Tan Malaka adalah seorang pejuang negeri yang mendapat gelar pahlawan nasional. Ia sungguh berdaulat dalam memperjuangkan bangsa Indonesia. Seorang pria dengan kelahiran Nagari Pandam Gadang, Sumatera Barat pada taggal 2 Juni 1987. Tan Malaka memiliki nama asli Sutan Ibrahim. Nama tersebut adalah gelar bangsawan yang ia dapat dari garis keturunan ibunya, dengan nama Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka.
Tan Malaka memiliki seorang ayah bernama Rasad Caniago yang bekerja sebagai karyawan pertanian, juga ibunya bernama Sinah Simabur putri seorang bangsawan di desanya.
Sejak dahulu, Tan Malaka memang mengorbankan hidupnya untuk menjadi pejuang demi kemerdekaan RI, dan tidak pernah menikah semasa hidupnya. Masa kecil Tan Malaka dibimbing dalam lingkungan yang agamis, kegemarannya merupakan belajar agama, belajar ilmu beladiri, dan bermain sepak bola.
Masa pendidikan yang ia lalui berasal dari Sekolah Guru Negara (Kweekschool) kota kelahirannya. Ia sekolah disana pada tahun 1908, di usia 21 tahun. Tan Malaka juga menjadi anak yang pandai dan berprestasi dikelasnya. Kemudian pada tahun 1913 saat usianya menginjak 26 tahun, ia meninggalkan desanya menuju Belanda untuk belajar di Sekolah Pendidikan Guru Pemerintah di Rijkskweekschool.
Ia mendapat beberapa pengetahuan selama berkuliah di Belanda, seperti pengetahuan tentang dunia luar, terkait revolusi yang menjadi pola pemikirannya. Ternyata ia mendapat pengetahuan dari buku yang ia baca berjudul de Fransche Revolutie. Masa-masa itu sedang gencarnya terjadi revolusi di Uni Soviet atau Rusia. Tan Malaka tidak jenuh mempelajari paham sosialisme dan komunisme dari buku-buku karya Karl Marx, Friedrich Engels, dan juga Vladimir Lenin. Bahkan ia sering menemui tokoh-tokoh sosialis dan demokratis.
Tan telah lulus kuliah di tahun 1919, ia kemudian kembali ke kampung halamannya. Ia sempat di beri tawaran mengajar di Deli, Sumatera Utara untuk mengajar pertanian kepada anak-anak di perkebunan teh.
Lihat Juga : 35 Quotes Mohammad Hatta, Wakil Presiden RI ke-1
Selain menjadi guru, Tan juga aktif dalam mendesain pamflet untuk perlawanan terhadap kolonial Belanda. Sebagai rakyat Indonesia ia tidak rela melihat rakyat yang harus tunduk dan diperlakukan tidak adil oleh kaum elit. Tan Malaka pernah menulis penderitaan para kuli kebun teh di media masa Sumatera Pos.
Tan Malaka diangkat menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) pada tahun 1920 mewakili kaum kiri demi memperjuangkan nasib para petani. Hal itu tidak berjalan lama karena ia megundurkan diri dan memilih untuk mendirikan sekolah Rakyat di daerah Semarang atas bantuan Tokoh Syariat Islam (SI). Dari sini Tan bertemu denan para tokoh pergerakan seperti HOS Tjokroaminoto dan K. H Agus Salim.
Dalam kegiatannya mengajar di sekolah, tak membuat Tan Malaka lengah. Ia menulis beberapa artikel dan buku. Beberapa buku yang ia tulis diantaranya, Komunisme di Jawa ’1922, Kuli Kontrak ‘1923, Naar Republiek ‘1925, Madilog ‘1942-1943 berisi (materialisme, dialekta, logika).
Ia juga pernah melewati masa-masa sulit di tahun 1922, ia di tangkap karena dugaan terlibat dalam aksi mogok besar-besaran buruh pegadaian. Selama dua puluh tahun lamanya ia di menjalani pengasingan di Belanda. Tan Malaka selesai diasingkan pada 1942 dan kembali ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan penjajah orang Jepang ke Indonesia.
Saat-saat itulah terjadi penjajahan kembali di Indonesia, Tan Malaka tidak diam melihat rakyat di jajah. Ia langsung melakukan perlawanan politik dalam sistem Gerilya. Tan Malaka menyampaikan konsep revolusioner untuk melawan penjajah kepada tokoh Soekarno. Karena kegigihannya membantu perjuangan rakyat negara Indonesia bisa merdeka pada tahun 1945.
