah.” Jelasku yang memang gak pengen bikin masalah dan biar tidak ada yang merasa didiskriminasi.

Keesokan pagi jam pertama sama walas, Bu Wal bertanya soal masalah kami kemarin. Ternyata probleman kami kemarin sampai ke telinga Bu Wal.

“Salah satu dari kalian tolong jelaskan rinci keributan di kelas kemarin. Ibu tidak ingin ada keributan antar anak asuh Ibu. Tidak ada pengelompokan dan geng-gengan.” Jelas Bu Wal.

“Baik Bu, biar Tiara terangkan masalah kemarin”, jawabku.

Setelah mendengar penjelasan dariku tidak ada sanggahan dari teman karena yang kusampaikan seperti adanya. “Oke Bu Wal simpulkan, kalian pengen Tiara dan Tania terbuka, transparan dengan kalian, benar?” Bu Wal. “Iya Bu, benar.” Jawab mereka sebagian.

“Dulu Bu Wal juga pernah remaja seperti kalian, memang benar kita bercerita lebih sering pada teman yang kita percaya seperti seorang sahabat. Tapi Tiara sama Tania jangan berdua aja terus, kalian semuanya harus bersosialisasi antar satu sama lain, ngumpul bareng-bareng, saling mencurahkan. Bukan berarti Bu Wal meminta pada anak didik Ibu membicarakan masalah pribadi ya. Seperti status keluarga, tapi biasakan mengangkat topik umum yang dibahas siswa remaja, supaya suasana kelas ramai hingga nantinya tercipta rasa kekeluargaan. Kalian saling dekat satu sama lain, damai dan ramai. Bu Wal sebagai walas pun senang, bisa dimengerti dan laksanakan ya nak.” Terang Bu Wal memberi pengertian. “Iya bu, mengerti.”

Saat pulang sekolah kami saling meminta maaf dan bertekad akan membangun suasana kelas lebih hidup dan menghindari pertengkaran. Setelah kejadian di kelas suasana kelas memang lebih ramai, lebih banyak canda tawa, lebih toleran antar teman karena semua telah sadar, suatu hubungan yang baik dimulai dari kerja sama yang lebih baik.

6. Berbagi Kasih Dengan Sahabat

Namaku Riko, seorang siswa SMP kelas IX asal Bogor. Aku memiliki sahabat bernama Andre, yang merupakan teman setia dan sekelas sejak di bangku sekolah dasar.

Hari ini adalah hari Sabtu, di mana mata pelajaran hanya tiga mapel. Pada mapel terakhir, yakni Bahasa Inggris, semua berjalan seperti biasa. Hari telah menunjukkan pukul 13.20, tandanya sebentar lagi akan pulang.

Tiba-tiba pintu kelas diketok oleh seseorang. Ketika Bu Guru membukanya, ternyata yang datang adalah Pak Imron, pamannya Andre, adek kandung dari ibunya.

“Tok..tok..tok..” suara ketukan pintu berbunyi.

“Iya, silakan masuk…” sambut Bu Guru.

“Permisi bu, saya izin menjemput Andre untuk membawanya pulang…” ucap Pak Imron.

“Ada persoalan apa ya Pak…?” Tanya Bu guru.

“Begini bu, keluarga Andre baru saja mengalami musibah, rumahnya kebakaran dan semuanya habis dimakan api. Untungnya tidak ada korban jiwa sedikit pun…” sambung Pak Imron.

Tiba-tiba seisi kelas panik bercampur sedih, dan aku melihat wajah Andre tampak kesedihan yang begitu mendalam. Kemudian Bu Guru mengizinkan Andre untuk pulang.

Ketika bel pulang berbunyi, aku mengimbau seluruh teman sekelas untuk jangan pulang dulu. Aku mengajak mereka semua untuk melakukan penggalangan dana kepada seluruh lapisan guru dan siswa/i di sekolah mulai besok.

Sepulang dari sekolah besok, aku juga mengajak mereka untuk melakukan penggalangan di tepi jalan raya. Tanpa pikir panjang, semua teman sekelas setuju.

Setelah penggalangan di sekolah dan tepi jalan raya selesai, aku dan teman-teman sangat bersyukur karena dana yang terkumpul cukup banyak, yakni 16 juta rupiah. Aku dan teman-teman langsung menuju kediaman Andre dan keluarganya.

Sesampainya di sana, aku melihat kesedihan Andre dan keluarganya begitu mengiris hati, mengingat semua isi rumah habis dilalap api.

“Assalamualaikum Bu, Pak, Ndre, aku dan teman-teman mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas musibah yang kalian hadapi. Ini, ada sedikit bantuan dari teman-teman dan saudara, semoga bisa meringankan beban kamu dan keluarga ya, Ndre…” ucapku.

Andre tampak sedikit senang dan kemudian langsung memeluk kami semua, seraya berkata…

“Terima kasih banyak teman-teman atas bantuannya. Terima kasih juga atas kehadiran dan ucapan belasungkawanya. Semoga Allah Swt. Membalas semua kebaikan kalian dan para penyumbang…” tuntas Andre.

Kami pun berkumpul dan mencoba menghibur Andre dan keluarganya hingga menjelang sore.

7. Persahabatan Yang Abadi

Saat ini aku berada di kelas 9 SMP, setiap hari kujalani bersama dengan ketiga sahabatku, Aris, Andri, dan Ana. Kami berempat sudah bersahabat sejak kecil.

Suatu saat kami menulis surat perjanjian persahabatan di sobekan kertas yang dimasukkan ke dalam sebuah botol, kemudian botol tersebut dikubur di bawah pohon yang nantinya surat tersebut akan kami buka saat kami menerima hasil ujian kelulusan.

Hari yang kami berempat tunggu akhirnya tiba, kami pun menerima hasil ujian dan hasilnya kita berempat lulus semua.

