Bagi kaum ekstrovert menikmati waktu berlibur yang paling seru adalah pergi ke pantai, menonton konser, atau menghabiskan untuk bertemu dengan sekumpulan banyak orang. Akan tetapi, hal tersebut sangat lah menguras energi untuk kaum introvert. Bagaimana seorang introvert menikmati liburannya? Mungkin jika Anda termasuk dari golongan orang introvert, pasti Anda akan menghabiskan waktu luang dengan membaca, menulis, bahkan mengunjungi museum. Topik ini sangat menarik, jika Anda sangat menyukai menghabiskan waktu dengan membaca sebuah buku, novel atau cerpen, mungkin artikel ini sangat cocok untuk Anda baca.
Cerpen atau cerita pendek juga tidak kalah menarik dengan novel. Meskipun cerpen ditulis tidak lebih dari 10.000 kata, Anda jangan salah, terkadang isi dari cerpen tersebut juga sangat bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Cerpen menyediakan beragam tema yang menarik untuk Anda baca, termasuk tema pendidikan, sosial, motivasi, persahabatan, ketuhanan, dan lain sebagainya. Dari banyaknya tema tersebut, Anda dapat memilih tema mana yang akan dibaca. Anda tidak perlu khawatir jika akan merasa bosan, karena banyak cerita pendek yang menggunakan rangkaian kata-kata yang disusun menjadi sebuah kalimat yang sangat indah dan bermakna.
Untuk Anda yang ingin membaca sebuah cerita pendek tentang kehidupan sehari-hari, Anda dapat menyimak artikel berikut. Dan bagi Anda yang masih di bangku sekolah dan ingin mencari sebuah referensi untuk mengarang cerpen sebagai tugas sekolah, Anda bisa membaca artikel berikut ini.
Ringkasan
Lihat Juga : Contoh Ucapan Terima Kasih Islami
Dikutip dari gramedia.com, cerpen kependekan dari cerita pendek yang merupakan suatu bentuk karya sastra tertulis yang menceritakan suatu cerita fiksi secara singkat, jelas, dan padat. Cerpen biasanya hanya menceritakan sebuah cerita pendek mengenai suatu permasalahan yang hanya dihadapi oleh satu tokoh saja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerita pendek adalah cerita yang memuat sebuah cerita dan tidak melebihi 10.000 kata. Cerpen adalah suatu bentuk narasi fiksi yang padat dan ringkas yang di maksudkan untuk menyampaikan pesan atau menggambarkan suatu tokoh secara ringkas dan efektif. Sebuah cerita pendek dapat berfokus pada suatu peristiwa atau kejadian, merangsang imajinasi pembaca, dan menyampaikan pengalaman yang kuat dengan jumlah karakter yang terbatas.
Dalam sebuah cerita pendek, pengarang berusaha menyampaikan pesan atau mendeskripsikan tokoh secara ringkas dan efektif. Cerpen mempunyai beberapa unsur dan ciri khas, seperti penggunaan bahasa sehari-hari, tokoh-tokohnya sederhana, dan pesan moral di akhir cerita. Cerita pendek juga mempunyai struktur yang khas yaitu pengenalan, konflik, penyelesaian, resolusi, dan koda.
Dengan demikian, cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mempunyai peranan penting dalam menyampaikan pesan, menggambarkan tokoh-tokoh, dan merangsang imajinasi pembacanya melalui cerita fiksi yang ringkas dan padat.
Lihat Juga : Contoh Iklan Kolom
Berikut ini kumpulan contoh cerpen kehidupan sehari-hari dengan beragam tema yang dapat Anda jadikan sebagai bahan bacaan atau referensi tugas kuliah. Contoh berikut telah dirangkum dari banyak sumber, apa saja? Sebagai berikut.
Tugas TIK ini cukup membingungkan. Pasalnya Pak Haris selaku guru TIK menyuruh kami membuat video berdurasi 10 menit yang menggambarkan kehidupan kelas. Tugas tersebut menurutnya bisa menjadi cerita kehidupan sehari-hari tentang pelajar di tahun 2022.
Dari 40 orang murid, Pak Haris membaginya empat kelompok. Aku dinobatkan menjadi ketua kelompok satu yang beranggotakan Via, Guntur, Dini, Kiara, Joni, Ridwan, Bakti, Winda, dan Tasya. Padahal, keterampilan mengedit videoku sangat mengkhawatirkan.
Setelah berdiskusi panjang, akhirnya kami membagi tugas dan menemukan tema video. Untungnya ada Guntur dan Winda yang bisa mengedit video, maka tugas tersebut kuserahkan kepada mereka.
Teman-teman yang lain membantuku untuk membuat konsep, menyiapkan properti, dan pengambilan video nantinya.
“Kata Pak Haris dikumpulin dua minggu lagi. Namun, kita mulai besok ya bikin videonya. Biar cepet beres,” ajakanku tersebut disepakati oleh yang lain.
Kami pun memulai shooting video di hari berikutnya. Tema yang diambil untuk tugas tersebut berkonsep “A day in my life”, dan yang menjadi talent-nya adalah Kiara.
Kami merekam kegiatan Kiara dimulai bangun tidur, pergi ke sekolah, belajar, sampai kembali lagi ke rumah.
Setelah selesai merekam video, tahap berikutnya adalah editing. Namun, ternyata, file rekaman ketika Kiara berada di sekolah terhapus.
“Kamu sih nggak hati-hati Joni. file-nya ilang kan,” ujar Via menyalahkan kecerobohan Joni.
“Ya ku kira udah dimasukan ke laptop, Via. Makanya kuhapus, memori kameranya penuh tahu,” Joni membela diri.
“Udah-udah. Mau nggak mau kita rekam ulang,” aku menengahi perdebatan mereka. Untungnya, waktu pengumpulan masih lama. Akhirnya kami pun merekam ulang bagian yang hilang tersebut.
