Loading...
Segmentasi pelanggan bukan hanya soal demografi, tapi bagaimana bisnis memahami perilaku, gaya hidup, hingga data real-time untuk menciptakan strategi yang...

Tidak semua pelanggan memiliki kebutuhan, perilaku, atau preferensi yang sama. Apa yang efektif untuk satu kelompok bisa jadi tidak berdampak sama untuk kelompok lainnya. Inilah mengapa segmentasi pelanggan ada untuk merancang pendekatan yang tepat sasaran.
Sayangnya, masih banyak yang menganggap bahwa segmentasi hanya berkutat pada data demografis seperti usia atau jenis kelamin. Padahal, ada berbagai jenis segmentasi yang bisa digali lebih dalam dan memberikan wawasan yang jauh lebih bervariasi.
Lalu, apa saja jenis segmentasi pelanggan yang penting untuk kamu pahami dan gunakan? Mari kita bahas satu per satu.
Lihat Juga : Pembuat Teks “Baca Selengkapnya” WhatsApp, Buat Prank Teman!

Segmentasi pelanggan adalah proses membagi audiens atau pasar menjadi kelompok-kelompok yang memiliki karakteristik serupa, agar strategi pemasaran dapat dibagikan secara tepat sasaran.
Tujuan utama dari segmentasi pelanggan adalah untuk menghindari pendekatan yang seragam untuk semua pelanggan. Dengan membagi pasar menjadi beberapa segmen, bisnis dapat menyusun pesan yang relevan dan memilih saluran komunikasi yang tepat. Bahkan, bisnis dapat menciptakan penawaran yang sesuai dengan kebutuhan maupun keinginan masing-masing segmen.
Perusahaan besar seringkali mengandalkan segmentasi berbasis data untuk membentuk strategi pemasaran yang dipersonalisasi dan mampu mendorong retensi. Strategi pemasaran yang dibangun berdasarkan segmentasi pelanggan memungkinkan bisnis untuk:
Setiap pelanggan memiliki latar belakang, preferensi, dan kebiasaan yang berbeda. Oleh karena itu, penting bagi bisnis untuk mengelompokkan mereka berdasarkan karakteristik tertentu agar pendekatan pemasaran bisa lebih akurat.
Berikut lima jenis segmentasi pelanggan yang paling umum dan relevan digunakan dalam berbagai industri:
Segmentasi demografis adalah jenis segmentasi paling dasar dan sering digunakan dalam strategi pemasaran. Namun, meski sering digunakan, bukan berarti segmentasi jenis ini harus dihindari.
Segmentasi ini mengelompokkan pelanggan berdasarkan karakteristik fisik atau sosial mereka, seperti: usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan hingga pendapatan.
Setiap kelompok demografis cenderung memiliki preferensi dan kebutuhan yang berbeda. Misalnya, produk skincare untuk usia 20an memiliki pesan yang berbeda dengan produk skincare untuk usia 40an ke atas yang lebih mengedepankan pesan tentang anti-aging.
Segmentasi ini didasarkan pada lokasi pelanggan secara fisik, seperti: negara, wilayah, kota/desa, iklim/cuaca, hingga zona waktu. Segmentasi geografis sering digunakan oleh bisnis yang ingin menyesuaikan produk atau promosi berdasarkan kebutuhan lokal.
Sebagai contoh, brand pakaian yang sama akan menawarkan koleksi berbeda di daerah tropis dibandingkan dengan daerah yang bersuhu dingin. Begitu pun dengan bisnis makanan cepat saji yang menyesuaikan menu di tiap kota atau negara.
Segmentasi psikografis menggali lebih dalam ke dalam aspek psikologis dan gaya hidup pelanggan. Segmentasi ini dapat membantu untuk membangun koneksi emosional dengan pelanggan serta membentuk identitas merek.
Segmen ini bisa ditelusuri berdasarkan nilai-nilai hidup, kepribadian, hobi/minat, gaya hidup, hingga sikap terhadap isu tertentu. Misalnya, sebuah brand fashion yang menargetkan pelanggan dengan gaya hidup minimalis bisa menyusun pesan yang menekankan kesederhanaan.
Segmentasi perilaku melihat bagaimana pelanggan berinteraksi dengan produk atau brand. Perilaku ini bisa berupa kebiasaan belanja, loyalitas terhadap merek, tingkat keterlibatan, frekuensi pembelian, hingga respon terhadap promosi.
Segmentasi ini banyak digunakan dalam kampanye retargeting. Dengan mengetahui perilaku pelanggan, bisnis bisa menciptakan penawaran yang tepat sasaran. Misalnya, pelanggan yang sering membuka email promosi tapi jarang membeli bisa ditargetkan dengan diskon eksklusif.
Adanya CRM (Customer Relationship Management) memberikan akses data pelanggan secara real-time. Data tersebut seperti: aktivitas pengguna dalam aplikasi/website, jenis perangkat yang digunakan (mobile vs desktop), hingga preferensi platform.
Segmentasi jenis ini memungkinkan personalisasi tingkat tinggi dan biasanya digunakan dalam marketing berbasis teknologi seperti automated email, push notification, atau iklan digital. Misalnya, e-commerce bisa merekomendasikan produk berdasarkan apa yang terakhir dilihat pelanggan.
Lihat Juga : Blank Text Generator : Copy & Paste Teks Kosong (Empty Text)
Selain mengetahui jenis segmentasi, bisnis juga harus tahu kapan dan bagaimana menggunakannya. Karena setiap bisnis punya karakteristik pelanggan yang berbeda, sehingga pemilihan segmentasi harus disesuaikan dengan tujuan kampanye, jenis produk, dan saluran pemasaran yang digunakan.
