Jika berbicara mengenai kebudayaan yang ada di negeri kita tercinta ini pasti tidak ada habisnya, kali ini kita akan membahas kebudayaan salah satu provinsi yang terletak di ujung timur negara Indonesia yaitu Papua.
Apa yang terbesit di benak kalian ketika mendengar kata Papua? Barangkali kalian akan membayangkan budayanya yang unik serta menarik, seperti alat musik tradisionalnya, tarian tradisional, pakaian adat, masakan khasnya, atau keindahan alamnya seperti Raja Ampat, Gunung Cartens, pegunungan Jayawijaya, serta masih banyak keindahan lainnya.
Pulau eksotis yang terletak di ujung timur Indonesia ini memiliki luas 312.224,37 km2. Terdapat sekitar 466 suku yang ada di Papua, Mereka masih satu rumpun dengan suku Aborigin yaitu penduduk pribumi benua Australia. Dari keberagaman suku tersebut tidak heran Papua selalu menjadi incaran wisatawan untuk menikmati keindahan serta keunikan kebudayaannya.
Dalam pembahasan kali ini kita akan memfokuskan pembahasan mengenai beberapa jenis pakaian adat yang ada di suku Papua.
Ringkasan
Lihat Juga : 18 Tarian Jawa Tengah Paling Populer yang Perlu Kamu Ketahui!
Pakaian adat merupakan pakaian yang digunakan untuk simbol ekspresi identitas suatu suku atau kelompok masyarakat tertentu. Pakaian adat dapat berfungsi sebagai simbol kebudayaan, karakter penduduk dalam wilayah geografis tertentu, status sosial, simbol keyakinan suatu agama tertentu, serta sejarah daerah tersebut.
Jika kita teliti lebih lanjut, ternyata pakaian adat Papua ini masih sangat original serta tidak terpengaruh oleh budaya dari luar. Pakaian adat Papua juga mengindikasikan bahwa penduduk daerah tersebut hidup berdampingan dengan alam sekitar. Jenis pakaian adat Papua yang sering kita dengar adalah Koteka, ternyata selain Koteka masih banyak jenis pakaian adat Papua yang bisa kita pelajari bersama loh.
Di bawah ini merupakan beberapa jenis pakaian adat yang ada di Papua.
Pakaian adat yang sering kita dengar ialah koteka, koteka ialah pakaian adat suku asli Papua yang berfungsi untuk menutupi bagian vital kemaluan para pria, sementara bagian tubuh lainnya dibiarkan tetap terbuka. Pakaian adat ini kerap dipakai pria suku Dani. Di beberapa suku, pakaian adat ini kerap disebut sebagai Hilon, Bobbe, dan Harim.
Koteka bentuk lonjong seperti selongsong dan ujungnya meruncing seperti kerucut, koteka terbuat dari kulit labu air yang sudah dihilangkan buah serta bijinya. Kulit labu air yang akan di pilih haruslah berasal dari labu air yang sudah tua, hal tersebut dikarenakan labu air yang tua jika dikeringkan akan mempunyai tekstur yang keras serta awet.
Bentuk koteka seperti selongsong dan ujungnya meruncing berbentuk kerucut seperti buah wortel. Di bagian ujung koteka diberi bulu burung atau bulu ayam hutan. Pemakaian koteka yaitu pada bagian vital pria, di kiri dan kanan koteka terdapat tali yang dililitkan ke bagian pinggang penggunanya. Koteka biasa dikenakan sehari- hari maupun upacara adat.
Ukuran koteka dibedakan berdasarkan aktivitas yang sedang mereka jalankan. Koteka dengan ukuran pendek serta tanpa ukiran digunakan untuk aktivitas keseharian seperti bercocok tanam, beternak, berburu. Sedangkan koteka dengan ukuran Panjang yang dilengkapi dengan ukiran etnik Khas Papua biasa digunakan untuk acara-acara adat.
Setiap suku biasanya memiliki perbedaan koteka masing-masing. Seperti suku Yali yang lebih menyukai Koteka dengan bentuk labu yang Panjang, sementara suku Triom biasanya memakai koteka dengan bentuk dua labu.
Penduduk pribumi Papua mendapatkan sosialisasi penggunaan celana pendek pada tahun 1950, kampanye ini ditujukan untuk mengganti pemakaian koteka dengan celana pendek agar dapat menutupi bagian vital pria secara lebih menyeluruh.