Dua minggu berlalu dengan cepat, proses editing pun cuma menghabiskan waktu sekitar lima hari. Di hari H, tugas video kami pun dikumpulkan.
Satu per satu, video dari setiap kelompok ditayangkan.
Ada video yang mewawancarai murid serta wali kelas, ada juga yang membuat video tentang hal-hal konyol di dalam kelas. Hingga tiba ah penampilan video dari kelompok kami.
Dari video-video yang ditampilkan, aku menjadi mengerti mengapa Pak Haris menyuruh kami membuat tugas video yang cukup rumit.
Walaupun banyak rintangan dalam membuatnya, ternyata kami sangat senang melakukannya. Beragam video tersebut juga bisa menjadi kenang-kenangan ketika kami sudah tidak bersekolah.
Aku adalah seorang siswi di SMP Matahari. Aku ingin menceritakan sedikit tentang masa laluku bertemu dengan mereka yang kini menjadi sahabatku. Bermula dari gedung sekolah, aku bertemu dengan Violet, yang saat itu sedang bermain bulu tangkis.
Ya, aku adalah penggemarnya. Awalnya, aku pertama kali melihatnya di kejuaraan bulu tangkis. Dengan semangatnya yang membara dan cara bermainnya yang bagus, ia berhasil menduduki peringkat satu tingkat nasional.
Ini membuatku termotivasi untuk bisa masuk ekskul bulu tangkis dan akhirnya aku mendaftarkan hari ini.
Awalnya aku tidak mengenalnya, tapi aku beranikan diri untuk berkenalan karena kekagumanku dengan cara bermainnya yang memukau.
“Hai, gue Yeni. Tadi gue sempet liat lo main bulu tangkis. Gila, keren banget sih… Aku boleh dong diajarin,” kataku.
“Hai Yeni, gue Violet. Kalau begitu, ayo kita tanding. Nanti, lo juga akan lancar dan bisa main kayak gue,” sambutnya.
Akhirnya kami berduel. Rasanya mengasyikkan bermain bersamanya. Tak terasa waktu sudah sore, keringat kami bercucuran. Karena lelah, kami istirahat sambil bersandar di tembok.
“Mainmu asyik juga. Lo gak terlalu kaku pasti udah pernah belajar bulu tangkis sebelumnya ya?” tanya Violet.
“Iya, gue belajar dari ayah. Namun, ya itu, hanya tidak profesional. Gue baru hari ini masuk ekskul bulu tangkis,” jawabku dengan gugup berada di samping orang yang kukagumi.
“Wah… baru pertama kali masuk ekskul ya. Pantas saja aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Kalau gue nilai-nilai sih permainan lo sebagai pemula oke juga. Tinggal diasah aja. Kali aja lo bisa lebih dari gue,” tuturnya sambil tersenyum.
Mendengar pernyataan tersebut membuatku senang bukan kepalang. Aku makin termotivasi untuk bisa sebanding dengannya. Kuputuskan untuk giat latihan. Tak pernah satu hari pun aku absen untuk datang latihan.
Aku dan Violet juga makin dekat. Ia pada dasarnya adalah anak yang baik dan tidak pelit membagikan ilmunya. Beruntungnya aku menjadi penggemarnya dan aku tidak menyesal dulu memberanikan diri untuk berkenalan.
Kini, aku tidak hanya penggemar, tapi juga sahabat dari Violet. Kita juga saling support ketika mengikuti perlombaan kejuaraan.
Kelas 9 SMP Internasional digegerkan dengan kehilangan handphone Yasmin. Handphone tersebut merupakan handphone model terbaru yang dibelikan orang tuanya di Singapura. Dengan cemas, Yasmin menyuruh teman-teman sekelasnya untuk membuka tas mereka.
“Pasti ada yang iseng kan? Coba buka tas kalian dong!” paksa Yasmin.
Satu persatu Yasmin melihat tas-tas temen sekelasnya, tapi tidak membuahkan hasil. Handphone-nya masih belum ditemukan.
“Tuhkan, orang nggak ada yang ngambil handphone kamu Yasmin! Lagian kita juga punya kali,” Nicole merasa tidak diterima kalau ia pun dituduh oleh Yasmin.
“Sorry guys, tapi aku curiga ke Fitri. Dia kan HP nya masih jadul. Mungkin nggak sih dia yang ngambil?” seolah belum terima handphone-nya hilang, ia menuduh Fitri yang merupakan murid beasiswa di sekolah internasional tersebut.
“Nggak tahu deh, coba tanya aja,” Nicole menjawab seperti acuh tak acuh lalu pergi meninggalkan Yasmin.
Yasmin pun menemui Fitri yang sedang asik membaca buku di mejanya. Yasmin yakin bahwa handphone-nya diambil Fitri. Betapa kaget Fitri ketika dituduh seperti itu.
“Untuk apa aku ngambil punya orang, Yasmin? Yang ada bikin aku kena peringatan dari sekolah dan malah dikeluarkan,” bantah Fitri.
“Udah ngaku aja deh!” cecar Yasmin.
Tiba-tiba Miss Wirna memasuki kelas. Di tangannya tergenggam handphone berwarna hitam yang mengkilat, yang tidak lain tidak bukan adalah milik Yasmin.
“Yasmin, ini handphone kamu ya? Tadi ketinggalan di ruang guru pas kamu nganterin tugas,” kata gurunya.
Sontak Yasmin menciut karena malu. Ia pun langsung mengambil handphone dari tangan Miss Wirna dan meminta maaf kepada teman-temannya, secara khusus kepada Fitri yang sudah ia tuduh.
Minggu menjadi hari libur dan membuat orang menjadi sangat malas untuk beraktivitas. Ada orang yang memilih untuk menghabiskan hari Minggu untuk berlibur dan ada juga yang memilih untuk tinggal di rumah saja guna melepas penat karena aktivitas seminggu penuh.