Kami serentak langsung pergi berlari ke bawah pohon yang pernah kami datangi dan menggali tepat di mana botol yang dahulu dikubur berada.

Kemudian, kami berempat membuka botol tersebut dan membaca tulisan yang dulu pernah kami tulis. Kertas tersebut bertuliskan “Kami berjanji akan selalu bersama untuk selamanya”.

Keesokan hari, Aris berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat. Malamnya kami berempat pergi bersama ke suatu tempat dan di situlah saat-saat yang tidak bisa aku lupakan karena Aris berencana untuk menyatakan perasannya kepadaku. Akhirnya aku dan Aris berpacaran.

Begitu juga dengan Andri, dia pun berpacaran dengan Ana. Malam itu sungguh malam yang istimewa untuk kami berempat. Kami pun bergegas untuk pulang.

Ketika perjalanan pulang, entah mengapa perasaanku tidak enak.

“Perasaanku enggak enak banget ya?”, ucapku penuh cemas.

“Udahlah, Ndi, santai aja, kita enggak bakalan kenapa-kenapa,” jawab Andri dengan santai.

Tidak lama setelah itu, hal yang dikhawatirkan Nindi terjadi.

“Arissss awasss! Di depan ada jurang!,” teriak Nindi.

“Aaaaaaaaaa!!!”

Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai masuk ke dalam jurang. Aku tak kuasa menahan air mata yang terus mengalir sampai aku tidak sadarkan diri.

Perlahan aku buka mataku sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu berada di sampingku.

“Nindi… kamu sudah sadar, Nak?” tanya Ibuku.

“Ibu.. aku di mana? Di mana Ana, Andri, dan Aris?” tanyaku.

“Kamu di rumah sakit, Nak. Kamu yang sabar ya, Andri dan Aris tidak tertolong di lokasi kecelakaan,” jawab ibu sambil menitikkan air mata.

Aku terdiam mendengar ucapan ibu dan air mataku menetes, tangisku tiada henti mendengar pernyataan ibu.

“Aris, mengapa kamu tinggalkan aku, padahal aku sayang banget ke kamu, aku cinta kamu, tapi kamu ninggalin aku begitu cepat, semua pergi ninggalin aku,” batinku berkata.

Lantas, dua hari berlalu dan aku berkunjung ke makam mereka, aku berharap kami bisa menghabiskan waktu bersama sampai tua. Namun, sekarang semua itu hanya angan-angan. Aku berjanji akan selalu mengenang kalian.

8. Kepergian Sahabatku

Dia sering mengajakku ke rumahnya, dan aku pun sering mengajaknya ke rumahku. Ia bernama Dinda dan aku bernama Dita. Aku suka bercerita tentang hidupku kepadanya, itu karena ia bisa memberiku nasihat dan membuatku semangat, biarpun diejek teman-temanku.

Dinda adalah tipe orang yang ceria. Ia selalu ceria walapun ada yang nakal kepadanya maupun jail. Tidak seperti aku diejek sudah merasa… eeeeehhhhmmmm.

Pada suatu hari, Dinda mengajakku jalan-jalan ke tempat bermain, aku sangat senang. Kami bermain sepuasnya, semua permainan kami coba, dari komedi putar hingga roller coaster. Sampai-sampai kami lupa waktu.

Sekarang sudah sore, akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing. Selama aku tetap bersamanya, hidupku akan terasa senang dan bahagia biar diejek teman-temanku karena ada Dinda yang selalu menghiburku.

Namun, suatu hari ia tak masuk sekolah. Pulang sekolah aku ke rumahnya, tapi kosong. Aku sangat bingung, kenapa hari ini Dinda tak ada, biasanya kalau ia mau pergi ia selalu memberi tahuku, tapi kali ini tidak. Aku bingung sekali.

Besok harinya, di sekolah Dinda masih tidak hadir. Aku pun kembali lagi ke rumahnya dan masih tidak ada orangnya. Besok harinya lagi ia tetap tidak masuk sekolah.

Setiap hari aku menunggunya di sekolah tapi ia tak kunjung hadir. Setiap hari aku juga ke rumahnya dan masih tak ada orang. Akhirnya, hari-hariku lewati sendirian, tidak lagi bersamanya. Hari-hari pun berjalan dengan buruk. Tak ada yang mau menjadi temanku, mungkin… karena hidupku yang miskin.

9. Persahabatan di Masa SMA

Kita semua pasti memiliki teman dekat atau disebut sahabat, di mana waktu kita banyak dihabiskan bersama. Dalam proses menjalani kehidupan, terkadang ada sahabat yang datang dan pergi. Namun, yang namanya sahabat biasanya memiliki jangka waktu hubungan yang lebih panjang, lebih awet dari jenis hubungan lain seperti teman biasa atau pacar.

Bicara tentang sahabat yang masih awet, saya memiliki beberapa orang sahabat saat masih memakai seragam putih abu-abu. Mereka adalah Riana, Lulu dan saya sendiri Chairil, di mana kami selalu ke mana-mana bersama.

Persahabatan, cinta, dan cita-cita. Ketiga tema itulah yang selalu mewarnai hari-hari kami, yang ketika mulai membicarakan tema tersebut, seakan waktu menjadi berlalu begitu cepat.

Pertama kali memasuki dunia putih abu-abu, di SMAN 5 Pontianak, secara tidak sengaja kami berada di kelas yang sama. Duduklah kami sebangku dari saat itu selama setahun.