Seiring berjalannya waktu penggunaan koteka mulai jarang dikenakan, bahkan penggunaan koteka dilarang dikenakan di tempat umum seperti kantor, terminal, sekolah, dan lain-lain. Namun Anda masih bisa menjumpai penggunaan koteka yang lebih banyak di wilayah pegunungan seperti Wamena, Jika terdapat wisatawan yang ingin berfoto bersama penduduk yang menggunakan koteka biasanya akan dikenakan biaya beberapa puluh ribu rupiah sesuai kesepakatan.
Baju kurung ialah pakaian adat Papua yang biasa digunakan bersamaan dengan rok rumbai. Baju kurung ini merupakan penutup tubuh bagian atas yang terbuat dari kain beludru. Pakaian adat yang satu ini hanya diperuntukkan bagi kalangan wanita saja.
Baju kurung ini mendapatkan pengaruh dari budaya luar Papua, Baju kurung ini juga banyak digunakan oleh perempuan Manokwari. Di Papua bagian Barat banyak wanita yang juga mengenakan baju ini untuk acara adat. Baju kurung ini biasa di padu padankan dengan rok rumbai serta beberapa perlengkapan lain agar tampak lebih serasi, misalnya gelang dan kalung yang dibuat dari biji-bijian yang keras serta dilengkapi dengan penutup kepala yang terbuat dari bulu burung.
Rok rumbai biasa digunakan untuk menutupi bagian bawah pakaian wanita Papua, Rok rumbai ini biasa digunakan bersamaan dengan baju kurung. Rok rumbai terbuat dari bahan daun sagu yang telah dikeringkan kemudian dirajut dengan rapi hingga membentuk sebuah rok.
Cara mengenakan rok rumbai ini dengan cara melilitkan rok rumbai ke pinggang lalu diikat menggunakan simpul. Rok rumbai juga biasa dipadu padankan dengan aksesoris seperti hiasan kepala dari bulu burung kasuari serta terdapat pula dari bahan ijuk, dan anyaman daun sagu.
Meski pada umumnya rok rumbai ini dikenakan oleh para wanita, namun terdapat pula beberapa pria Papua yang mengenakan rok rumbai ini pada saat diadakan upacara adat. Terdapat perbedaan penggunaan rok rumbai antara pria dan wanita, yaitu jika pria menggunakan rok rumbai maka ia tidak mengenakan baju kurung layaknya wanita.
Sementara apabila seorang pria mengenakan koteka, maka wanitanya akan mengenakan rok rumbai tanpa baju kurung lalu bagian atas tubuh mereka akan disamarkan dengan tato yang bermotif fauna serta flora dengan tinta yang terbuat dari bahan alami. Beberapa kelompok etnis adat yang mengenakan rok rumbai di antaranya yaitu Biak Numfor, Tobati, Yapen, Nafri, Sentani, dan Enjros.
Pakaian adat Sali atau baju Sali merupakan pakaian yang hanya boleh dikenakan oleh para gadis. Masyarakat Papua dapat mengenali seorang wanita masih lajang ataukah sudah menikah terlihat dari pakaiannya. Seorang wanita yang sudah menikah tidak diperkenankan kembali memakai pakaian ini.
Pakaian adat Sali merupakan pakaian adat sehari hari yang terbuat dari kulit pohon pilihan atau daun sagu yang telah kering. Dahulu penggunaan pakaian adat Sali layaknya memakai rok dan bagian dada yang masih terbuka, namun seiring perkembangan zaman pakaian adat Sali disesuaikan dengan peradaban yang ada yaitu dengan tambahan baju rajutan kulit pohon berwarna merah gelap dengan sedikit aksen warna warni.
Jika dilihat sekilas, pakaian adat Sali ini terlihat seperti kain jahitan. Cara penggunaan pakaian adat Sali yaitu dengan cara melilitkannya ke bagian tubuh kemudian diatur sedemikian rupa agar bagian dalam baju lebih panjang dibandingkan bagian luar.
Tidak hanya para perempuan yang masih gadis saja yang memiliki baju khusus, namun para wanita yang sudah menikah ternyata juga memiliki pakaian khusus tersendiri yang dinamakan pakaian adat yokal.
Pakaian adat Yokal ini berasal dari Papua Barat yang terbuat dari kulit pohon yang berwarna coklat tanah atau kemerahan, pembuatan pakaian ini yaitu dengan cara dianyam kemudian dililitkan memutari tubuh wanita.