Begitu pula dengan Beni yang memilih untuk santai di rumah ketika hari Minggu tiba. Sampai-sampai, sesudah hari Minggu berakhir, ia pun masih belum siap menghadapi kegiatan sekolah yang baginya amat membosankan.
“Ben, kamu tidak sekolah? Ini sudah jam berapa? Nanti kamu telat,” ujar ibunya.
“Ma, Beni masih capek banget. Bolos sehari gak papa kan, Ma. Lagian tidak ada PR ataupun tes, Ma. Jadi santai saja.”
“Jangan begitu, Nak. Kamu itu sekolah juga bayar. Menuntut ilmu bukan sesuatu yang bisa kamu sepelekan, Nak.”
“Sudah Bu, Beni masih ngantuk banget. Mau tidur lagi.”
Melihat hal tersebut, Ibu Beni menjadi marah dan menyeret anaknya tersebut ke sebuah tempat. Ternyata, ibunya mengajak dia ke panti asuhan yang dipenuhi oleh anak-anak dengan latar belakang yang berbeda.
“Nak, lihat mereka. Mereka tidak memiliki orang tua yang bisa membiayai mereka. Padahal, mereka juga ingin sekolah dan memiliki orang tua lengkap sepertimu,” jelas ibunya menasihati anaknya melalui kaca mobil.
Lalu ibunya juga mengajak Beni melihat anak-anak yang sedang mengamen di jalan. “Lihat juga anak itu. Dia yang seharusnya sekolah harus mengemis untuk mencari uang. Untuk makan saja dia susah. Padahal, kamu makan sudah disiapkan dan hidupnya enak,” Jelas ibunya lagi.
Sesudah itu Beni merasa sadar akan kesalahannya dan akhirnya ia mau diajak berangkat sekolah sekalipun sedikit terlambat. Ibunya mengantar dia sampai ke sekolah. Di perjalanan, ia juga melihat anak sekolah yang berjalan kaki dengan kaki yang pincang. Ia pun berkata dalam hati,
“Betapa aku adalah orang yang sangat beruntung. Masih memiliki fisik yang sempurna, tapi justru malas untuk pergi ke sekolah. Sementara anak yang cacat fisik saja masih semangat.”
Suara alarm terdengar begitu keras sehingga menyebabkan tidur Joni terganggu. Sementara ia masih sangat mengantuk dan terlelap. Dengan masih menahan rasa kantuk yang luar biasa, ia membuka kedua matanya.
“Ya Tuhan!” Joni merasa sangat kaget ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Ia pun langsung bergegas mandi dan merapikan dirinya kemudian segera berangkat pergi ke kantor. Ketika ia tiba di kantor, ternyata rapatnya sudah telat karena jamnya memang dimajukan menyesuaikan jadwal dari bos yang akan pergi ke luar kota.
“Permisi Pak. Apakah saya boleh masuk?” tanya Joni kepada bos yang tengah memimpir rapat.
“Iya, silakan duduk, Jon. Namun, maaf untuk hari ini Hamid yang akan menggantikan proyekmu.”
“Namun, mengapa Pak? Saya di sini hanya telat sebentar saja.”
“Bukan masalah telat lama atau sebentar. Kami membutuhkan pekerja yang sangat profesional. Saya sudah lama memercayakan proyek tersebut kepadamu. Namun, nyatanya kamu tidak bisa bertindak konsisten untuk menangani proyek itu.
Meski, kamu telatnya hanya sebentar, temanmu memiliki ide yang sangat bagus untuk jalannya proyek tersebut. Jadi mohon maaf, sudah sangat bagus kamu tidak saya berhentikan dari tim,” Jelas bos dengan sangat tegas.
Seketika itu, Joni terdiam dengan wajah sangat pucat. Sesudah rapat selesai, ia pergi ke meja kerjanya.
“Ada apa denganmu hari ini Jon? Tidak seperti biasanya kamu telat?” tanya Merry, teman sekantor Joni.
“Ini murni salahk,u Mer. Aku semalam begadang nonton bola sampai larut. Sampai-sampai aku melupakan proyek penting yang harusnya sangat membuatku untung,” Jelas Joni.
“Oh gitu, Jon. Makanya Jon, mulai saat ini utamakan profesi kamu, jangan hobi yang didahulukan!” sambung Merry memberikan nasihat kepada Joni.
Lihat Juga : Contoh Surat Izin Tidak Masuk Sekolah
Acara classmeeting memang sangat ditunggu-tunggu.Setelah menghadapi ujian semester, kegiatan yang tepat adalah mengadakan beragam lomba antarkelas untuk mengisi kekosongan sebelum bagi rapot. Lomba yang paling banyak peminatnya adalah lomba band. Banyak kelas yang sudah mempersiapkan lomba tersebut, tak terkecuali kelas XI IPA 3 Yuda, Dana, Teguh, dan Novri sangat bersemangat dengan lomba tersebut.
Mereka sudah berlatih bahkan sebelum ujian semester berlangsung. Mereka juga yakin bisa memenangkan hadiah dan membuat kelas XI IPA 3 bangga. Hingga hari H tiba, mereka berempat menaiki panggung dan menyanyikan lagu Ceria-Jrocks. Tanpa diduga-duga, banyak penonton yang menyukai pertunjukan mereka bahkan sampai maju dan menari di bawah panggung. Mereka pun sangat puas dan tersenyum bahagia. Namun hal itu memudar ketika pengumuman pemenang. Tak disangka, juara 1 lomba band dimenangkan oleh XI IPA 1.
Sontak mereka tidak terima, karena menurut penonton lainnya pun penampilan XI IPA 1 terkesan biasa saja. Apalagi ditambah desas-desus bahwa salah satu juri band adalah Pak Cipto yang merupakan wali kelas XI IPA 1. Sejak saat itu lah hubungan XI IPA 1 dan XI IPA 3 mulai memanas.