Di kelas ini, saya mulai mengenal Riana, ia adalah seorang wanita yang tegap bila pertama kali orang melihatnya, pasti bisa merasa jiwa kepemimpinannya. Aktif di Paskibra, dan dia dipercaya menjadi ketua kelas kami. Orangnya tegas dan tidak neko-neko, agak sedikit kaku setiap sekali bertemu dengan pria yang dicintainya. Hehehe…

Ketika kami membicarakan cinta, bahasannya seakan tiada habisnya. Dari tiga orang, sebenarnya masing-masing dari kami mempunyai seseorang yang kami sukai secara diam-diam. Namun, hanya dua orang yang berani menyatakannya.

Lainnya beralasan tidak dibolehkan orang tua, hingga tidak diperjuangkan, walau di situ sebenarnya ada unsur tidak berani mengungkapkan. Hehe..

Saya masih ingat, saat salah seorang dari kami sampai membuat kode di plat nomor motornya, yang membentuk sebuah tanggal, tanggal spesial mengenai dia dan orang yang dia sukai.

Suatu waktu kami menonton film berjudul, ‘Catatan Akhir Sekolah’, yang mengisahkan seorang yang membuat film dokumenter mengenai kegiatan di sekolahnya.

Film itu sangat menginspirasi kami, kebetulan saat malam lepas pisah kami diminta untuk menampilkan profil masing-masing kelas, dan kami menjadikan film ini sebagai acuan untuk membuat profil kelas berbentuk sebuah video. Tema yang kami angkat adalah tentang persahabatan, cinta, dan cita-cita.

Tiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Usai lulus SMA masing-masing dari kami sudah mempunyai rencana sendiri mengenai masa depan kami, yaitu melanjutkan studi di bangku kuliah.

10. Chika dan Cerita Pendeknya

Hai namaku Michael Alyesha. Aku masih duduk di bangku kelas tiga SD. Aku mempunyai seorang sahabat ia bernama: Chika Jessi, namun aku seiring memanggilnya dengan sebutan Chika. Hari-hariku selalu penuh dengan canda dan tawa bersamanya.

Hari Kamis pun tiba saatnya aku sekolah dengan giat. Michael pun segera bangun dari tempat tidurnya.

“Umm.. pagi yang sangat cerah,” kata Michael.

“Michael ayo bangun ini sudah jam 06.30, kamu bangun terlambat lagi?” ujar sang mamah.

“Oke mah,” ujar Michael dengan santai.

Michael pun segera membereskan tempat tidurnya dan segera mandi. Setelah itu Michael dihampiri oleh salah seorang sahabatnya yang bernama Chika.

“Michael cepat kamu sudah ditunggu Chika di depan” ujar sang mamah dengan agak marah, karena Michael bangun terlambat lagi.

Michael dan Chika pun tiba sampai sekolah. Bell sekolah pun sudah berbunyi. Kami berdua pun duduk, untuk mengikuti pelajaran. Tiba-tiba ada seorang cewek yang masuk ke ruang kelas kami.

“Oh iya anak-anak kita kedatangan tamu dari panitia lomba membuat cerpen. Anak-anak bu guru mau menyampaikan sebuah pengumuman,” kata bu Guru.

“Iya bu…” seru murid-muridnya.

“Ini ada lomba membuat cerpen tingkat kota yang diselenggarakan pada hari minggu 02 April 2013, tempatnya di SMP 2 JAKARTA jika ada yang mau ikut lomba ini, segera mendaftarkan diri ke kak Nita itu panitia lomba membuat cerpen,” kata Bu guru. Michael sangat antusias untuk mengikuti lomba itu.

“Kak aku mau ikutan lomba membuat cerpen,” ujar Michael dengan semangat.

“Baik… nama adik siapa, kelas berapa dan umurnya berapa?” kata kak Nita dengan suara yang sangat lembut.

“Namaku Michael Alyesha, aku kelas tiga SD, umurku 9 tahun kak, oh iya kak berarti lombanya tinggal 2 hari lagi ya?” kata Michael.

“Iya dek, lombanya tinggal 2 hari lagi” jawab kakak Nita.

“Apakah ada yang mau ikut lagi, selain Michael?” tanya bu guru.

“Tidak ada Bu…” seru para murid, bell pulang sekolah pun telah berbunyi. Saat di perjalanan mau pulang, Chika bertanya kepada Michael.

“Michael kamu benar mau ikut lomba membuat cerpen?” Tanya Chika

“Iya aku mau ikut lomba membuat cerpen, emang kenapa Chik?” jawab Chika.

“Iya tidak papa sih… oke deh nanti waktu kamu lomba aku pasti bakal datang deh. Buat nyemangatin kamu hehe…” kata Chika.

“Makasih ya Chika. Kamu memang sahabat aku yang paling oke deh,” ujar Michael.

Keesokan harinya. Aku dan Chika main sore di sebuah taman.

“Chika aku udah buat cerpen nih… judulnya SAHABAT SELAMANYA, tapi bagus nggak ya Chik?” tanya Michael dengan wajah pesimis.

“Coba aku lihat ceritanya… tapi dari judulnya si udah bagus. Kayaknya isinya juga bagus deh,” kata Chika

Setelah Chika membaca cerpen yang dibuat oleh Michael.

“Wahh… Michael kamu hebat, kamu bisa buat cerpen sebagus ini” ujar Chika.

“Makasih atas pujiannya Chik. Tapi apa benar Chik cerpen buatanku bagus?” tanya Chika dengan wajah heran melihat Chika yang senang saat membaca cerpennya.

“Iya benar masa aku bohong sama kamu hehe…” ujar Chika.

“Hufftt… besok lomba membuat cerpennya lagi. Aku kok jadi takut gini ya Chik” ujar Michael.

“Nggak usah takut, kamu harus tetap semangat jangan putus asa oke… besokkan ada aku dan keluargamu datang kesana buat nyemangatin kamu… oke,” ujar Chika kepada Michael.

“Oke deh… makasih ya Chik, kamu udah nyemangatin aku” kata Michael.