Tan Malaka di masa kemerdekaan Indonesia menjadi pelopor aktivis sayap kiri sosialis, namun sering dituduh melakukan perlawanan terhadap kebijakan baru pemerintah Indonesia. Akhirnya ia dipenjara pada tahun 1946, dan di bebaskan pada masa pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Tan Malaka juga merintis pembentukan Partai Murba pada 7 November 1948 di Yogyakarta, karena ia melihat kondisi pemerintahan baru tidak berjalan stabil.
Dalam mengumpulkan sisa-sisa pemberontak PKI, ia pergi ke Kediri dan membentuk pasukan Gerilya Pembela Proklamasi. Perjuangannya selalu mendapat imbalan buruk dari pemerintahan penjajah. Ia dan anak buahnya di tangkap dan di tembak di Kediri.
Sebagai seorang pahlawan bangsa, ia mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Nasional, atas Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden RI Soekarno, pada 28 Maret 1963.
Tan Malaka meninggal di usia 52 tahun. Namun selama puluhan tahun keberadaan makamnya tak diketahui oleh siapapun. Hingga akhirnya seorang peneliti Belanda bernama Henry Poeze, menemukannya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kebupaten Kediri, Jawa Timur.
Saat pihak keluarga mengetahui, mereka meminta jasad Tan Malaka untuk dipindahkan ke tanah kelahirannya. Pada tahun 2017, diadakan prosesi penjemputan jasadnya dan di makamkan kembali di Nagari Pandam Gadang, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
Selalu hargai dan kenang jasa-jasa pahlawan revolusi dan nasional yang telah gugur mendahului kita semua. Begitu banyak liku perjuangan keras yang mereka semua alami untuk memerdekakan bangsa Indonesia, hingga kita bisa hidup maju dan berkarya bebas di negeri yang damai saat ini. Harum nama-nama pahlawan nasional untuk bangsa.
Lihat Juga : 21 Quotes Ki Hadjar Dewantara, Pelopor Pendidikan Nasional
Berikut kata-kata bijak dan bermakna dari Tan Malaka tokoh pahlawan revolusioner, yang sangat berharga untuk kita kenang dan ambil ilmunya.
Revolusi itu menciptakan.
– Tan Malaka
Seorang tukang tak akan bisa membikin gedung, kalau alatnya seperti semen, batu tembok dan lain-lain tidak ada. Seorang pengarang atau ahli pidato, perlu akan catatan dari buku musuh, kawan ataupun guru. Catatan yang sempurna dan jitu bisa menaklukan musuh secepat kilat dan bisa merebut permufakatan dan kepercayaan yang bersimpati sepenuh-penuhnya. Baik dalam polemik, perang-pena, baik dalam propaganda, maka catatan itu adalah barang yang tiada bisa ketinggalan, seperti semen dan batu tembok buat membikin gedung. Selainnya dari pada buat dipakai sebagai barang bahan ini, buku-buku yang berarti tentulah besar faedahnya buat pengetahuan dalam arti umumnya.
– Tan Malaka
Jika kita mau mengumpulkan dan memusatkan tenaga-tenaga revolusioner di Indonesia dengan jalan massa aksi yang tersusun buat merantapkan kemerdekaan nasional, tentulah kita mesti mempunyai satu partai yang revolusioner.
– Tan Malaka
Marxisme itu bukanlah suatu dogma (apalan). Melainkan sesuatu pedoman untuk bertindak.
– Tan Malaka
Seseorang yang ingin menjadi murid Barat atau manusia, hendaklah ingin merdeka dengan memakai senjata Barat yang rasionil. Apabila sudah dapat barulah dapat ia menciptakan satu pergaulan hidup yang baru dan rasionil.
– Tan Malaka
Marx mendefinisikan negara itu dengan “Negara itu adalah hasil dari pernyataan perjuangan kelas yang tidak bisa diperdamaikan.
– Tan Malaka
Bangunkanlah semangat menyerang buat meruntuhkan yang lama – usang – dan mendirikan masyarakat yang baru – kokoh – kuat.