“Dapet piala dari wali kelas sendiri aja bangga, yaa,” ujar Dana ketika rombongan XI IPA 1 melewati lorong kelas.
“Iya nih padahal penonton tau mana yang bagus dan yang nggak,” Novri menimpali.
“Kan ada juri, ya suportif aja sih,” Jaka ketua band XI IPA 1 membela diri. Adu mulut tersebut terus terjadi beberapa menit. Bahkan mereka hampir mau saling serang satu sama lain. Untungnya Bu Tari selaku guru BK melihat mereka dan langsung membubarkan gerombolan tersebut. Bu Tari pun menyuruh mereka untuk saling bermaafan.
Dengan terpaksa, Yuda dkk meminta maaf terlebih dahulu daripada memperpanjang masalah. Di pojok kelas XI IPA 3, Yuda dkk betekad untuk memenangkan kompetisi band di semester depan. Terlebih lagi jika saingannya adalah grup dari XI IPA 1.
“I was enchanted to meet you…”
Lagu itu terus aku senandungkan berkali-kali, berhari-hari. Karena 99,9% aku merasakan hal yang sama dengan Taylor Swift yang menyanyikan lagu tersebut. Kurasa, 99,9% orang di dunia juga pernah merasakan hal yang sama; menyukai orang sampai terpesona setiap kali ketemu, tapi sayangnya tidak bisa dimiliki.
Hal itu terjadi ketika aku memasuki sebuah ekstrakurikuler atau ekskul jurnalistik. Di sanalah aku mengenal Kak Nando. Ia salah satu anggota senior jurnalistik dalam bidang fotografi. Pertama kali bertemu dengannya, aku sudah tau bahwa aku jatuh cinta kepadanya. Lalu, kedua kalinya aku memang merasakan perasaan itu. Di tambah saat masa orientasi anggota baru, ia terus mengajariku memotret menggunakan DSLR dengan sabar.
“Objeknya di tengah ya Dira, habis gitu baru jepret,” Ia mengarahkan kameraku yang tadinya condong ke kiri.
Sejak saat itu, selalu ada percakapan hangat lewat WhatsApp. Aku membagikan duniaku, dan dia pula tak ragu membagikan dunianya kepadaku. Namun, entah mengapa aku selalu menghindar dan kikuk jika berhadapan dengannya secara langsung. Sebisa mungkin aku akan bersikap biasa saja jika harus seruangan dengannya, apalagi ketika harus kumpul ekskul.
Hanya saja, memang selalu tak ada yang jelas dengannya. Sementara aku pun tak berani mengungkapkan perasaanku sesungguhnya. Kak Nando tak tahu bahwa seringkali aku diam-diam melewati kelasnya dan menengok ke bangkunya. Ia tak tahu bahwa alasanku bertahan di ekskul jurnalistik tersebut adalah dirinya. Ia tak tahu juga bahwa keberadaannya sudah cukup bagiku. Hingga akhirnya aku mengetahui bahwa ia kembali bersama mantan kekasihnya, yang selalu ia ceritakan.
Pagi itu aku yang sedang sarapan dengan tenang tiba-tiba tersedak karena melihat jam sudah pukul 6.40 Aku menggowes sepeda dengan cepat. Sialnya gerbang sekolah sudah ditutup dan pak satpam dengan wajah kesal berkata padaku di balik gerbang.
Lalu dibukakannya pintu gerbang itu, namun aku dan beberapa murid lain dihukum dengan berdiri di halaman depan sekolah sampai jam pertama selesai. Aku melirik pos satpam, sebuah tempat dimana laki-laki itu setiap pagi datang dan bekerja sampai sore hari tiba. Namanya adalah Pak Bejo, tapi anak-anak sering memanggilnya “Mang Ojo”, entah aku tak tau siapa pencetus panggilan tersebut pada Pak Bejo.
Dia sangat popular di SMA Negeri 4 Surabaya karena dekat dan ramah dengan murid-murid, khususnya murid laki-laki. Lama setelah itu aku juga semakin akrab dengan satpam tersebut, yang kawan-kawanku selalu memanggilnya Mang Ojo. Pernah suatu ketika dia menceritakan kepadaku dan kawan-kawanku tentang dia sewaktu seusia kami.
“Dulu, Mamang pernah sekolah seperti kalian. Tapi mamang tidak bisa melanjutkannya hingga selesai, karena orang tua mamang tidak bisa membiayainya” imbuh dia dengan senyum menutupi.
“Kalian, harus memanfaatkan kesempatan kalian untuk mengais ilmu disini, makanya mamang suka marah pada kalian yang suka terlambat masuk” sambungnya.
Dia kemudian melanjutkan ceritanya. Ternyata di rumahnya dia menyediakan perpustakaan mini untuk para tetangganya yang ingin sekolah namun terkendala ekonomi keluarga. Aku pun sangat kagum dengan perjuangan Pak Bejo.
Ditengah biaya hidup yang semakin susah, kulit kian keriput serta rambut kian memutih, dia masih bisa membantu orang-orang di sekitarnya. Terimakasih, Pak.
Aku adalah seorang siswi di SMP Matahari. Aku ingin menceritakan sedikit tentang masa laluku bertemu dengan mereka yang kini menjadi sahabatku. Bermula dari gedung sekolah, aku bertemu dengan Violet yang saat itu sedang bermain bulu tangkis. Ya, aku adalah penggemarnya. Awalnya, aku pertama kali melihatnya di kejuaraan bulu tangkis.
Dengan semangatnya yang membara dan cara bermainnya yang bagus, ia berhasil menduduki peringkat satu tingkat nasional. Ini membuatku termotivasi untuk bisa masuk ekskul bulu tangkis dan akhirnya aku mendaftarkan hari ini. Awalnya aku tidak mengenalnya, namun aku beranikan diri untuk berkenalan karena kekagumanku dengan cara bermainnya yang memukau.