“Iya sama-sama Michael” kata Chika.

Keesokan harinya, perlombaan pun hampir dimulai.

“Heyy… Michael semangat ya!!! Semoga kamu menjadi juara oke” kata Chika.

“Oke Chik… doa’in aja biar aku jadi juara ya,” kata Michael.

“Eh tuh… lombanya udah mau dimulai kesana gih. Semangat ya Michael Alyesha !!!” ujar Chika.

“Ya udah aku kesana dulu ya mah, papah, Chika,” ujar Michael.

“Semangat!!!” seru mamah, papah Michael dan Chika sahabatnya dan perlombaan pun telah selesai.

Saatnya para juri mengumumkan siapa pemenang dari perlombaan membuat cerpen.

“Inilah saat-saat yang kita tunggu yaitu mengumumkan siapa pemenang dari perlombaan ini” kata juri.

“Dan pemenang juara pertama adalah… Michael Alyesha… cerpen yang berjudul SAHABAT SELAMANYA” ujar sang juri dengan suara yang seru.

“Horee… aku menang,” ujar Michael dengan semangat.

“Michael kamu hebat, selamat ya sahabatku…” ujar Chika.

“Makasih ya Chika… makasih juga atas dukunganmu selama ini. Kamu emang sahabat aku yang paling setia hehehe…” kata Michael.

“Iya sama-sama Michael. Oh iya walupun kamu sudah menjadi juara, kamu tidak boleh sombong ya hehe…” kata Chika.

“Pasti Chik, aku akan selalu tetap menjadi Michael yang selalu ceria dan tidak pernah sombong hehe…” kata Michael kepada Chika.

“Oh iya buat mamah sama papahku, aku juga mau berterimakasih kepada kalian. Tanpa adanya kalian disini aku tidak bisa sehebat ini. Terima kasih ya mah, pah,” ujar Michael kepada mamah papahnya.

Lihat Juga : 232 Jokes Receh Lucu dan Kocak, Bikin Ngakak!

11. Sahabatku

Aku Virda, aku beruntung mempunyai sahabat yang selalu ada untukku, kami melewati suka duka bersama. Suatu ketika aku dan sahabatku bertengkar karena masalah yang kuanggap sepele, semua itu baru kusadari bahwa sahabatku sangat penting bagiku.

Suatu hari aku pergi ke mal bersama sahabatku, aku menyuruhnya membawa belanjaanku, dan ternyata belanjaanku yang dibawanya tertinggal. Saat itu juga aku marahi dia dengan perkataan yang kasar karena keegoisanku.

“Vir, tolong pegang belanjaan ku ini ya, soalnya berat banget,” kataku.

“Iya sini aku bantu bawa belanjaannya, takut kamu keberatan,” katanya.

“Siap, kamu memang sahabatku yang paling pengertian,” jawabku.

“Haha iyalah sesama sahabat memang seharusnya saling membantu,” jawabnya sambil tersenyum. Sembari berpelukan.

“Kamu lapar enggak?” tanyanya.

“Lapar si, mulai keruyukan nih perut,” jawabku.

“Makan yuk! Sekarang aku yang traktir, aku juga lapar” sambil menatapku dengan lemas.

“Hmm, ya sudah ayoo” jawabku.

Lalu sampailah kami di warung seberang mal.

“Kamu mau pesan apa vir?” tanyanya.

“Aku ngikut kamu deh,” jawabku.

“Hmm, oke deh,” jawabnya.

Beberapa menit kemudian kami selesai makan dan mulai berkendara untuk pulang.

“Eh.. kayaknya ada yang ketinggalan deh, tapi apa ya?” tanyanya dengan muka yang heran.

“Hmm, apa ya?” aku membantu berpikir.

“Oh iya belanjaanku mana?” celetukku.

“Ya ampun.. oh iya aku lupa, ketinggalan di warung tempat kita makan tadi,” jawabnya dengan rasa bersalah

“Apa? Ketinggalan? Yang bener aja, kita kan udah jauh dari warung tempat kita makan tadi,” jawabku dengan kesal.

“Duh, maaf banget ya Vir, aku benar-benar lupa,” jawabnya dengan berkeringat.

“Apa? Minta maaf? Kamu pikir dengan minta maaf bisa membuat barangku kembali dan masalah selesai? Enggak kan? Seenaknya aja kamu minta maaf,” jawabku dengan kesal, lalu tanpa basa basi aku pergi meninggalkannya.

Keesokan hari, dia datang membawa belanjaanku dan meminta maaf karena kejadian kemarin, tetapi aku tetap menghiraukan nya. Maka setelah beberapa lama, aku sadar bahwa hal yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan, dan aku tersadar betapa egoisnya diriku.

12. Teman & Cinta

Salah satu hal yang bisa membuat seseorang lupa akan segalanya yaitu Cinta. Cinta membuat kita rela berkorban apa pun yang kita miliki. Untuk wanita, menurutku lebih baik mencintai daripada dicintai. Jangan berharap seseorang yang belum tentu mencintai kita, tetapi terima orang yang mencintai kita apa adanya.

Karena mencintai tanpa dicintai seperti olahraga dengan jangka waktu lama tetapi tidak membuat kurus. Karena itu belajarlah mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Itu sedikit basa-basi dariku.

Aku Amel, siswa kelas XI. Dulu aku selalu menolak dan mengabaikan orang-orang yang menyatakan cintanya kepadaku. Namun sekarang justru aku yang selalu diabadikan oleh orang yang aku cintai.

Aku suka dengan teman sekelasku, namanya Ferdin, dia merupakan sahabat dekatku sejak lama. Awal diriku suka dengannya berawal saat aku kenalan dengannya dan berteman cukup akrab dan lama-lama dekat, sehingga sekarang diriku jatuh cinta.