– Tan Malaka
Seorang Marxist yang mau mendapatkan sesuatu kesimpulan (conclusion) buat dijadikan obor dalam menentukan sikap dan tindakan di Indonesia sekarang, haruslah mempertimbangkan kesimpulan itu atas bahan berpikir (promises) yang diperoleh di Indonesia sekarang pula.
– Tan Malaka
Partai mesti berhubungan rapat dengan massa terutama dalam saat yang penting, dengan segala golongan Rakyat dari seluruh kepulauan Indonesia. Dengan tidak berhubungan seperti itu, tak akan ada pimpinan yang revolusioner.
– Tan Malaka
Revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai keadaan.
– Tan Malaka
Tetapi, jika pemerintah Indonesia kembali dipegang oleh kaki tangan kapitalis asing walaupun bangsa Indonesia sendiri, dan 100% perusahaan modern berada ditangan kapitalis asing, seperti di zaman “Hindia Belanda” maka Revolusi Nasional itu berarti membatalkan Proklamasi dan kemerdekaan Nasional dan mengembalikan kapitalisme dan imperialisme internasional.
– Tan Malaka
Jika Diponegoro dilahirkan di Barat dan menempatkan dirinya di muka satu revolusi dengan sanubarinya yang suci itu, boleh jadi akan dapat menyamai perbuatan-perbuatan Crommwell atau Garibaldi. Tetapi ia menolong perahu yang bocor, kelas yang akan lenyap.
– Tan Malaka
Dengan jalan revolusi dan perang kemerdekaan nasionallah yang dapat dimasukkan ke dalam revolusi sosial!!!, maka sekalian negeri besar-besar yang modern, tidak ada kecualinya, dapat melepaskan diri dari kungkungan kelas dan penjajahan.
– Tan Malaka
Seperti seekor semut hanyut bergantung pada sepotong rumput yang diayun-ayunkan gelombang.
– Tan Malaka
Lihat Juga : 29 Quotes Jenderal Soedirman, Nasionalisme dan Perjuangan
Satu kelas atas satu bangsa yang tidak mampu melemparkan peraturan-peraturan kolot serta perbudakan dengan perantaraan revolusi, niscaya musnah atau ditakdirkan menjadi budak buat selama-lamanya.
– Tan Malaka
Beritahukanlah kepada kami, bagaimana perhubungan ekonomi antara kedua bangsa dan kelas itu! Kami akan dapat pula membentuk Bingkai politik antara kedua bangsa atau kedua golongan itu.
– Tan Malaka
Yang kuat perindustriannya, itulah pihak yang mesti menang.
– Tan Malaka
Sebelum bangsa Indonesia mengerti dan mempergunakan segala kepandaian dan pengetahuan Barat, belumlah ia tamat dari sekolah Barat.
– Tan Malaka
Pengupasan yang cocok betul atas masyarakat Indonesia syarat terutama untuk mendapat perkakas revolusi, dan itu pulalah yang menjadi syarat pertama yang mendatangkan kemenangan revolusi kita.
– Tan Malaka
Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi.
– Tan Malaka
Selama orang percaya bahwa kemerdekaan akan tercapai dengan jalan putch atau anarchisme hanyalah impian seorang yang lagi demam.
– Tan Malaka
Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.
– Tan Malaka
Revolusilah, yang bukan saja menghukum, sekalian perbuatan ganas, menentang kecurangan dan kelaliman, tetapi juga mencapai sekalian perbaikan bagi yang buruk.
– Tan Malaka
Jika sekiranya pulau Jawa mempunyai borjuasi nasional yang revolusioner dan Diponegoro dalam perjuangannya melawan Mataram dan Kumpeni pastilah ia akan berdiri di sisi borjuasi itu.
– Tan Malaka
Di dalam masa revolusilah tercapainya puncak kekuatan moril, terjadinya kecerdasan pikiran dan memperoleh segenap kemampuan untuk pendirian masyarakat baru.
– Tan Malaka
Satu dua diantara berbagai ukuran yang biasanya kita pakai terhadap seseorang yang terjun kedepan masyarakat sebagai pemimipin ialah, apakah pertama sekali ia dapat melihat kedepan, dan kedua apakah di cukup mempunyai watak konsekuen untuk memegang pandangannya kedepan itu.
– Tan Malaka
Pertahanan yang sebaik-baiknya adalah yang dilakukan dengan menyerang.