“Hai gue Yeni. Tadi gue sempet liat lo main bulu tangkis. Gila, keren banget sih.. Aku boleh dong diajarin,” kataku.
“Hai Yeni, gue Violet. Kalau begitu, ayo kita tanding. Nanti, lo juga akan lancar dan bisa main kayak gue,” sambutnya.
Akhirnya kami berduel. Rasanya mengasyikkan bermain bersamanya. Tak terasa waktu sudah sore, keringat kami bercucuran. Karena lelah kami istirahat sambil bersandar di tembok.
“Mainmu asyik juga. Lo gak terlalu kaku pasti udah pernah belajar bulu tangkis sebelumnya ya?,” tanya Violet.
“Iya, gue belajar dari ayah. Tapi, ya itu hanya tidak profesional. Gue baru hari ini masuk ekskul bulu tangkis,” jawabku dengan gugup berada di samping orang yang kukagumi.
“Wah… baru pertama kali masuk ekskul ya. Pantas saja aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Kalau gue nilai-nilai sih permainan lo sebagai pemula oke juga. Tinggal diasah aja. Kali aja lo bisa lebih dari gue,” tuturnya sambil tersenyum.
Mendengar pernyataan tersebut membuatku senang bukan kepalang. Aku semakin termotivasi untuk bisa sebanding dengannya. Kuputuskan untuk giat latihan. Tak pernah satu hari pun aku absen untuk datang latihan. Aku dan Violet juga semakin dekat. Ia pada dasarnya adalah anak yang baik dan tidak pelit membagikan ilmunya.
Beruntungnya aku menjadi penggemarnya dan aku tidak menyesal dulu memberanikan diri untuk berkenalan. Kini, aku tidak hanya penggemar, tapi juga sahabat dari Violet. Kita juga saling support ketika mengikuti perlombaan kejuaraan.
Murid baru itu bernama Clara. Dia pindahan dari kota Jakarta yang kini terpaksa harus tinggal di pedalaman Bogor karena mengikuti dinas ayahnya. Sejak pertama kedatangannya, ia sangat syok dengan kondisi sekolah dan kegiatan belajar mengajar. Karena terbiasa tinggal di kota, Clara merasa bahwa semuanya akan sama saja seperti di sekolah yang dulu.
Ternyata, ketika di masuk di kelas 8B, ekspektasinya menurun. Kalo dulu, ruangan belajar sangat nyaman dan kondusif dengan menggunakan AC. Tapi, ketika di sekolah baru ia tercengang karena fasilitasnya jauh dari bagus.
Clara berusaha beradaptasi dan tetap belajar semaksimal mungkin. Dia pun mulai mendapatkan teman yang bernama Indah. Baginya, Indah sangat membantu supaya bisa cepat beradaptasi.
“Di sini penyampaian materi pelajarannya jauh lebih lambat ya Indah,” Clara mengajak bicara saat jam istirahat sambil meminum es kelapa di plastik.
“Oh, iya, mungkin karena waktu itu, buku paket yang dikasih pemerintah telat dateng. Ajarin aku dong Clara materi yang belum disampein bu guru tapi di sekolah kamu yang dulu udah pernah diajarin,” pinta Indah.
“Wahh boleh banget,” respons Clara.
“Sepulang sekolah kali ya, di saung belakang rumahku. Kan enak tuh belajar sambil liat pemandangan,” ajak Indah sambil menawarkan fasilitas rumahnya.
Clara langsung mengangguk setuju tawaran Indah. Indah adalah anak kepala desa yang cukup beruntung di desa tersebut. Sepulang sekolah, Clara tidak langsung pulang ke rumahnya. Tapi membagikan materi yang belum disampaikan di kelas.
Tidak cuma Indah, ada beberapa teman lainnya yang ikut bergabung di kelompok belajar tersebut. Clara jadi menyadari, bahwa walaupun jauh dari kota, teman-teman barunya di desa tetap menjadi pelajar yang semangat untuk menimba ilmu.
Clara sudah bertekad, kalo ada tugas tentang menulis cerpen kehidupan sehari-hari seorang pelajar, ia akan menceritakan tentang teman-teman barunya di desa.
Lihat Juga : Contoh Poster Sederhana
Setiap hari Jumat, SMA Tunas Rimba selalu mengadakan bersih-bersih sekolah. Rendy merupakan ketua kelas 12 IPS 3 mulai mengajak teman sekelasnya untuk bersih-bersih.
Rendy adalah anak laki-laki tampan dan rajin. Dalam akademik dia cukup pintar, namun dia sangat jago dalam hal olahraga. Dia hobi bermain sepak bola. Tidak hanya itu, di kelas Rendy terkenal sosok yang suka bersih-bersih. Hari Jumat menjadi rutinitas wajib Rendy untuk mengajak temannya untuk bersih-bersih.
Namun Jumat kali ini Rendy terlihat sedikit agak berbeda, dia sedikit tegas kepada teman-temannya yang tidak ingin ikut bersih-bersih.
“Hari ini guru akan masuk ke ruang kelas. Jika guru melihat ada ruang kelas yang tidak bersih, maka jam pulang akan ditunda. Kalau kalian ingin cepat pulang, ikut bantu bersih-bersih jangan ada yang hanya duduk saja” Ucap Rendy.
Semua temannya mengikuti apa kata Rendy karena ingin cepat pulang. Setelah selesai bersih-bersih tiba saatnya guru datang untuk melihat masing-masing kelas. Saat tidak di ruang kelas 12 IPS 3, guru cukup takjub karena ruang kelasnya sangat bersih.
Sebagai apresiasi karena telah membuat ruang kelas menjadi bersih, Ibu guru mengizinkan anak 12 IPS 3 pulang. Semua anak-anak berteriak senang, dan mereka bergegas pulang.