Oh iya, aku punya teman bernama Afni, dia temanku sejak SMP. Sementara Aku, Afni, dan Ferdin sudah berteman dekat sejak masuk SMA.

Suatu waktu aku melihat Afni dan Ferdin bercanda bersama dan mereka terlihat akrab seperti orang pacaran. Jujur, aku pun cemburu melihatnya tetapi aku masih menyembunyikan kecemburuan itu di depan Afni.

Namun lama-lama rasa yang terpendam ini ingin dikeluarkan, akhirnya aku memutuskan untuk cerita ke Afni tentang perasaanku ke Ferdin.

“Af, aku mau ngomong sesuatu, nih, tapi jangan ngomong ke siapa-siapa ya”

“Kamu mau ngomong apa mel?” tanya Afni.

“Jujur aku suka dengan Ferdin sejak lama, dan aku cemburu saat kamu dekat sama Ferdin!” Jawabku.

“Kamu suka sama Ferdin? Serius mel?” tanya Afni.

“Iya, tapi kamu jangan bilang ke Ferdin ya,” ucapku.

“Iya, maaf sebelumnya kalau aku udah bikin kamu cemburu,” jawab Afni.

“Oke,” jawabku.

Semakin lama aku semakin dekat dengan Ferdin, tetapi aku perhatikan bahwa Ferdin tidak akan pernah jatuh cinta denganku. Walau seperti itu, aku tetap berjuang sepenuh hati. Dan ternyata Afni juga suka dengan Ferdin.

Aku mengetahui kalau Afni suka dengan Ferdin ketika aku membaca buku diary Afni. Di sana tertulis curhatan Afni tentang perasaannya ke Ferdin.

Aku pun merasa kecewa setelah membaca buku diari tersebut, karena sahabat baikku ternyata suka dengan cowok yang sama denganku. Namun aku berpikir, rasa suka itu berhak untuk siapa pun.

Saat di taman sekolah, aku melihat Afni dan Ferdin sedang mengobrol. Mereka terlihat lebih serius daripada biasanya, aku pun penasaran dan menguping percakapan mereka dibalik pohon.

“Afni, aku suka sama kamu, kamu mau enggak jadi pacarku?” Tanya Ferdin.

Afni kaget sekaligus bingung mendengar pertanyaan itu. Namun pada akhirnya Afni menerima tawaran itu dan mulai menjadi pacar Ferdin tanpa memikirkan perasaanku, sahabatnya sendiri.

“Iya aku mau” Jawab Afni.

Aku yang mendengarkan jawaban Afni langsung kaget dan keluar dari balik pohon, karena aku tak menyangka sahabatku akan tega melakukan hal itu.

“Af, kamu pacaran sama Ferdin? Selamat ya kamu udah bikin aku sakit hati”

Afni dan Ferdin kaget karena aku keluar dari balik pohon secara tiba-tiba dan langsung berkata seperti itu.

“Maafin aku mel, tapi aku jujur cinta banget sama Ferdin” Jawab Afni.

“Yaudahlah”, aku pergi meninggalkan Afni dan Ferdin.

Aku pergi dengan perasaan campur aduk tidak karuan dan masih berpikir mengapa sahabatnya sendiri tega melakukan hal itu. Padahal Afni tahu kalau diriku sudah lama mengejar Ferdin.

Maka persahabatanku dengan mereka berdua hancur karena cinta. Di sini aku memberi amanat bahwa utamakanlah sahabatmu daripada pacarmu, karena orang yang selalu hadir di saat kamu senang dan susah itu adalah sahabat.

13. Persahabatan Sejati

Di sebuah desa kecil di Jawa Barat, hiduplah lima orang sahabat yang selalu bersama-sama. Mereka adalah Udin, Tini, Dani, Asep, dan Imas.

Udin adalah anak yang ceria dan suka bercanda. Tini adalah anak yang pintar dan ambisius. Dani adalah anak yang baik hati dan penyayang. Asep adalah anak yang energik dan suka berpetualang. Imas adalah anak yang cantik dan populer.

Mereka selalu bersama-sama saat bermain, belajar, dan mengerjakan tugas sekolah. Mereka juga selalu ada untuk satu sama lain dalam suka dan duka.

Suatu hari, Udin mengalami kecelakaan saat bermain sepak bola. Dia harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.

Tini, Dani, Asep, dan Imas sangat khawatir dengan keadaan Udin. Mereka setiap hari mengunjungi Udin di rumah sakit untuk menjenguk dan menghiburnya.

Udin sangat senang dengan kehadiran teman-temannya. Dia merasa sangat terbantu dan terhibur oleh mereka.

Berkat dukungan dan cinta dari teman-temannya, Udin akhirnya bisa sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa.

Udin, Tini, Dani, Asep, dan Imas sangat bersyukur atas persahabatan mereka. Mereka tahu bahwa persahabatan mereka adalah hal yang sangat berharga.

Persahabatan mereka selalu mengundang rasa bahagia. Mereka selalu ada untuk satu sama lain dalam suka dan duka. Mereka selalu saling mendukung dan menyayangi.

Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa persahabatan sejati adalah hal yang penting dalam hidup. Persahabatan sejati dapat memberikan dukungan, cinta, dan kebahagiaan.

14. Sahabatku, Penjaga Hatiku

Di sebuah kota kecil, hiduplah dua orang sahabat bernama Dini dan Mila. Mereka telah bersahabat sejak kecil dan selalu bersama-sama dalam suka dan duka.

Dini adalah anak yang ceria dan periang. Dia selalu tersenyum dan tertawa. Mila adalah anak yang pendiam dan pemalu. Namun, mereka berdua sangat cocok dan selalu mengerti satu sama lain.