– Tan Malaka
Sekurang-kurangnya masyarakat kamu sudah mengeluarkan orang yang lebih dari seorang Darwin, Newton, Marx dan Lenin, barulah kamu boleh bangga.
– Tan Malaka
Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.
– Tan Malaka
Sedangkan sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah yang lebih penting daripada hasil sendiri.
– Tan Malaka
Berapapun cepatnya kebohongan itu, namun kebenaran akan mengejarnya juga.
– Tan Malaka
Kemauan Rakyat itulah kemauan Tuhan.
– Tan Malaka
Bukankah seseorang pelarian politik itu mesti ringan bebannya, seringan-ringannya? Ia tak boleh diberatkan oleh benda yang lahir, seperti buku ataupun pakaian. Hatinya terutama tak boleh diikat oleh anak isteri, keluarga serta handai tolan. Dia haruslah bersikap dan bertindak sebagai “marsuse’’ (angkatan militer siap gempur) yang setiap detik siap sedia buat berangkat, meninggalkan apa yang bisa mengikat dirinya lahir dan batin.
– Tan Malaka
Tetapi kalau Madilog masih kekurangan bentuk, saya pikir dia tidak kekurangan sifat.
– Tan Malaka
Pertukaran bentuk demi bentuk negara didorong oleh perubahan ekonomi.
– Tan Malaka
Lihat Juga : 45 Quotes Ir. Soekarno, Pejuang Kemerdekaan RI
Revolusi Indonesia mau tak mau terpaksa mengambil tindakan ekonomi dan sosial serentak dengan tindakan merebut dan membela kemerdekaan 100%. Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak bisa diselesaikan dengan dibungkus dengan Revolusi Nasional saja. Perang kemerdekaan Indonesia harus diisi dengan jaminan sosial dan ekonomi sekaligus.
– Tan Malaka
Bahwasanya jika kelak Kapital Asing akan terus merajalela di Indonesia, seperti sebelum tahun 1942, maka politik Imperialisme pula yang akan merajalela di Indonesia di hari kemudian.
– Tan Malaka
Bahwa kebiasaan menghafal itu tidak menambah kecerdasan, malah menjadikan saya bodoh, mekanis, seperti mesin.
– Tan Malaka
Kalau suatu negara seperti Amerika mau menguasai samudra dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan.
– Tan Malaka
Bahwa mereka pekerjalah, yang menduduki lantai ekonomi perekonomian Indonesia.
– Tan Malaka
Sudah pernah pengarang buku di Amerika meramalkan, bahwa kalau satu negara seperti Amerika mau menguasai samudera dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan.
– Tan Malaka
Revolusi ialah yang disebabkan oleh pergaulan hidup, satu hakekat tertentu dari perbuatan-perbuatan masyarakat.
– Tan Malaka
Murid yang cerdik juga insyaf, bahwa kalau dia sudah tahu satu cara, satu undang, satu kunci buat menyelesaikan satu golongan persoalan, maka tiadalah ia mengapal berpuluh-puluh persoalan atau jawabannya puluhan atau ratusan persoalan itu, tetapi dia pegang cara atau kuncinya persoalan tadi saja.
– Tan Malaka
Sudah tentu seorang pengarang atau penulis manapun juga dan berapapun juga adalah murid dari pemikir lain dari dalam masyarakatnya sendiri atau masyarakat lain. Sedikitnya ia dipengaruhi oleh guru, kawan sepaham, bahkan oleh musuhnya sendiri.
– Tan Malaka
Jeruk sebagai benda, lembu sebagai benda, bumi dan bintang sebagai benda, ya, “engkau” sebagai benda, tak ada buat saya. Yang ada cuma ide, pikiran, pengertian, gambaran dari jeruk, lembu, bumi, bintang dan engkau. “Engkau”, kata hume, cuma “ide” buat saya.
– Tan Malaka
Dengan begitu Hume yang membatalkan benda dan mengaku ide saja, membatalkan adanya diri sendiri, mengakui, bahwa sebetulnya dia sendiri tak ada.
Siapa yang tidak bekerja tidak akan makan.
– Tan Malaka
Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi.
– Tan Malaka
Presiden Soekarno sambil menunjuk, berkata kepada saya lebih kurang seperti berikut: “Kalau saya tiada berdaya lagi, maka kelak pimpinan revolusi akan saya serahkan kepada saudara.