Produk digital seperti aplikasi, platform e-commerce, atau layanan streaming memiliki keunggulan dalam mengakses data real-time. Segmentasi yang paling efektif di sini biasanya adalah perilaku dan data real-time.
Misalnya, platform streaming menggunakan data kebiasaan menonton pengguna untuk merekomendasikan konten. Sedangkan pada aplikasi, biasanya akan mengirimkan reminder personal berdasarkan waktu aktif penggunanya.
Sedangkan pada produk fisik, seperti pakaian, makanan, atau perlengkapan rumah tangga, segmentasi demografis dan geografis seringkali digunakan. Meski demikian, banyak produk fisik kini juga dijual secara digital, jadi integrasi dengan segmentasi perilaku dan teknologi makin relevan.
Dalam praktiknya, pemasaran sering kali mengkombinasikan lebih dari satu jenis segmentasi. Karena kombinasi beberapa segmentasi dapat menghasilkan pendekatan yang lebih personal dan efektif.
Misalnya, mengkombinasikan segmentasi demografis dan perilaku. Yaitu, menargetkan ibu rumah tangga usia 30–45 yang sering membeli produk kebutuhan bayi, untuk menawarkan promo popok dari merek tertentu.
Meski segmentasi pelanggan menawarkan banyak manfaat, penerapannya tentu tak luput dari kesalahan. Salah satu kesalahan paling umum adalah tidak memperbarui segmen secara berkala.
Perilaku konsumen bisa berubah seiring waktu, bisa jadi karena perubahan teknologi, tren pasar, maupun kondisi ekonomi. Jika bisnis tetap menggunakan segmentasi lama tanpa evaluasi, maka strategi yang tadinya efektif bisa menjadi tidak relevan. Misalnya, pelanggan yang dulunya loyal bisa berpindah ke pesaing jika tidak lagi merasa dipahami.
Untuk menghindari kesalahan ini, bisnis perlu menggabungkan pendekatan berbasis data dengan pemahaman mendalam terhadap perilaku pelanggan yang terus berkembang. Evaluasi rutin dan penggunaan tools analitik bisa sangat membantu dalam menjaga segmentasi tetap relevan dan efektif.
Lihat Juga : 1039 Bio IG Aesthetic Singkat, Bahasa Inggris, Untuk Cewek dan Cowok
Dengan memahami lima jenis segmentasi, bisnis bisa lebih tepat dalam menyampaikan pesan, memilih saluran komunikasi, hingga merancang produk dan layanan. Namun, efektivitas segmentasi sangat bergantung pada bagaimana kita menggunakannya.
Kombinasi yang tepat antar segmen serta pemahaman konteks produk (fisik atau digital) akan membawa dampak signifikan terhadap konversi dan loyalitas pelanggan. Kemampuan untuk mengenali dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan setiap segmen pelanggan menjadi sebuah keharusan.
Berhenti untuk selalu mengandalkan demografi atau menggunakan segmentasi yang sama terus menerus. Saatnya membangun hubungan yang lebih personal dan berdampak!
Penulis : Rudi Dian Arifin | Editor : Wahyu Setia Bintara
Musim pertamanya sudah membawa kita menyusuri rahasia Monarch dari tahun 1950-an hingga era modern, penuh misteri dan ancaman Titan yang terus membayangi. Serial ini berhasil memadukan aksi dan kisah organisasi rahasia dengan gaya yang bikin penasaran dari awal sampai akhir.
Season 2 diumumkan pada 13 November 2025 lewat kanal YouTube Apple TV, dan resmi tayang 27 Februari. Nggak sabar banget menunggu kelanjutan kisahnya apalagi semuanya bisa langsung ditonton streaming di Apple TV+.
Musim terbaru ini bakal membawa para karakter kembali ke Skull Island, mengungkap desa misterius, hingga memunculkan Titan mitos dari laut. Hubungan keluarga, pertemanan, sampai perseteruan akan makin berbaur dengan ancaman Titan event yang semakin dekat.
Paramount Pictures telah merilis trailer resmi Primate sejak Oktober lalu, dan akan ditayangkan pada 9 Januari 2026 mendatang. Disutradarai oleh Johannes Roberts, yang juga menulis naskah bersama Ernest Riera, film ini menandai debut horor bagi Troy Kotsur, aktor peraih Oscar® dari CODA. Ia bermain bersama Johnny Sequoyah dalam kisah yang penuh ketegangan.
Primate mengikuti sekelompok teman yang sedang berlibur di pulau tropis, namun perjalanan santai itu berubah menjadi mimpi buruk ketika sesuatu yang mereka kira “bagian dari keluarga” justru menjadi ancaman utama. Trailer perdananya memperlihatkan atmosfer gelap, misteri yang menegang, serta nuansa survival yang intens.
Film ini diproduseri oleh Walter Hamada melalui kerja sama horor terbaru bersama Paramount. Buat penggemar thriller dan survival horror, Primate layak masuk daftar tontonan awal tahun.
Meryl Streep, Anne Hathaway, Emily Blunt, dan Stanley Tucci resmi kembali dalam The Devil Wears Prada 2, tayang di bioskop 1 Mei 2026! Saksikan teaser trailernya sekarang.
Hampir dua dekade setelah peran ikonis mereka sebagai Miranda, Andy, Emily, dan Nigel, para bintang kembali ke jalanan mode New York dan kantor glamor Runway Magazine. Sekuel ini juga menghadirkan deretan karakter baru yang diperankan oleh Kenneth Branagh, Simone Ashley, Justin Theroux, Lucy Liu, Pauline Chalamet, dan banyak lagi.
Disutradarai David Frankel dan ditulis Aline Brosh McKenna, film ini siap membawa drama mode, ambisi, dan sindiran tajam ke level berikutnya.
The Devil Wears Prada 2 - Only in theaters May 1, 2026.