Suatu hari, Dini mengalami musibah. Dia didiagnosis menderita penyakit leukemia. Mila sangat terpukul mendengar kabar tersebut. Namun, dia tidak menyerah. Dia bertekad untuk selalu ada untuk Dini.

“Dini, kamu harus kuat,” kata Mila. “Aku akan selalu ada untukmu.”

Dini tersenyum lemah. “Terima kasih, Mila. Aku sangat beruntung memiliki sahabat sepertimu.”

Mila setiap hari mengunjungi Dini di rumah sakit. Dia menemani Dini mengobrol, bermain, dan belajar. Dia juga membantu Dini untuk menjalani pengobatannya.

“Mila, aku takut,” kata Dini suatu hari. “Aku takut aku tidak akan bisa sembuh.”

Mila memeluk Dini. “Jangan takut, Dini. Aku akan selalu bersamamu,” kata Mila. “Kita akan melalui ini bersama-sama.”

Dini sangat terharu dengan perhatian dan dukungan dari Mila. Dia merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Mila.

Berkat dukungan dan cinta dari Mila, Dini akhirnya bisa sembuh dari penyakitnya. Dini sangat bersyukur atas persahabatannya dengan Mila. Dia tahu bahwa Mila adalah penjaga hatinya yang telah menyelamatkan hidupnya.

15. Gelang Sahabat

Hari itu, di sebuah desa kecil, dua sahabat, Maya dan Siti, sedang duduk di bawah pohon rindang. Mereka telah bersahabat sejak kecil dan tidak pernah terpisah.

Maya dan Siti selalu memiliki tradisi khusus ketika mereka berulang tahun. Mereka akan pergi ke hutan untuk mencari sebatang pohon dan mengukir inisial nama mereka bersama di pohon itu. Mereka menyebutnya “Pohon Sahabat.”

Hari itu adalah ulang tahun Maya, dan mereka berdua pergi ke hutan seperti biasa. Mereka membawa pisau dan selembar kertas yang telah mereka tuliskan dengan inisial nama mereka. Setelah menemukan pohon yang sempurna, Maya dan Siti mulai mengukir inisial nama mereka di kulit pohon itu.

Namun, saat Maya sedang fokus mengukir, tiba-tiba dia merasa sakit di tangannya. Maya tercekat oleh dahan tajam yang tersembunyi di kulit pohon. Siti berusaha membantu Maya, tetapi darah mengalir dari tangan Maya.

Dengan perasaan cemas, Maya dan Siti akhirnya berhasil mengeluarkan dahan tajam tersebut. Maya merasa lemas dan merasa seharusnya mereka harus pergi ke rumah sakit. Tapi Siti tiba-tiba menangis.

“Kenapa menangis, Siti?” tanya Maya.

Siti mengusap air mata dan berkata, “Karena aku merasa sangat bersalah, Maya. Aku yang menyarankan kita harus ukir inisial kita sendiri di pohon ini.”

Maya tersenyum, “Tidak, Siti. Kamu tidak salah. Kita selalu bersama dalam senang dan duka, dan kita akan melewati ini bersama-sama.”

Maya dan Siti kembali melanjutkan mengukir inisial nama mereka di “Pohon Sahabat” dengan satu tangan. Mereka tahu bahwa pohon itu sekarang memiliki cerita yang lebih dalam tentang persahabatan mereka.

Ketika mereka selesai, Maya mengambil sepotong kain dan mengikat luka di tangan Siti, dan Siti memberinya senyuman tulus.

Mereka merasakan betapa kuatnya ikatan persahabatan mereka, sekuat gelang sahabat yang selalu mereka kenakan. Persahabatan mereka tidak pernah pudar, bahkan dalam situasi sulit seperti saat ini.

Mereka tahu bahwa tak ada yang bisa memisahkan mereka, dan pohon itu akan selalu menjadi saksi bisu dari cinta dan kesetiaan dalam persahabatan mereka yang abadi.

16. Hari Ini Esok Dan Selamanya

Waktu seakan cepat berlalu, langkah kaki kini tak lagi sama. Aku selalu bingung dan selalu ingin bertanya pada tuhan. Apa arti dari sebuah persahabtan yang indah dan abadi? Adakah sahabat sejati itu? “hai ri?” sebuah suara memecahkan lamunanku. Pemilik suara itu adalah, milik sahabatku seli. Tetapi bagiku dia hanyalah seorang yang ada ketika aku tertawa, namun pergi ketika aku menangis.

“ada apa sel?”

“mmmm kamu udah ngerjain pr matematika belum?”

“udah, emangnya kenapa?”

“boleh dong?”

Ya, aku tau sebab mengapa dia bertanya seperti itu. Dia datang karena dia sedang membutuhkanku. Kriiinngg… Suara bel pulang sekolah. Terlihat anak-anak smp negri 1 pangkalan berhamburan keluar kelas. Laangkahku masih terasa lesu dengan pertanyaan pertanyaan yang belum satu orang pun bisa menjawabnya. Bahkan aku sendiri yang membuat pertanyaan itu.

Tuhan adakah sahabat sejati itu? “aku berharap hari ini aku dapat menemukan dia.. Dia sahabat sejatiku. Bukan dia yang sudah lama di sampingku namun pergi ketika tangisan membasuhi pipiku. Walau singkat pertemuan, tapi aku ingin selamanya dia ada dalam setiap tangisan, tawa, duka, suka yang akan menghiasi hari hariku. Tuhan aku mohon..” gumamku dalam langkah yang tak lagi sama

Tanpa sadar “bruuukkk”

Semua isi tas ku berhamburan keluar, secara bersamaan orang yang ku tabrak pun membantuku untuk berdiri. Setelah bola mataku menatap wajah dia yang membantuku berdiri, heningan serta sepenggal kenangan terlintas dalam benakku. Flashback

“dian, perginya berapa lama?” tanyaku dengan wajah mungil 5 tahun

“aku berangkatnya Cuma segini, kok.. Riri gak usah takut, kita kan punya janji sahabat hari ini esok dan selamanya” jawab dian sambil menunjukan 7 jarinya, entah itu tujuh hari, tujuh bulan atau bahkan tujuh tahun.