– Tan Malaka
Bahwa benda itu adalah satu rantai, satu karma yang merantai hidup kita, hidup sengsara ini.
– Tan Malaka
Lapar tak berarti kenyang buat si miskin. Si lapar yang kurus kering tak akan bisa kita kenyangkan dengan kata kenyang saja, walaupun kita ulangi 1001 kali.
– Tan Malaka
Manusia ialah hewan yang berpikir.
– Tan Malaka
Seorang mengeluarkan tenaga yang sama untuk mendapatkan hasil yang sama.
– Tan Malaka
Para ahli filsafat sudah memberi bermacam-macam pemandangan tentang dunia itu. Yang perlu lagi ialah merubah dunia itu.
– Tan Malaka
Yang tajam balik bertimbal, kalau tak ujung pangkal mengena.
– Tan Malaka
Kebaikan buat masyarakat itu bergantung kepada watak masyarakat, dan didikan masing-masing orang.
– Tan Malaka
Janganlah menjatuhkan diri ke dalam kesesatan dengan mengira, bahwa kebudayaan Timur yang dulu atau sekarang lebih tinggi dari kebudayaan Barat sekarang. Ini boleh kamu katakan, bilamana kamu sudah melebihi pengetahuan, kecakapan dan cara berpikir orang Barat.
– Tan Malaka
Lihat Juga : 50 Quotes Buya Hamka, Ulama & Sastrawan Indonesia
Revolusi Indonesia sebagian kecil menentang sisa-sisa feodalisme dan sebagian yang terbesar menentang imperialisme Barat yang lalim ditambah lagi oleh dorongan kebencian bangsa Timur terhadap bangsa Barat yang menggencet dan menghinakan mereka.
– Tan Malaka
Dalam soal revolusi nasional, apakah bangsa yang terjajah yang berjuang untuk membela kemerdekaannya itu sesungguhnya menjadi bangsa yang merdeka dalam segala lapangan hidupnya terhadap bangsa lain, atau kembali dijajah dengan cara lama atau cara baru.
– Tan Malaka
Tidak, tak ada sesuatu program revolusioner yang berarti, jika tak ada pergerakan revolusioner.
– Tan Malaka
Jika kita dalam perjuangan revolusioner tidak mengambil inisiatif duluan, maka lawan mendapatkan keuntungan menguasai kemauan dan perbuatan ktia sehingga kita dipaksa dalam keadaan pasif melumpuhkan.
– Tan Malaka
Sejuta kata makanan, tidak akan mengenyangkan.
– Tan Malaka
Kelahiran suatu pikiran sering menyamai kelahiran seorang anak. Ia didahului dengan penderitaan-penderitaan pembawaan kelahirannya.
– Tan Malaka
Pada pukulan terakhir yang menentukan, kita hanya bisa mendapat kemenangan, jika kita juga mengambil inisiatif bertahan. Agar supaya pukulan terakhir yang menentukan itu dapat mewujudkan tujuan kita.
– Tan Malaka
Berpikir besar kemudian bertindak.
– Tan Malaka
Seperti seekor semut hanyut bergantung pada sepotong rumput yang diayun-ayunkan gelombang.
– Tan Malaka
Kalau sistem itu tak bisa diperiksa kebenarannya dan tak bisa dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu.
– Tan Malaka
Bukan pula dengan maksud memuji atau menghina, saya berani mengatakan bahwa seorang Dayak atau irian-pun, jika berada dalam keadaan sama akan sanggup belajar sampai mencapai apa yang bisa dicapai suku bangsanya yang berada di desa dan di kota. Perbedaan orang Indonesia yang beradab dengan yang sederhana (primitive) bukanlah disebabkan oleh perbedaan sifat dan kesanggupan sebagai manusia, melainkan disebabkan oleh perbedaan sekitar dan keadaan.
– Tan Malaka
Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.
– Tan Malaka
Akuilah dengan yang putih bersih, bahwa kamu sanggup dan mesti belajar dari orang Barat. Tapi kamu jangan jadi peniru orang Barat, melainkan seorang murid dari Timur yang cerdas, suka memenuhi kemauan alam dan seterusnya dapat melebihi kepintaran guru-gurunya di Barat.
– Tan Malaka
NOTE: Kutipan diambil dari beragam sumber.
Discussion | 0 Comments
*Komentar Anda akan muncul setelah disetujui