Libur Idul Fitri kali ini, aku menghabiskan waktu di rumah saja. Sebenarnya aku tidak ingin ke tempat wisata, tempat rekreasi atau yang lainnya.
Tetapi dengan kondisi cuaca di Indonesia yang terkadang buruk, membuat ku lebih nyaman libur di rumah.
Berlibur di rumah juga menjadi sangat berarti kok. Misalnya aku bisa membantu ibuku untuk beres-beres rumah, menyapu halaman rumah, dan bisa merawat bunga yang aku tanam bersama ibu.
Selain itu, aku juga bisa rebahan dengan bebas tanpa memikirkan beban tugas yang selalu ada di saat sekolah.
Tentunya aku juga bisa bermain gim sesuka hati, tetapi aku juga tahu waktu untuk menjalankan ibadah dan melakukan aktivitas lainnya.
Pada saat bermain gim juga orang tuaku tak memarahi ku, karena mungkin mengingat aku sedang libur lebaran. Karena biasanya ibu atau ayah aku selalu mencoba mengingatkan untuk tidak selalu main gim. Pokoknya libur Idul Fitri ini aku sempatkan untuk main game.
Meski rajin gemar main gim, pada sore hari aku juga selalu membantu ibuku untuk menyiapkan makanan untuk makan malam. Mulai dari menyiapkan bahan-bahan dan peralatan memasak.
Pada malam harinya seperti biasa aku menyempatkan membaca buku supaya nanti ketika masuk sekolah ada beberapa materi yang sudah aku mengerti.
Itulah cerita liburan Idul Fitriku. Dengan berlibur di rumah aku bisa membantu pekerjaan ibu, rebahan, dan juga bisa bermain game sepuasnya.
Matahari baru saja terbit, namun seorang pelajar bernama Amel sudah terbangun dari tidurnya. Ia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setelah mandi, sarapan, dan memakai seragam sekolah, Amel berangkat bersama ibunya.
Perjalanan dari rumah Amel ke sekolah membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Selama perjalanan, Amel biasanya mengobrol dengan ibunya tentang berbagai hal, mulai dari rencana mereka untuk akhir pekan hingga tugas-tugas sekolah Amel.
Sesampainya di sekolah, Amel langsung menuju kelasnya. Ia kemudian menyapa teman-temannya dan mempersiapkan diri untuk pelajaran pertama. Hari itu, Amel memiliki pelajaran matematika, bahasa Indonesia, dan ilmu pengetahuan alam.
Pelajaran matematika berlangsung selama 45 menit. Amel sangat menyukai pelajaran ini karena ia senang memecahkan soal-soal matematika. Setelah pelajaran matematika, Amel memiliki istirahat selama 15 menit. Selama istirahat, Amel biasanya makan bekal yang dibawanya dari rumah dan mengobrol dengan teman-temannya.
Setelah istirahat, Amel melanjutkan pelajarannya dengan pelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran ini juga sangat disukai Amel karena ia senang membaca dan menulis. Setelah pelajaran bahasa Indonesia, Amel memiliki pelajaran ilmu pengetahuan alam. Pelajaran ini mengajarkan Amel tentang berbagai hal di alam semesta, mulai dari tubuh manusia hingga tata surya.
Setelah pelajaran ilmu pengetahuan alam, bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Amel dan teman-temannya kemudian berkemas dan pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Amel biasanya istirahat sebentar sebelum mulai mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Setelah mengerjakan tugas, Amel biasanya bermain-main dengan adiknya atau menonton televisi.
Pada malam hari, Amel biasanya belajar sebentar sebelum tidur. Ia biasanya membaca buku pelajaran atau mengerjakan latihan soal.
Kehidupan sehari-hari Amel sebagai pelajar memang cukup sibuk, namun ia tetap menikmati masa-masa sekolahnya. Ia tahu bahwa ilmu yang ia dapatkan di sekolah akan bermanfaat bagi masa depannya.
Minggu adalah hari libur yang ditunggu kaum rebahan, malas beraktivitas. Ada yang hanya ingin rebahan di rumah menghilangkan penat selama satu minggu beraktivitas dan ada pula yang berencana akan berlibur.
Banu memilih opsi pertama. Banu memilih bersantai rebahan di rumah dan parahnya Banu akan selalu merasa kurang dengan liburnya.
“Banu bangun sudah siang, nanti kamu terlambat.” Tanya ibunya.
“Bu Banu masih capek, banu bolos sehari, ya.” Banu memelas pada ibunya.
“ Jangan begitu, bayaran sekolahmu mahal jangan menyepelekan menuntut ilmu” Jawab ibunya menyanggah.
“Sehari saja bu, Banu tidur lagi.”
Melihat kelakuan Banu, Ibunya geram hingga mengajak Banu melihat anak keterbelakangan di suatu panti asuhan.
“Nah, sekarang coba kamu buka mata kamu, mereka ingin sekolah sepertimu. Namun, tidak ada orang tua yang akan membiayai mereka bersekolah.” Jelas ibunya, mereka masih di dalam mobil.
Dengan kejadian itu, Banu tersadar dan mau berangkat sekolah walau terlambat.
Di perjalanan menuju sekolah Banu melihat seorang anak yang pincang berseragam sekolah sama dengannya. Dalam hati Banu berkata, aku bersyukur masih punya fisik yang sempurna untuk bisa menuntut ilmu.
Hai, nama saya Rainer. Saya kelas 5 SD. Saya belajar online di rumah. Saya mulai belajar online sejak kelas 4 SD.
Sebelum belajar online dari rumah, saya masih belajar di sekolah. Tetapi sejak Covid-19 datang, saya tidak bisa ketemu teman-teman dan guruku lagi.
Di sekolah ada banyak pelajaran, seperti matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS, PPKN, Agama, SBdP, dan PJOK.