Karena saat itu wajah wajah polos masih terpasang dalam wajahku dan dian sahabat kecilku. Diam, hening, haru kini terpadu dalam sanubariku ketika aku berhadapan kembali dengan sahabat kecilku dian. Ya, sekarang aku tau jawabannya, tujuh tahun dia pergi meninggalkanku.

Terima kasih tuhan, pertanyaan itu kini terjawab oleh kenangan “sahabat hari ini esok dan selamanya” janji itu dia balas hari ini. Mungkin waktu telah aku buang percuma dengan pertanyaan pertanyaan yang membuat waktuku terbuang. Di dekatku.. Di hatiku ada sepenggal memori yang akan selalu ku simpan yaitu “sahabat hari ini esok dan selamanya”.

17. Sahabatku Iri Hati

Namaku Sinta Putri, aku sangat senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. Aku mempunyai sahabat yang unik bernama Aulia, dan aku bingung dengannya.

Dikarenakan sahabatku orang yang sangat sensitif. Menurut dia, aku tidak boleh suka dengan kedua pelajaran tersebut. Padahal, itu hakku.

Suatu waktu saat pelajaran bahasa Inggris, tidak tahu mengapa tiba-tiba aku suka dengan pelajaran tersebut. Mungkin karena guru yang mengajarkan mempunyai cara penyampaian yang baik. Otomatis aku juga mulai aktif di kelas saat pelajaran Bahasa Inggris.

Teng teng teng, bunyi bel sekolah, waktu istirahat tiba.

Saat itu aku langsung menghampiri Aulia untuk mengajaknya ke kantin.

“Aul, ke kantin yuk?” ajakku.

“Ngga, aku ngga mau lagi sahabatan sama kamu!” jawabnya sembari buang muka.

Awalnya kejadian seperti itu hanya sekali dan kita berdua balikan seperti semula. Namun, lama-kelamaan terjadi hal yang serupa. Sangat aneh.

Aulia bukannya mengerti perasaanku, justru bikin aku kesal. Ceritanya begini, waktu Ujian Tengah Semester (UTS) dia kesusahan menjawab soal pelajaran Biologi, saat itu dia melihat ke arahku. Aku dan Aulia tidak satu bangku, Aulia tepat di depan tempat aku duduk.

“Sin, kamu tahu ngga nomor 5 essay? Minta jawabannya dong satu aja!” tanya Aulia sembari memohon.

“Udah si, ini kan bukan ulangan biasa!” jawabku.

“Yah kamu..” sembari jengkel.

Aku cuek saja akan hal itu dan berharap bahwa dia akan instropeksi. Coba bayangkan, dia sudah membuatku sakit hati dan dia ingin meminta jawaban UTS.

Beberapa hari kemudian hasil nilai UTS Biologi dibagikan dan diumumkan. Aku mendapat nilai 90 sedangkan Aulia mendapat nilai 75. Aku bisa melihat tatapan iri di sahabatku itu, dan aku sadar bahwa bersahabat dengan orang yang suka iri hati adalah hal yang susah.

18. Petualangan ke Hutan Ajaib

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hutan lebat, hiduplah dua sahabat, Mia dan Rizky. Mereka selalu penasaran tentang cerita-cerita hutan ajaib yang sering didengar dari nenek mereka.

Suatu hari, mereka memutuskan untuk menjelajahi hutan tersebut. Dengan membawa peta kuno dari nenek mereka, Mia dan Rizky memasuki hutan yang penuh misteri. Mereka menemui jalan setapak yang dihiasi oleh bunga-bunga bercahaya dan pohon-pohon aneh.

Saat matahari terbenam, hutan mulai menampakkan keajaibannya. Mereka menemukan makhluk kecil yang bersinar dan berbicara dalam bahasa yang indah.

Makhluk tersebut memandu Mia dan Rizky melewati terowongan misterius yang membawa mereka ke dunia lain. Di sana, hutan tidak hanya penuh kehidupan tetapi juga dipenuhi kekuatan magis.

Selama petualangannya, Mia dan Rizky harus menyeberangi sungai bercahaya, memecahkan teka-teki pohon ajaib, dan menghadapi makhluk mitos. Mereka belajar bahwa keajaiban sebenarnya tidak hanya terletak pada tempatnya tetapi juga di dalam hati mereka sendiri.

Ketika mereka akhirnya kembali ke desa dengan cerita baru dan hati penuh kebahagiaan, Mia dan Rizky menyadari bahwa petualangan mereka tidak hanya akan membawa mereka ke hutan ajaib tetapi juga mempererat persahabatan mereka. Hutan mengajarkan mereka arti keberanian, kesaktian, dan nilai persahabatan yang tak tergantikan.

19. Seni Melalui Warna Warni Persahabatan

Di sekolah seni inspiratif, empat sahabat Alia, Budi, Cindy, dan Dito menemukan hubungan mereka melalui seni lukis. Meski memiliki gaya berbeda, mereka percaya bahwa kanvas adalah cara terbaik untuk mengekspresikan warna-warni persahabatan mereka. Mereka memutuskan untuk membuat mural besar di aula, yang mengekspresikan keunikan dan keragaman persahabatan mereka.

Alia yang penuh kreativitas menghadirkan sentuhan artistik dengan warna-warna cerah dan corak yang indah. Budi, seorang pecinta alam, menambahkan unsur natural pada lukisannya dengan pepohonan dan bunga yang menawan.