Pakaian adat Yokal ini dikenakan untuk menutupi bagian atas tubuh wanita serta hanya boleh dikenakan oleh para wanita yang sudah menikah. Pakaian adat ini biasa dikenakan dengan dilengkapi banyak aksesoris khas tambahan seperti rumbai kepala, gigi anjing, taring babi, serta tas noken.
Untuk tas noken sendiri merupakan tas dengan anyaman kulit kayu yang biasanya difungsikan untuk menyimpan hasil buruan seperti tikus, kelinci, burung, lalu sayur sayuran, umbi-umbian, dan buah-buahan.
Terdapat baju adat yang boleh dikenakan oleh pria maupun wanita, pakaian adat Papua tersebut ialah baju kain rumput. Baju kain rumput ini terbuat dari pucuk daun sagu yang sudah dikeringkan, lalu direndam terlebih dahulu sebelum dianyam.
Baju kain rumput ini sudah mendapatkan sentuhan modern, baju ini berasal dari Sorong Selatan. Menurut filosofi konon untuk pembuatan baju kain rumput ini menggunakan pucuk daun sagu yang diambil pada saat air laut pasang kemudian proses penganyamannya pun menggunakan bahan kayu yang berukuran satu meter.
Baju kain rumput ini biasa dilengkapi dengan tali pinggang yang juga terbuat dari daun pucuk sagu. Cara pembuatannya yaitu pucuk daun sagu ini dianyam terlebih dahulu, kemudian akan dipilin menjadi satu.
Lihat Juga : 50 Nama Tarian Daerah di Indonesia Beserta Asalnya
Itulah beberapa pakaian adat Papua yang memiliki keunikan, masih sangat tradisional, serta memiliki filosofi yang mendalam. Pakaian adat Papua menjadi kekayaan budaya Indonesia yang sangat istimewa karena dalam pembuatannya yang masih mempertahankan bahan dasar alami.
Modern kini pakaian adat tersebut sudah semakin jarang dikenakan oleh warga lokal, namun karena keunikannya pakaian adat ini masih sering menjadi incaran para turis domestik maupun mancanegara untuk dijadikan souvenir dan dibawa pulang ke kampung halaman masing-masing. Selain baju adat, masih terdapat beragam kebudayaan khas Papua yang dimiliki oleh bangsa ini. Sehingga sudah selayaknya kita bangga memiliki keanekaragaman budaya yang mampu menjadi daya tarik hingga kancah internasional.
Dengan demikian kita juga wajib menyikapi secara bijak dengan tidak menjadikan keberagaman kebudayaan tersebut sebagai pemecah belah bangsa, namun kita jadikan keberagaman ini sebagai pemersatu bangsa.
Koteka berfungsi untuk menutupi bagian vital kemaluan para pria, sementara bagian tubuh lainnya dibiarkan tetap terbuka. Bentuk koteka seperti selongsong dan ujungnya meruncing berbentuk kerucut seperti buah wortel. Di bagian ujung koteka diberi bulu burung atau bulu ayam hutan.
Pemakaian koteka yaitu pada bagian vital pria, di kiri dan kanan koteka terdapat tali yang dililitkan ke bagian pinggang penggunanya. Koteka biasa dikenakan sehari- hari maupun upacara adat.
Ukuran koteka dibedakan berdasarkan aktivitas yang sedang mereka jalankan. Koteka dengan ukuran pendek serta tanpa ukiran digunakan untuk aktivitas keseharian seperti bercocok tanam, beternak, berburu. Sedangkan koteka dengan ukuran Panjang yang dilengkapi dengan ukiran etnik Khas Papua biasa digunakan untuk acara-acara adat.
Pakaian adat Sali atau baju Sali merupakan pakaian yang hanya boleh dikenakan oleh para gadis. Masyarakat Papua dapat mengenali seorang wanita masih lajang ataukah sudah menikah terlihat dari pakaiannya. Seorang wanita yang sudah menikah tidak diperkenankan kembali memakai pakaian ini.
Terdapat baju adat yang boleh dikenakan oleh pria maupun wanita, pakaian adat Papua tersebut ialah baju kain rumput. Baju kain rumput ini terbuat dari pucuk daun sagu yang sudah dikeringkan, lalu direndam terlebih dahulu sebelum dianyam.
Penulis : Asiyatul Ulfiyah | Editor : Rudi Dian Arifin, Wahyu Setia Bintara
Discussion | 0 Comments
*Komentar Anda akan muncul setelah disetujui