Aku paling suka pelajaran matematika karena aku suka menghitung. Aku juga suka SBdP dan PJOK.
Hal unik tentang pelajaran tersebut (SBdP) adalah aku bisa merekam dengan main piano sambil bernyanyi dan untuk PJOK aku bisa merekam denyut nadiku. Itulah keunikan dari pelajaran PJOK dan SBdP.
Aku juga suka pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Di pelajaran bahasa Indonesia aku bisa belajar pantun, peribahasa, membuat iklan dan lain-lain.
Di pelajaran bahasa Inggris aku belajar present tense, present continuous tense, past tense, adverb, pronoun, penggunaan prefer, better-than, dan lain-lain. Sebenarnya aku suka semua pelajaran. Di pelajaran IPA adalah pelajaran yang menurutku paling unik dan bervariasi.
Dalam pelajaran IPA aku belajar tentang organ pernafasan, jantung dan pembuluh darah, dan ekosistem. Di pelajaran IPS aku bisa belajar tentang pembangunan dan interaksi.
Terakhir PPKN dan Agama. Di PPKN aku belajar tentang penghematan dan penghargaan. Dalam pelajaran Agama aku belajar tentang kemampuan diri, godaan, pengampunan dan lain-lain.
Hal yang unik terhadap jalannya pelajaran di sekolah ini adalah meskipun tidak bisa bertemu teman-teman secara langsung, sekolah menggunakan zoom. Jadi, kita masih bisa ketemu secara online.
Perkenalkan aku Putri yang saat ini sedang menempuh pendidikan Sekolah Dasar kelas 5. Setiap hari, aku selalu di antar oleh ayahku saat pergi bersekolah. Aku sangat senang karena ayah selalu mengantarkanku tepat waktu, sehingga tidak pernah terlambat sekolah.
Di sekolah, aku bertemu banyak sekali teman yang sangat seru dan asyik, sehingga tidak pernah merasakan bosan. Ketika pulang sekolah pun, aku pulang bersama dengan teman-teman yang kebetulan rumah kami berdekatan.
Pada suatu waktu, ketika pulang, kami melihat ada seorang ibu yang barang belanjanya terjatuh karena terlalu banyak. Melihat hal itu, kami bersegera membantunya.
Sesampainya di rumah, aku menceritakan kejadian itu kepada Ibu, kemudian Ibu berkata, “bagus, nak, jangan pernah ragu untuk membantu orang lain”.
Kemudian, aku juga bilang, “ternyata membantu orang lain sangat menyenangkan.” Sejak kejadian itu, aku selalu berusaha membantu orang lain saat sedang membutuhkan bantuan.
“Sudah ya, Ma,” Caki menyingkirkan susunya yang masih tersisa setengah.
Mama yang sedang mengoleskan mentega ke roti memandangnya heran. “Tadi rotinya enggak habis. Sekarang susunya.” Keluh Mama.
Caki memaksakan senyum, “Perutku sudah enggak muat lagi, nih, Ma.”
Mama menghela napas maklum. Dia tahu, Caki hari ini akan ulangan matematika. Caki jika mau ulangan selalu begitu. Nafsu makannya mendadak seperti hilang. Untungnya setelah ulangan, nafsu makan anak tunggalnya itu akan kembali seperti biasa.
“Ya, sudah. Nih, bawa roti buat bekal saja, ya. Nanti habis ulangan, kamu bisa makan.” Bujuk Mama.
Caki mengangguk lemah. Pikirannya benar-benar sudah tersita ke ulangan nanti.
“Kamu kan sudah belajar semalam,” Celetuk Kak Wirya di hadapannya.
Mama tersenyum maklum sambil mengangkat bahu “Caki gitu, lho. Dia memang selalu begitu kalau mau ulangan.”
Caki mengangguk membenarkan. “Iya, aku sudah berusaha. Tapi rasanya, kok, susah jadi juara kelas, ya.”
“Kamu sudah bagus Loh, Ki. Sudah lima besar. Kan, sudah lumayan. Iya, enggak?” Mama mengingatkan.
“Betul Ki.” Sahut Kak Wirya mengiyakan.
Kak Wirya adalah sepupu Caki dari Bandung. Ia baru saja datang semalam. Kabarnya sih, sepupunya ini baru saja dapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Nah, sebelum berangkat, ia mau sekalian pamit dulu kepada Mama dan Papa Caki.
“Waktu SD, Kakak malah enggak masuk sepuluh besar di kelas,” lanjut Kak Wirya. “Tapi setelah Kakak punya mantra ajaib, baru deh…”
“Hah… mantra ajaib? Mau dong, Kak!”
Kak Wirya tersenyum. “Nanti siang ya. Kamu sekarang kan, harus ke sekolah.”
“Tapi kan, aku butuhnya sekarang, Kak.” Kata Caki tak sabar.
Mama dan Kak Wirya tersenyum melihat tingkah Caki.
“Nah, sekarang ilmu pembukanya dulu. Sebelum ulangan Tarik napas. Tenang. Katakan aku bisa. Jangan lupa berdoa. Itu dulu, deh.” Urai Kak Wirya.
Caki mendengarkan baik-baik perkataan sepupunya itu. Dia menarik napas panjang dan tersenyum.
Ting… tong…
“Nah, itu, Om Agus sudah datang,” Mama mengingatkan.
“Sampai nanti, ya Kak!” Caki melambaikan tangan sambil berlari kecil menuju mobil jemputannya.
***
Pulang sekolah, Caki memeriksa kamar tidur tamu di lantai atas. Kosong. Sepertinya Kak Wirya belum pulang.
“Ya, gimana dong. Padahal aku mau menagih janji mantra Kak Wirya.” Gumamnya. Dia ingat, dua hari lagi dia ada ulangan IPA.