Cindy yang mempunyai kemampuan teknis membantu memadukan ide teman-temannya menjadi sebuah karya yang harmonis. Dito yang antusias menghadirkan kesan energik dengan warna-warna cerah dan gerakan dinamis.

Dalam proses pembuatan mural, anak-anak tidak hanya belajar tentang seni tetapi juga menyadari nilai-nilai persahabatan. Mereka belajar mendengarkan dan menghargai pendapat satu sama lain, mengatasi perbedaan, dan menciptakan keseimbangan indah di atas kanvas. Setelah mural selesai dibuat, seluruh sekolah terkesima dengan keindahan karya seni tersebut.

Mereka menyadari bahwa setiap warna memiliki arti dan bila dipadukan akan menciptakan harmoni yang tak tergantikan. Persahabatan mereka, ibarat perpaduan warna dalam sebuah lukisan, menciptakan gambaran persahabatan yang langgeng dan penuh makna.

20. Musim Panen Bersama

Di desa yang subur, empat sahabat karib Ali, Bima, Cindy dan Dini hidup berdampingan di tengah ladang hijau bersiap memanen.

Saat musim panen semakin dekat, mereka sepakat untuk bekerja sama saat panen mendatang. Setiap pagi, mereka pergi ke ladang bersama-sama, dalam suasana hati yang sangat gembira.

Ali, seorang ahli perawatan tanaman, memimpin kelompok tersebut dengan memberikan instruksi tentang cara memanen tanaman dengan hati-hati.

Bima yang memiliki keahlian dalam pengolahan tanaman memberikan saran mengenai waktu panen yang tepat agar hasil yang optimal. Cindy dan Dini adalah tangan-tangan terampil yang bertanggung jawab memetik buah dan sayur dengan cermat.

Keduanya membentuk tim yang efektif, bekerja sama tanpa lelah untuk memastikan panen yang baik. Dalam proses panen, mereka tidak hanya bekerja keras namun juga berbagi tawa, cerita, dan kenangan.

Mereka merayakan setiap keberhasilan panen dan saling mendukung melalui tantangan yang muncul. Musim panen yang seharusnya sulit berubah menjadi musim liburan solidaritas dan kebahagiaan.

Setelah panen, Ali, Bima, Cindy dan Dini berkumpul untuk merayakan keberhasilan mereka. Mereka menyadari bahwa panen telah mempererat persahabatan mereka.

Hasil panen tersebut bukan sekedar hasil kerja keras mereka, namun juga merupakan simbol dari kerja sama dan solidaritas yang mereka jalani selama musim panen yang indah ini.

21. Friends

A Hare was very popular with the other animals in the jungle who all claimed to be her friends. One day she heard the hounds approaching her and hoped to escape them by the aid of her Friends.

So, she went to the horse, and asked him to carry her away from the hounds on his back. But he declined, stating that he had important work to do for his master.

“He felt sure,” he said, “that all her other friends would come to her assistance.” She then applied to the bull, and hoped that he would repel the hounds with his horns.

The bull replied: “I am very sorry, but I have an appointment with a lady; but I feel sure that our friend the goat will do what you want.” Ohh, the goat, however, feared that his back might do her some harm if he took her upon it.

The ram, he felt sure, was the proper friend to ask for help. So she went to the ram and told him the case.

The ram replied: “Another time, my dear friend. I do not like to interfere on the present occasion, as hounds have been known to eat sheep as well as hares.”

The Hare then applied, as a last hope, to the calf, who regretted that he was unable to help her, as he did not like to take the responsibility upon himself, as so many older persons than himself had declined the task.

By this time the hounds were quite near, and the Hare took to her heels and luckily escaped.

Lihat Juga : Contoh Teks Eksplanasi

Penutup

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kisah persahabatan dalam cerpen ini sangat menggambarkan nilai-nilai solidaritas, pengertian dan saling mendukung di tengah suka dan duka kehidupan. Dengan adanya cerpen ini diharapkan kisah-kisah ini tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menginspirasi Anda untuk selalu menjaga dan menghargai persahabatan yang berharga dalam kehidupan sehari-hari.

Apa pengertian cerita pendek?

Cerita pendek adalah narasi fiksi yang singkat dengan fokus pada satu konflik atau peristiwa utama, sering kali dikembangkan dalam waktu singkat.

Apa ciri-ciri umum yang membedakan cerita pendek dari bentuk narasi lainnya?

Ciri-ciri cerita pendek meliputi panjang yang singkat, fokus pada satu tema atau ide sentral, karakter yang terbatas, dan pembangunan plot yang efisien.

Bagaimana struktur umum cerita pendek dan bagaimana unsur-unsur cerita tersebut biasanya disusun?

Struktur cerpen meliputi pendahuluan (eksposisi), perkembangan konflik (kompleks), klimaks konflik (klimaks), akhir (resolusi), dan kadang-kadang epilog. Unsur-unsur seperti tokoh, latar, alur, dan tema disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan cerita yang padat dan bermakna.


Penulis : Elly Abriyanti Widyaningrum | Editor : Rudi Dian Arifin, Wahyu Setia Bintara

Contoh Cerpen

Contoh Puisi

Contoh Pidato

Discussion | 0 Comments

*Komentar Anda akan muncul setelah disetujui

  1. Download Activator Microsoft Office 2016, Gratis, Permanen!

    Silakan Anda download activator Microsoft Office 2016 melalui link yang telah kami sediakan di bawah ini!
  2. Download Microsoft Office 2013 SP1

    Berikut link download Microsoft Office 2013 64-bit / 32-bit untuk Windows 11, 10, 8, dan 7
  3. Download Microsoft Office 2010 SP2

    Berikut link download Microsoft Office 2010 SP 2 terbaru untuk Windows 11, 10, 8, 7