Akhirnya, Caki duduk saja di meja belajarnya. Dia berusaha konsentrasi, tapi rasanya masih banyak hal yang belum bisa dihafalnya dengan baik.
“Sim salabim. Alakazam.”
Caki gelagapan. Dicarinya sumber suara tadi. Loh, kenapa Kak Wirya sudah berpakaian seperti Aladin gitu?
“Nah, minum!” Kak Wirya menyodorkan segelas air. Warnanya kelabu, keruh, seperti air hujan. Tapi yang ini lebih kental.
“Apa ini Kak?” Caki mengernyit muka menerima gelas itu. Didekatinya ke hidung, huek… baunya nggak enak. Dia pun spontan menjauhkannya dari hidung.
“Ayo,” desak Kak Wirya.
“Huk, huk…” belum juga air terminum, Caki terbatuk. Gelagapan mencari udara segar!
Caki masih terus terbatuk. Kak Wirya membantu menenangkannya. Tapi… ah sepertinya aku tadi bermimpi, bisik Caki dalam hati.
Dia memperhatikan sepupunya itu. Tak ada lagi baju Aladin, seperti yang dikenakannya tadi.
Cukup lama Caki terbatuk, sebelum akhirnya bisa menenangkan diri. Sepertinya tadi ia tertidur sampai dia jadi terbatuk,
“Bagaimana?” tegur Kak Wirya.
Caki tersipu malu. “Ayo, Kak. Katanya mau mengajarkan aku mantra.” Caki mengalihkan perhatian.
“Oke, mana yang mau kamu hafalkan?” Kak Wirya membalik buku di hadapan Caki. “Sains memang banyak hafalannya, ya?”
“IPS juga Kak. Bahasa apalagi. Ah, semuanya deh. Mungkin Cuma matematika yang tidak. Eh… tapi enggak juga, sih. Menghafal satuan, aku juga masih sering tertukar.” Serentetan kalimat berhamburan keluar dari mulut Caki.
Kak Wirya tersenyum menanggapi.
“Ini nih, Kak.” Caki menunjuk halaman buku yang akan dihafalnya. “Aku dari tadi nggak bisa menghafal alat-alat ekskresi pada manusia.”
Caki memang merasa kesulitan. Ada saja hafalan yang tertinggal. Paling sering yang ketinggalan itu hati. Menurutnya, mengingat paru-paru, ginjal, dan kulit lebih mudah karena bisa dibayangkan sehari-hari.
“Pahaku gatal.” Terdengar suara lirik Kak Wirya.
Spontan, Caki melihat ke kaki Kak Wirya. Katanya gatal, tapi kok, tidak digaruk. Dia hanya memperhatikan buku yang dibuka Caki. Tak terlihat kalau pahanya memang gatal.
“Apa Kak?” tanya Caki bingung.
“Pahaku gatal,” jawab Kak Wirya singkat.
“Digaruk dong, Kak. Mungkin tadi digigit nyamuk. Tapi memakai celana setebal itu, kok, masih bisa digigit nyamuk ya?” Caki heran melihat celana jin tebal yang digunakan Kak Wirya.
Kak Wirya menoleh menatap Caki. Sepertinya, dia kebingungan mendengar ucapan Caki. Tangannya menunjuk ke halaman buku yang terbuka.
“Ini lho, Paru-paru, Hati, Kulit, dan GinjAL bisa disingkat jadi PAHAKU GATAL.” Urai Kak Wirya.
Awalnya Caki tak mengerti. Untunglah kakak sepupunya itu mengulanginya sekali lagi. Ternyata membuat singkatan dari beberapa hal yang harus dihafal bisa memudahkan.
“Oh, jadi itu mantranya!” seru Caki senang. Dia kini mengerti apa yang dimaksud dengan mantra ajaib oleh Kak Wirya.
Kak Wirya lalu asyik memberikan contoh-contoh mantra ajaib lainnya. Ada mantra MEVE BUMAJU SAUNEP untuk urutan planet. Ada juga mantra MEJIKU HIBINIU untuk warna-warna Pelangi.
Ternyata, setiap orang bisa menciptakan mantranya sendiri-sendiri. Tidak harus sama dengan orang lain. Yang penting, mengerti dan bisa memudahkan untuk menghafal dengan baik. Cara ini juga dikenal sebagai jembatan keledai.
“Memangnya mana keledainya, Kak?” celetuk Caki.
“Entahlah. Tapi, yang penting cara ini bisa membantu kita menghafal apa pun dengan mudah.”
“Asyik. Aku mau ah, bikin mantra yang banyak. Supaya aku bisa menjadi juara kelas.” Seru Caki senang.
Lihat Juga : Contoh Visi Misi OSIS SMP, SMA, SMK
Nah, itulah pengertian dari cerpen dan beberapa kumpulan contoh cerpen kehidupan sehari-hari yang dapat Anda gunakan sebagai bahan referensi untuk tugas sekolah yakni membuat sebuah karangan cerpen. Jika Anda seorang pelajar, semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda ya. Apabila ada pertanyaan Anda bisa meninggalkan pesan di kolom komentar di bawah ini. Terima kasih telah membaca!
Cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mempunyai peranan penting dalam menyampaikan pesan, menggambarkan tokoh-tokoh, dan merangsang imajinasi pembacanya melalui cerita fiksi yang ringkas dan padat.
Cerita pendek atau cerpen mempunyai struktur yang khas yaitu pengenalan, konflik, penyelesaian, resolusi, dan koda.
Cerpen mempunyai beberapa unsur dan ciri khas, seperti penggunaan bahasa sehari-hari, tokoh-tokohnya sederhana, dan pesan moral di akhir cerita.
Penulis : Elly Abriyanti Widyaningrum | Editor : Rudi Dian Arifin, Wahyu Setia Bintara
Discussion | 0 Comments
*Komentar Anda akan muncul setelah disetujui